Gara-gara Covid-19, Pendapatan Garuda Gembos 33% di Triwulan I
Jum'at, 24 April 2020 - 11:09 WIB
JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melaporkan bahwa pandemi Covid-19 telah memengaruhi pendapat operasionalnya. Jika dibandingkan dengan periode triwulan I/2019, secara umum pendapatan operasional perseroan pada triwulan I/2020 anjlok hingga 33%.
Penurunan pendapatan operasional ini terutama diakibatkan oleh menurunnya pendapatan penumpang yang kontribusinya terhadap total pendapatan usaha yang mencapai lebih dari 80%.
"Penurunan pendapatan penumpang triwulan I/2020 terutama karena menurunnya jumlah penumpang diangkut sebanyak dan harga tiket per penumpang yang menurun dari triwulan I/2019," ungkap manajemen Garuda dalam keterbukaan informasinya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (24/4/2020).
Penurunan jumlah penumpang diangkut oleh perseroan disebutkan sangat terpengaruh oleh kondisi industri penerbangan yang merosot tajam akibat efek Covid-19, dengan pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah.
Menurunnya kondisi perekonomian yang mengakibatkan daya beli masyarakat menurun juga mendorong masyarakat memilih untuk mengurangi pengeluaran biaya untuk perjalanan. "Kondisi pasar penumpang ini tentunya menekan perseroan untuk memangkas kapasitas yang dimiliki, tercermin dari frekuensi penerbangan dan ASK yang menurun," jelas Garuda.
Atas hal tersebut, Garuda Indonesia telah menyiapkan sederet strategi untuk menjaga kelangsungan perusahaan hingga akhir tahun ini. Maskapai pelat merah tersebut memperkirakan akan menjalani masa terburuk hingga Juli 2020 dan dalam skenario paling buruk diperkirakan tak akan mengangkut penerbangan haji tahun ini.
Manajemen perusahaan menyebutkan, periode Mei-Juni seharusnya merupakan high season alias musim puncak bagi industri penerbangan. Namun dengan pandemi Covid-19, perusahaan harus menyiapkan rencana strategis, dari sisi keuangan dan operasional perusahaan.
"Cash flow merupakan hal yang paling penting untuk menjaga going concern perusahaan. Garuda Indonesia mempunyai dua kategori biaya yang sangat berpengaruh terhadap pengeluaran kas yaitu biaya tetap yang meliputi biaya sewa pesawat, biaya pegawai, administrasi kantor pusat dan kantor cabang dan biaya variabel penerbangan yang meliputi biaya bahan bakar, biaya kestasiunan, biaya catering, biaya navigasi dan biaya tunjangan terbang bagi awak pesawat," jelas perseroan.
Penurunan pendapatan operasional ini terutama diakibatkan oleh menurunnya pendapatan penumpang yang kontribusinya terhadap total pendapatan usaha yang mencapai lebih dari 80%.
"Penurunan pendapatan penumpang triwulan I/2020 terutama karena menurunnya jumlah penumpang diangkut sebanyak dan harga tiket per penumpang yang menurun dari triwulan I/2019," ungkap manajemen Garuda dalam keterbukaan informasinya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (24/4/2020).
Penurunan jumlah penumpang diangkut oleh perseroan disebutkan sangat terpengaruh oleh kondisi industri penerbangan yang merosot tajam akibat efek Covid-19, dengan pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah.
Menurunnya kondisi perekonomian yang mengakibatkan daya beli masyarakat menurun juga mendorong masyarakat memilih untuk mengurangi pengeluaran biaya untuk perjalanan. "Kondisi pasar penumpang ini tentunya menekan perseroan untuk memangkas kapasitas yang dimiliki, tercermin dari frekuensi penerbangan dan ASK yang menurun," jelas Garuda.
Atas hal tersebut, Garuda Indonesia telah menyiapkan sederet strategi untuk menjaga kelangsungan perusahaan hingga akhir tahun ini. Maskapai pelat merah tersebut memperkirakan akan menjalani masa terburuk hingga Juli 2020 dan dalam skenario paling buruk diperkirakan tak akan mengangkut penerbangan haji tahun ini.
Manajemen perusahaan menyebutkan, periode Mei-Juni seharusnya merupakan high season alias musim puncak bagi industri penerbangan. Namun dengan pandemi Covid-19, perusahaan harus menyiapkan rencana strategis, dari sisi keuangan dan operasional perusahaan.
"Cash flow merupakan hal yang paling penting untuk menjaga going concern perusahaan. Garuda Indonesia mempunyai dua kategori biaya yang sangat berpengaruh terhadap pengeluaran kas yaitu biaya tetap yang meliputi biaya sewa pesawat, biaya pegawai, administrasi kantor pusat dan kantor cabang dan biaya variabel penerbangan yang meliputi biaya bahan bakar, biaya kestasiunan, biaya catering, biaya navigasi dan biaya tunjangan terbang bagi awak pesawat," jelas perseroan.
(fai)
tulis komentar anda