Protech Mitra Perkasa Membidik Bisnis Berbasis Energi Ramah Lingkungan
loading...
A
A
A
Bisnis di sektor berbasis ekonomi hijau ( green economy ) dengan memperhatikan lingkungan ke depan diperkirakan bakal banyak dilirik para investor. Hal ini sejalan dengan target global yang dituntut bisa mengurangi emisi karbon demi menjaga alam agar lebih berkesinambungan.
Sejalan dengan itu, lembaga keuangan pun diproyeksikan lebih banyak mengoleksi portofolio pendanaan hijau ( green financing ). Ini sebagai respons berbagai kebijakan pemerintah di sejumlah negara yang sedang memasuki era transisi energi menuju energi bersih ramah lingkungan.
Tren menuju ekonomi lebih hijau inilah yang mendorong PT Protech Mitra Perkasa (Tbk), salah satu emiten yang tercatat di bursa efek Indonesia, untuk memainkan peran baru tak hanya sebagai perusahaan jasa kontraktor tetapi juga menjadi entitas bisnis berbasis pengelolaan lingkungan terintegrasi. Bagaimana Protech mewujudkan target-targetnya ke depan? Berikut wawancara KORAN SINDO dengan Presiden Direktur & Chief Executive Officer (CEO) PT Protech Mitra Perkasa Tbk Bobby Gafur Umar di Jakarta, belum lama ini.
Bagaimana prospek dunia usaha secara umum ke depan? Akan seperti apa arahnya merespons tuntutan global yang ingin menjadikan ekonomi makin hijau?
Beberapa dekade lalu, sektor bisnis itu didominasi oleh komoditas seperti tambang. Ke depan, mulai sekarang yang dilirik bisnis oleh pelaku bisnis di dunia adalah berbasis lingkungan,environment.
Para fund manager di luar sekarang ini sedang gencar mencari portofolio bisnis yang berbasis ekonomi hijau, yang memerhatikan lingkungan. Mereka kalau akan mendanai sebuah bisnis akan bertanya bagaimana ESG-nya (environmental, social, governance). Nah, ini yang akan menjadi perhatian kita ke depan.
Apa yang akan dilakukan di Protech ke depan?
Ke depan, kita akan menyusun roadmap bersama tim. Kita arahkan Protech menjadi perusahaan ‘environment technology company group’yakni perusahaan yang fokus bisnis pada sektor lingkungan yang didukung teknologi.
Bisnis ini disasar karena sektor lingkungan sangat luas dan kini menjadi primadona di tataran global seiring dengan target menjadikan dunia lebih bersih dari emisi karbon. Kami juga akan memanfaatkan tren program ekonomi hijau termasuk di sektor ekonomi di mana sejumlah investor atau lembaga keuangan kini menyasar ke pembiayaan hijau.
Di Protech, saya akan menjadikan perusahaan ini tidak hanya menjalankan bisnis seperti biasa (business as usual) tetapi akan meng-unlock valuedengan membuat terobosan dalam hal bisnis yang berkaitan dengan lingkungan. Antara lain, management pengeloaan sampah, biomassa, dan kontraktor untuk proyek energi ramah lingkungan.
Berarti nantinya Protech akan memanfaatkan era transisi energi menjadi bisnis?
Ya, kalu dulu kami banyak mengerjakan proyek telekomunikasi. Sekarang akan saya bawa ke kontaktorgreen, banya pekerjaan di situ. Nanti akan banyak proyek transisis energi yang besar-besar.
Lalu akan ada properti green, industri green. Hanya saja kuncinya kita harus menguasai teknologi.Jadi protech itu akan menjadi ‘enviromental technologies group of companies’.Kita tidak akan bisa dikatakangreenkalau tidak ada teknologi.
Nah untuk kiblat teknologi di sektor green energi itu yang paling advance di dunia kiblatnya ke Eropa.
Siapa nanti investor yang akan digandeng?
Investor ini tidak bisa beriri sendiri. Nanti, mereka akan masuk sekaligus dengan teknologinya. Sejauh ini kami melihat pendanaan dari luar negeri lebih potensial untuk jangka panjang seperti dari Eropa. Hanya, tentu saja mereka nantinya akan membawa investasinya sekaligus teknologi.
