Luhut Bilang Tak ada Pilihan Selain Pertamax Naik, Jebol Nanti Pertamina!
Jum'at, 01 April 2022 - 16:16 WIB
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kenaikan Pertamax per 1 April 2022 telah melalui pembahasan di Istana sebelumnya. Diterangkan oleh Luhut bahwa kenaikan harga BBM yang dilakukan Indonesia terbilang terlambat bila dibandingkan dengan negara lain.
“Saya ingin menyatakan bahwa di seluruh dunia kemarin paparan saya kepada presiden, kita yang paling lambat menaikkan semua (beberapa harga) di banding semua negara-negara sudah menaikkan,” kata Menko Luhut dalam kunjungannya saat meninjau LRT Jabodebek, Jumat (1/4/2022).
Luhut menerangkan, adakelangkaan pasokan beberapa komoditas hingga menyebabkan kenaikan yang dialami secara global. Salah satu penyebabnya yakni akibat perang Rusia Ukraina yang berkepanjangan.
“Kemudian kelangkaan juga sun flower tidak bisa mengimpor atau mengekspor dari Ukraina dan tadi juga sanksi membuat ini menjadi masalah. Tapi kita beruntung masih bisa memanen ekonomi kita lebih baik, sehingga dampaknya tidak terlalu besar,” ujarnya.
“Kita harus naikkan (kita tak punya pilihan) karena kalau tidak harga asumsi minyak itu 63 dollar di APBN. Sekarang itu sudah 98 dolar (angkanya sudah luar biasa) kalau ditahan terus nanti jebol Pertamina,” paparnya.
Dengan begitu, maka Pemerintah harus semua efisien dan Luhut telah berdiskusi dengan Presiden untuk sejumlah kenaikan.
“Kemudian juga kita dorong penggunaan mobil listrik, nanti mobil truk kita akan dorong menghemat penggunaan fuel menghindari harga yang cukup naik. Jadi overall yang terjadi pada Pertamax, Pertalite dan nanti juga itu (premium belum) apalagi tuh gas yang 3 kilo,” tambahnya.
“Saya ingin menyatakan bahwa di seluruh dunia kemarin paparan saya kepada presiden, kita yang paling lambat menaikkan semua (beberapa harga) di banding semua negara-negara sudah menaikkan,” kata Menko Luhut dalam kunjungannya saat meninjau LRT Jabodebek, Jumat (1/4/2022).
Baca Juga
Luhut menerangkan, adakelangkaan pasokan beberapa komoditas hingga menyebabkan kenaikan yang dialami secara global. Salah satu penyebabnya yakni akibat perang Rusia Ukraina yang berkepanjangan.
“Kemudian kelangkaan juga sun flower tidak bisa mengimpor atau mengekspor dari Ukraina dan tadi juga sanksi membuat ini menjadi masalah. Tapi kita beruntung masih bisa memanen ekonomi kita lebih baik, sehingga dampaknya tidak terlalu besar,” ujarnya.
“Kita harus naikkan (kita tak punya pilihan) karena kalau tidak harga asumsi minyak itu 63 dollar di APBN. Sekarang itu sudah 98 dolar (angkanya sudah luar biasa) kalau ditahan terus nanti jebol Pertamina,” paparnya.
Dengan begitu, maka Pemerintah harus semua efisien dan Luhut telah berdiskusi dengan Presiden untuk sejumlah kenaikan.
“Kemudian juga kita dorong penggunaan mobil listrik, nanti mobil truk kita akan dorong menghemat penggunaan fuel menghindari harga yang cukup naik. Jadi overall yang terjadi pada Pertamax, Pertalite dan nanti juga itu (premium belum) apalagi tuh gas yang 3 kilo,” tambahnya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda