Dongkrak Ekonomi Anggota, Ketua Ikafeb Usakti Dorong Pembentukan Koperasi Konsumen
Senin, 21 Maret 2022 - 10:20 WIB
Sebagai contoh, nantinya kebutuhan pokok anggota Ikafeb Usakti bisa dipenuhi dari koperasi alumni. Berarti, perputaran uangnya sudah jelas. Apabila anggota membeli kebutuhan bahan pokok di koperasi, maka untungnya akan kembali kepada seluruh anggota.
Adapun, sebagian besar alumni Universitas Trisakti adalah pengusaha atau wiraswasta (usaha mikro, kecil, dan menengah/UMKM) yang memiliki usaha di bidang kuliner. Hal ini, kata Levi, harus diakomodasi.
Untuk mendukung anggota yang memiliki usaha di bidang kuliner, organisasi akan menyiapkan platform besar dan marketplace. Tujuannya agar produk-produk yang dihasilkan alumni bisa difasilitasi dan dipasarkan melalui platform yang dibuat tersebut.
"Jadi kita atau panitia, berusaha untuk bisa menjawab persoalan mereka (anggota Ikafeb Usakti). Persoalan dalam usaha itu kan tidak lepas dari masalah permodalan, pemasaran dan manajemen. Itu semua akan kita fasilitasi dengan memberikan program-program pelatihan," paparnya.
Kendati demikian, Levi sadar bahwa tantangan dalam menggelorakan koperasi cukup besar. Sebab di zaman sekarang ini, koperasi dianggap old fashion. Padahal sebenarnya, koperasi merupakan bentuk paling ideal untuk menjalankan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Selain dianggap gaya lama, koperasi juga diselimuti stigma. Kejadian-kejadian yang mencoreng nama koperasi pada akhirnya membuat perbankan memberikan label merah. Selain itu, ada kekuatan kapitalis yang tidak menginginkan koperasi berkembang.
Oleh karena itu, dia ingin seluruh anggota kompak menggunakan motor koperasi untuk memajukan atau meningkatkan ekonomi alumni yang tergabung dalam Ikafeb Usakti.
Adapun, sebagian besar alumni Universitas Trisakti adalah pengusaha atau wiraswasta (usaha mikro, kecil, dan menengah/UMKM) yang memiliki usaha di bidang kuliner. Hal ini, kata Levi, harus diakomodasi.
Untuk mendukung anggota yang memiliki usaha di bidang kuliner, organisasi akan menyiapkan platform besar dan marketplace. Tujuannya agar produk-produk yang dihasilkan alumni bisa difasilitasi dan dipasarkan melalui platform yang dibuat tersebut.
"Jadi kita atau panitia, berusaha untuk bisa menjawab persoalan mereka (anggota Ikafeb Usakti). Persoalan dalam usaha itu kan tidak lepas dari masalah permodalan, pemasaran dan manajemen. Itu semua akan kita fasilitasi dengan memberikan program-program pelatihan," paparnya.
Kendati demikian, Levi sadar bahwa tantangan dalam menggelorakan koperasi cukup besar. Sebab di zaman sekarang ini, koperasi dianggap old fashion. Padahal sebenarnya, koperasi merupakan bentuk paling ideal untuk menjalankan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Selain dianggap gaya lama, koperasi juga diselimuti stigma. Kejadian-kejadian yang mencoreng nama koperasi pada akhirnya membuat perbankan memberikan label merah. Selain itu, ada kekuatan kapitalis yang tidak menginginkan koperasi berkembang.
Oleh karena itu, dia ingin seluruh anggota kompak menggunakan motor koperasi untuk memajukan atau meningkatkan ekonomi alumni yang tergabung dalam Ikafeb Usakti.
(ind)
tulis komentar anda