Ada banya sumber pembiyaan di luar sana yang sedang mencari portopolio bisnis berbasis energi hijau atau ramah lingkungan. Adapun pemilihan ke lembaga keuangan asing karena pertimbanganratesuku bunga yang diperoleh relatif ringan dibanding perbankan dalam negeri.
Nanti Eropa masuknya di bagian mana?
Kita butuh ribuan triliun untuk transisi energi. Indonesia sudah berkomitmen untuk melakukan itu. Kita butuh dua hal, teknologi danfunding. Nah di kita itu tidak ada. Untuk pembiayaan saja di kita mahal, suku bunga bisa 9,5-10,5%. Bandingkan dengan Jepang 2%, eropa 2,5-3%, kita kalau mau investasi dengan selisih 6% kalu mau invest 10 tahun udah berapa itu bunganya. Udah 60% bedanya.
Kita butuhfundingdari luar yang dipaketkan dengan teknologi. China, Jerman mungkin kita acuannya ke sana. Mereka kalau dari sisi permesianan sudah generasi keempat atau kelima. Efisiensinya tinggi, beda.
Bagaimana dengan tingkat komponen dalam negeri jika teknologi yang dibawa dari luar?
Kami akan memberikan perhatian terhadap tingkat kompene dalam negeri (TKDN). Kebetulan saya juga kan menjadi salah seorangtim ahli di Kemenperin dalam urusan TKDN ini. TKDN harus terus ditingkatkan dengan dorongan regulasi yang tegas. Soal regulasi ini juga harus firm di semua sektor termasuk di sektor transisi energi yang sedang ramai.
Saya mengapresiasi progam hilirisasi mineral yang digaungkan pemerintahan Jokowi. dengan begitu akan membuat industri kita lenih maju. Karena apa? Hilirisasi inikanarahnya untuk memproduksi barang subsitusi yang tadinya diimpor menjadi dihasilkan di sini.
Beberapa sektor seperti migas dan listrik memang kandungan TKDN-nya memang beberapa kebutuhan sudah tersedia di luar negeri, tapi masih banyak juga yang impor seperti boiler untuk pembangkit.
Apa yang melatarbelakangi Protech sehingga akan mengembangkan bisnis berbasis lingkungan?
Ini bisnis sangat potensial. Belum banyak pemainnya di sini. Sebagai perbandingan, coba lihat perusahaan pengelola limbah sampah di AS (Amerika Serikat), namanya Waste Management Inc revenue nya mencapai USD15 miliar per tahun. Itu luar biasa. Itu lah sekrang kita ke depan akan seperti itu.
Pengelolaan sampah adalah salah staunya. Kita akan masuk ke situ karena produksi sampah di kita relatif besar. Coba lihat sampah yang masuk ke bantar gebang itu hanya 65% dari keseluruhan sampah yang dibuang. Sisanya ada yang dibakar, ada yang dibuang ke kali, sungai.
Bantar Gebang itu timbunan sampah terbesar di dunia. No sembilan ada di Bali. Makanya waktu itu Jokowi saat sebelum IMF 2018 itu dibereskan. Jadi balik lagi, masalah pengelolaan sampah itu memangcost-nya mahal, jadi tidak ada yang memikirkan. Makanya saya masuk di situ. Yang lain dari pengelolaan limbah rumah sakit dan lain-lain.
Soal limbah, itu macam-macam. Mulai di limbah transportasi, industry, kapal. Selama inikanapa ada yang pikirin? Ga ada. Kita masuk ke sana. Jadi bisnisnya masih dalam kontruksinya. Tapi nanti ada unit usaha investasi yang fokus pada investasi, investasirenewable. Menggarap limbah menjadi listrik, biomassa menjadi listrik. Sampah yang selama ini menjadi masalah akan kita olah. Minimum 85% sampah yang keluar akan kita olah menjadizero waste.
Dari sisi value, di mana posisi Protech nantinya?
Saat ini kita masuk ke era digital, eraInternet of Thing(IOT). Dan juga era bisnis yang peduli ligkungan hidup. Kedua sektor ini menurut saya yangunlimited valuation. Tapi bagaimanaunlock value-nya? Makanya saya akuisisi perusahaan Tbk, ya Protech ini.Ke depan akan kami sudah punyablueprintbaru.
Sejauh mana Protech melihat peluang di tren bisnis yang terkait lingkungan yang bersih ini?
