Protech Mitra Perkasa Membidik Bisnis Berbasis Energi Ramah Lingkungan
Rabu, 16 Maret 2022 - 12:24 WIB
Nanti Eropa masuknya di bagian mana?
Kita butuh ribuan triliun untuk transisi energi. Indonesia sudah berkomitmen untuk melakukan itu. Kita butuh dua hal, teknologi danfunding. Nah di kita itu tidak ada. Untuk pembiayaan saja di kita mahal, suku bunga bisa 9,5-10,5%. Bandingkan dengan Jepang 2%, eropa 2,5-3%, kita kalau mau investasi dengan selisih 6% kalu mau invest 10 tahun udah berapa itu bunganya. Udah 60% bedanya.
Kita butuhfundingdari luar yang dipaketkan dengan teknologi. China, Jerman mungkin kita acuannya ke sana. Mereka kalau dari sisi permesianan sudah generasi keempat atau kelima. Efisiensinya tinggi, beda.
Bagaimana dengan tingkat komponen dalam negeri jika teknologi yang dibawa dari luar?
Kami akan memberikan perhatian terhadap tingkat kompene dalam negeri (TKDN). Kebetulan saya juga kan menjadi salah seorangtim ahli di Kemenperin dalam urusan TKDN ini. TKDN harus terus ditingkatkan dengan dorongan regulasi yang tegas. Soal regulasi ini juga harus firm di semua sektor termasuk di sektor transisi energi yang sedang ramai.
Saya mengapresiasi progam hilirisasi mineral yang digaungkan pemerintahan Jokowi. dengan begitu akan membuat industri kita lenih maju. Karena apa? Hilirisasi inikanarahnya untuk memproduksi barang subsitusi yang tadinya diimpor menjadi dihasilkan di sini.
Beberapa sektor seperti migas dan listrik memang kandungan TKDN-nya memang beberapa kebutuhan sudah tersedia di luar negeri, tapi masih banyak juga yang impor seperti boiler untuk pembangkit.
Apa yang melatarbelakangi Protech sehingga akan mengembangkan bisnis berbasis lingkungan?
Ini bisnis sangat potensial. Belum banyak pemainnya di sini. Sebagai perbandingan, coba lihat perusahaan pengelola limbah sampah di AS (Amerika Serikat), namanya Waste Management Inc revenue nya mencapai USD15 miliar per tahun. Itu luar biasa. Itu lah sekrang kita ke depan akan seperti itu.
Pengelolaan sampah adalah salah staunya. Kita akan masuk ke situ karena produksi sampah di kita relatif besar. Coba lihat sampah yang masuk ke bantar gebang itu hanya 65% dari keseluruhan sampah yang dibuang. Sisanya ada yang dibakar, ada yang dibuang ke kali, sungai.
Kita butuh ribuan triliun untuk transisi energi. Indonesia sudah berkomitmen untuk melakukan itu. Kita butuh dua hal, teknologi danfunding. Nah di kita itu tidak ada. Untuk pembiayaan saja di kita mahal, suku bunga bisa 9,5-10,5%. Bandingkan dengan Jepang 2%, eropa 2,5-3%, kita kalau mau investasi dengan selisih 6% kalu mau invest 10 tahun udah berapa itu bunganya. Udah 60% bedanya.
Kita butuhfundingdari luar yang dipaketkan dengan teknologi. China, Jerman mungkin kita acuannya ke sana. Mereka kalau dari sisi permesianan sudah generasi keempat atau kelima. Efisiensinya tinggi, beda.
Bagaimana dengan tingkat komponen dalam negeri jika teknologi yang dibawa dari luar?
Kami akan memberikan perhatian terhadap tingkat kompene dalam negeri (TKDN). Kebetulan saya juga kan menjadi salah seorangtim ahli di Kemenperin dalam urusan TKDN ini. TKDN harus terus ditingkatkan dengan dorongan regulasi yang tegas. Soal regulasi ini juga harus firm di semua sektor termasuk di sektor transisi energi yang sedang ramai.
Saya mengapresiasi progam hilirisasi mineral yang digaungkan pemerintahan Jokowi. dengan begitu akan membuat industri kita lenih maju. Karena apa? Hilirisasi inikanarahnya untuk memproduksi barang subsitusi yang tadinya diimpor menjadi dihasilkan di sini.
Beberapa sektor seperti migas dan listrik memang kandungan TKDN-nya memang beberapa kebutuhan sudah tersedia di luar negeri, tapi masih banyak juga yang impor seperti boiler untuk pembangkit.
Apa yang melatarbelakangi Protech sehingga akan mengembangkan bisnis berbasis lingkungan?
Ini bisnis sangat potensial. Belum banyak pemainnya di sini. Sebagai perbandingan, coba lihat perusahaan pengelola limbah sampah di AS (Amerika Serikat), namanya Waste Management Inc revenue nya mencapai USD15 miliar per tahun. Itu luar biasa. Itu lah sekrang kita ke depan akan seperti itu.
Pengelolaan sampah adalah salah staunya. Kita akan masuk ke situ karena produksi sampah di kita relatif besar. Coba lihat sampah yang masuk ke bantar gebang itu hanya 65% dari keseluruhan sampah yang dibuang. Sisanya ada yang dibakar, ada yang dibuang ke kali, sungai.
tulis komentar anda