Kita sudah adaroadmapke depan. Hanya saja saat masih di kontraktor biasa dan menuju ke kontraktor infrastrukturgreen.Kita sudah ada beberapa projek, misalnya kita melihat proyek penerangan jalan umum di daerah. Dulu pake lampu boros energi yang mahal, kita ubah ke hemat energi.
Untuk pengolahan sampah ini kami sudah ada kerja sama dengan pihak lain dari BUMN dan BUMD untuk mengolah sampah di Jakarta. Ini kita kerja sama dengan Jerman plus pendanaannya. Adapun yang biomassa kita sudah tandatangan dengan BUMN di sektor kehutanan untuk mengolah biomassa untuk bahan baku energi. Kita kita kerja sama dengan MEBI (masyaraat energi biomassa Indonesia). Ini potensial sekali karena ada sekitar 10 juta ha untuk hutan tanaman energi.
Ini kan yang mengelola APHI (asosiasi pengusaha hutan Indonesia), selama ini mereka hanya menjual chip, produk sampingannya dari kayu. Saya ingin mengajak mereka untuk meningkatkan nilai tambah di industri ini. Selama ini mereka hanya menggantungkan dana dari pemerintah speri reboisiasi dan lain-lain.
Kita ajak APHI ini untuk berkolaborasi di MEBI agar bisa punya saham di industri lain sperti pembangkit. Pasarnya kalau saat ini di programco firingPLTU dan itu akan terus berkembang karena pasarnya. Tidak hanya RI, tapi juga ekspor ke Jepang dan Korea.
Namun, meski kita arahnya ke energi bersih harus diingat bahwa yang eksisting bukan berarti dilupakan. Di masa transisi, ini yang harus dipikirkan.
Apakah ada aksi korporasi di Protech tahun ini?
Era transisi energi ini kan akan banyak proyek yang berbasis sumber energi ramah lingkungan, bersih. Kami akan masuk di saat kontruksi,land clearingdll. Kami akan masuk di hubungkan semuanya dari hulu sampai hilir. Mungkin semester duan anti akan semakin kelihatan bisnisnya.
Yang pasti tahun ini akan menyasar beberapa proyek infrastruktur green. Ada dua–tiga proyek yang sedang dibicarakan. Kontrak-kontrak dalam dua bulan ke depan mungkin jalan.
Tadi saya bicara Protech itu akan jadienvironmental technologies group of company. Jadi, itu tidak hanya kontraktor tapi bisa investasi danpendanaan. yanto kusdiantono
Sejalan dengan itu, lembaga keuangan pun diproyeksikan lebih banyak mengoleksi portofolio pendanaan hijau ( green financing ). Ini sebagai respons berbagai kebijakan pemerintah di sejumlah negara yang sedang memasuki era transisi energi menuju energi bersih ramah lingkungan.
Tren menuju ekonomi lebih hijau inilah yang mendorong PT Protech Mitra Perkasa (Tbk), salah satu emiten yang tercatat di bursa efek Indonesia, untuk memainkan peran baru tak hanya sebagai perusahaan jasa kontraktor tetapi juga menjadi entitas bisnis berbasis pengelolaan lingkungan terintegrasi. Bagaimana Protech mewujudkan target-targetnya ke depan? Berikut wawancara KORAN SINDO dengan Presiden Direktur & Chief Executive Officer (CEO) PT Protech Mitra Perkasa Tbk Bobby Gafur Umar di Jakarta, belum lama ini.
Bagaimana prospek dunia usaha secara umum ke depan? Akan seperti apa arahnya merespons tuntutan global yang ingin menjadikan ekonomi makin hijau?
Beberapa dekade lalu, sektor bisnis itu didominasi oleh komoditas seperti tambang. Ke depan, mulai sekarang yang dilirik bisnis oleh pelaku bisnis di dunia adalah berbasis lingkungan,environment.
Para fund manager di luar sekarang ini sedang gencar mencari portofolio bisnis yang berbasis ekonomi hijau, yang memerhatikan lingkungan. Mereka kalau akan mendanai sebuah bisnis akan bertanya bagaimana ESG-nya (environmental, social, governance). Nah, ini yang akan menjadi perhatian kita ke depan.
Apa yang akan dilakukan di Protech ke depan?
Ke depan, kita akan menyusun roadmap bersama tim. Kita arahkan Protech menjadi perusahaan ‘environment technology company group’yakni perusahaan yang fokus bisnis pada sektor lingkungan yang didukung teknologi.
Bisnis ini disasar karena sektor lingkungan sangat luas dan kini menjadi primadona di tataran global seiring dengan target menjadikan dunia lebih bersih dari emisi karbon. Kami juga akan memanfaatkan tren program ekonomi hijau termasuk di sektor ekonomi di mana sejumlah investor atau lembaga keuangan kini menyasar ke pembiayaan hijau.
Di Protech, saya akan menjadikan perusahaan ini tidak hanya menjalankan bisnis seperti biasa (business as usual) tetapi akan meng-unlock valuedengan membuat terobosan dalam hal bisnis yang berkaitan dengan lingkungan. Antara lain, management pengeloaan sampah, biomassa, dan kontraktor untuk proyek energi ramah lingkungan.
Berarti nantinya Protech akan memanfaatkan era transisi energi menjadi bisnis?
Ya, kalu dulu kami banyak mengerjakan proyek telekomunikasi. Sekarang akan saya bawa ke kontaktorgreen, banya pekerjaan di situ. Nanti akan banyak proyek transisis energi yang besar-besar.
Lalu akan ada properti green, industri green. Hanya saja kuncinya kita harus menguasai teknologi.Jadi protech itu akan menjadi ‘enviromental technologies group of companies’.Kita tidak akan bisa dikatakangreenkalau tidak ada teknologi.
Nah untuk kiblat teknologi di sektor green energi itu yang paling advance di dunia kiblatnya ke Eropa.
Siapa nanti investor yang akan digandeng?
Investor ini tidak bisa beriri sendiri. Nanti, mereka akan masuk sekaligus dengan teknologinya. Sejauh ini kami melihat pendanaan dari luar negeri lebih potensial untuk jangka panjang seperti dari Eropa. Hanya, tentu saja mereka nantinya akan membawa investasinya sekaligus teknologi.
Ada banya sumber pembiyaan di luar sana yang sedang mencari portopolio bisnis berbasis energi hijau atau ramah lingkungan. Adapun pemilihan ke lembaga keuangan asing karena pertimbanganratesuku bunga yang diperoleh relatif ringan dibanding perbankan dalam negeri.
Nanti Eropa masuknya di bagian mana?
Kita butuh ribuan triliun untuk transisi energi. Indonesia sudah berkomitmen untuk melakukan itu. Kita butuh dua hal, teknologi danfunding. Nah di kita itu tidak ada. Untuk pembiayaan saja di kita mahal, suku bunga bisa 9,5-10,5%. Bandingkan dengan Jepang 2%, eropa 2,5-3%, kita kalau mau investasi dengan selisih 6% kalu mau invest 10 tahun udah berapa itu bunganya. Udah 60% bedanya.
Kita butuhfundingdari luar yang dipaketkan dengan teknologi. China, Jerman mungkin kita acuannya ke sana. Mereka kalau dari sisi permesianan sudah generasi keempat atau kelima. Efisiensinya tinggi, beda.
Bagaimana dengan tingkat komponen dalam negeri jika teknologi yang dibawa dari luar?
Kami akan memberikan perhatian terhadap tingkat kompene dalam negeri (TKDN). Kebetulan saya juga kan menjadi salah seorangtim ahli di Kemenperin dalam urusan TKDN ini. TKDN harus terus ditingkatkan dengan dorongan regulasi yang tegas. Soal regulasi ini juga harus firm di semua sektor termasuk di sektor transisi energi yang sedang ramai.
Saya mengapresiasi progam hilirisasi mineral yang digaungkan pemerintahan Jokowi. dengan begitu akan membuat industri kita lenih maju. Karena apa? Hilirisasi inikanarahnya untuk memproduksi barang subsitusi yang tadinya diimpor menjadi dihasilkan di sini.
Beberapa sektor seperti migas dan listrik memang kandungan TKDN-nya memang beberapa kebutuhan sudah tersedia di luar negeri, tapi masih banyak juga yang impor seperti boiler untuk pembangkit.
Apa yang melatarbelakangi Protech sehingga akan mengembangkan bisnis berbasis lingkungan?
Ini bisnis sangat potensial. Belum banyak pemainnya di sini. Sebagai perbandingan, coba lihat perusahaan pengelola limbah sampah di AS (Amerika Serikat), namanya Waste Management Inc revenue nya mencapai USD15 miliar per tahun. Itu luar biasa. Itu lah sekrang kita ke depan akan seperti itu.
Pengelolaan sampah adalah salah staunya. Kita akan masuk ke situ karena produksi sampah di kita relatif besar. Coba lihat sampah yang masuk ke bantar gebang itu hanya 65% dari keseluruhan sampah yang dibuang. Sisanya ada yang dibakar, ada yang dibuang ke kali, sungai.
Bantar Gebang itu timbunan sampah terbesar di dunia. No sembilan ada di Bali. Makanya waktu itu Jokowi saat sebelum IMF 2018 itu dibereskan. Jadi balik lagi, masalah pengelolaan sampah itu memangcost-nya mahal, jadi tidak ada yang memikirkan. Makanya saya masuk di situ. Yang lain dari pengelolaan limbah rumah sakit dan lain-lain.
Soal limbah, itu macam-macam. Mulai di limbah transportasi, industry, kapal. Selama inikanapa ada yang pikirin? Ga ada. Kita masuk ke sana. Jadi bisnisnya masih dalam kontruksinya. Tapi nanti ada unit usaha investasi yang fokus pada investasi, investasirenewable. Menggarap limbah menjadi listrik, biomassa menjadi listrik. Sampah yang selama ini menjadi masalah akan kita olah. Minimum 85% sampah yang keluar akan kita olah menjadizero waste.
Dari sisi value, di mana posisi Protech nantinya?
Saat ini kita masuk ke era digital, eraInternet of Thing(IOT). Dan juga era bisnis yang peduli ligkungan hidup. Kedua sektor ini menurut saya yangunlimited valuation. Tapi bagaimanaunlock value-nya? Makanya saya akuisisi perusahaan Tbk, ya Protech ini.Ke depan akan kami sudah punyablueprintbaru.
Sejauh mana Protech melihat peluang di tren bisnis yang terkait lingkungan yang bersih ini?
Kita sudah adaroadmapke depan. Hanya saja saat masih di kontraktor biasa dan menuju ke kontraktor infrastrukturgreen.Kita sudah ada beberapa projek, misalnya kita melihat proyek penerangan jalan umum di daerah. Dulu pake lampu boros energi yang mahal, kita ubah ke hemat energi.
Untuk pengolahan sampah ini kami sudah ada kerja sama dengan pihak lain dari BUMN dan BUMD untuk mengolah sampah di Jakarta. Ini kita kerja sama dengan Jerman plus pendanaannya. Adapun yang biomassa kita sudah tandatangan dengan BUMN di sektor kehutanan untuk mengolah biomassa untuk bahan baku energi. Kita kita kerja sama dengan MEBI (masyaraat energi biomassa Indonesia). Ini potensial sekali karena ada sekitar 10 juta ha untuk hutan tanaman energi.
Ini kan yang mengelola APHI (asosiasi pengusaha hutan Indonesia), selama ini mereka hanya menjual chip, produk sampingannya dari kayu. Saya ingin mengajak mereka untuk meningkatkan nilai tambah di industri ini. Selama ini mereka hanya menggantungkan dana dari pemerintah speri reboisiasi dan lain-lain.
Kita ajak APHI ini untuk berkolaborasi di MEBI agar bisa punya saham di industri lain sperti pembangkit. Pasarnya kalau saat ini di programco firingPLTU dan itu akan terus berkembang karena pasarnya. Tidak hanya RI, tapi juga ekspor ke Jepang dan Korea.
Namun, meski kita arahnya ke energi bersih harus diingat bahwa yang eksisting bukan berarti dilupakan. Di masa transisi, ini yang harus dipikirkan.
Apakah ada aksi korporasi di Protech tahun ini?
Era transisi energi ini kan akan banyak proyek yang berbasis sumber energi ramah lingkungan, bersih. Kami akan masuk di saat kontruksi,land clearingdll. Kami akan masuk di hubungkan semuanya dari hulu sampai hilir. Mungkin semester duan anti akan semakin kelihatan bisnisnya.
Yang pasti tahun ini akan menyasar beberapa proyek infrastruktur green. Ada dua–tiga proyek yang sedang dibicarakan. Kontrak-kontrak dalam dua bulan ke depan mungkin jalan.
Tadi saya bicara Protech itu akan jadienvironmental technologies group of company. Jadi, itu tidak hanya kontraktor tapi bisa investasi danpendanaan. yanto kusdiantono
(ynt)