Taliban Larang Anak Perempuan Sekolah, Bank Dunia Bekukan Proyek Rp8,5 Triliun
Minggu, 03 April 2022 - 22:20 WIB
KABU; - Bank Dunia telah menangguhkan empat proyek di Afghanistan senilai USD600 juta atau setara dengan Rp8,5 triliun (Kurs Rp14,289 per USD), setelah Taliban melarang anak perempuan kembali ke sekolah menengah. Dalam proyek tersebuk termasuk di antaranya meningkatkan pendidikan, kesehatan dan pertanian.
Bank Dunia dalam pernyataan sebelumnya juga menerangkan, mempunyai "fokus yang kuat untuk memastikan bahwa anak perempuan dan perempuan berpartisipasi dan mendapat manfaat dari dukungan yang diberikan,". Sementara itu dilansir BBC, Taliban pada pekan lalu membatalkan keputusan untuk mengizinkan sekolah dibuka setelah berbulan-bulan adanya pembatasan.
Taliban mengatakan, sekolah-sekolah hanya akan dibuka kembali setelah keputusan tentang seragam untuk siswa perempuan telah dibuat sesuai dengan "hukum Syariah dan tradisi Afghanistan".
Langkah itu telah menuai kecaman internasional, sementara pada hari Sabtu para pengunjuk rasa berkumpul dekat dengan Kementerian Pendidikan di Ibukota negara itu Kabul untuk menuntut agar sekolah-sekolah dibuka kembali.
Proyek-proyek yang mendapatkan kucuran dana Bank Dunia ditargetkan dapat memberi perempuan dan anak perempuan akses ke layanan di Afghanistan, seperti halnya laki-laki. Mereka dibiayai oleh Afghanistan Reconstruction Trust Fund (ARTF), yang dibekukan tahun lalu setelah Taliban menguasai negara itu.
Pada awal bulan ini, dewan eksekutif Bank Dunia menyetujui rencana untuk menggunakan lebih dari USD1 miliar dari dana tersebut untuk mendukung "kebutuhan mendesak" termasuk pada bidang pendidikan, pertanian dan kesehatan.
Di balik rencana, uang itu tidak akan diserahkan kepada pihak berwenang Taliban, dan malah akan didistribusikan melalui badan-badan PBB dan kelompok-kelompok bantuan.
"Sebagai langkah pertama, donor ARTF membekukan empat proyek senilai sekitar USD600 juta yang disiapkan untuk mendukung kebutuhan mendesak di sektor pendidikan, kesehatan, dan pertanian, serta mata pencaharian masyarakat," kata bank dalam sebuah pernyataan pada 1 Maret.
"Dana USD600 juta ini akan dilengkapi dengan alokasi tambahan dari ARTF selama 2022 karena kondisinya memungkinkan. Pendekatan bertahap ini dirancang untuk menjadi fleksibel dan adaptif, mengakui bahwa situasi di lapangan tetap kondusif," tambahnya.
Sementara itu pada hari Jumat, sebuah pernyataan bersama oleh para pejabat dari 10 negara, termasuk AS dan Inggris, menggambarkan tindakan Taliban sebagai sikap yang "sangat mengganggu". Departemen Luar Negeri AS juga telah membatalkan pertemuan dengan Taliban, yang dijadwalkan berlangsung di Qatar.
Lihat Juga: 3 Penyebab Harga Beras Indonesia Termahal di ASEAN, tapi Penghasilan Petani Paling Kecil
Bank Dunia dalam pernyataan sebelumnya juga menerangkan, mempunyai "fokus yang kuat untuk memastikan bahwa anak perempuan dan perempuan berpartisipasi dan mendapat manfaat dari dukungan yang diberikan,". Sementara itu dilansir BBC, Taliban pada pekan lalu membatalkan keputusan untuk mengizinkan sekolah dibuka setelah berbulan-bulan adanya pembatasan.
Taliban mengatakan, sekolah-sekolah hanya akan dibuka kembali setelah keputusan tentang seragam untuk siswa perempuan telah dibuat sesuai dengan "hukum Syariah dan tradisi Afghanistan".
Langkah itu telah menuai kecaman internasional, sementara pada hari Sabtu para pengunjuk rasa berkumpul dekat dengan Kementerian Pendidikan di Ibukota negara itu Kabul untuk menuntut agar sekolah-sekolah dibuka kembali.
Proyek-proyek yang mendapatkan kucuran dana Bank Dunia ditargetkan dapat memberi perempuan dan anak perempuan akses ke layanan di Afghanistan, seperti halnya laki-laki. Mereka dibiayai oleh Afghanistan Reconstruction Trust Fund (ARTF), yang dibekukan tahun lalu setelah Taliban menguasai negara itu.
Pada awal bulan ini, dewan eksekutif Bank Dunia menyetujui rencana untuk menggunakan lebih dari USD1 miliar dari dana tersebut untuk mendukung "kebutuhan mendesak" termasuk pada bidang pendidikan, pertanian dan kesehatan.
Di balik rencana, uang itu tidak akan diserahkan kepada pihak berwenang Taliban, dan malah akan didistribusikan melalui badan-badan PBB dan kelompok-kelompok bantuan.
"Sebagai langkah pertama, donor ARTF membekukan empat proyek senilai sekitar USD600 juta yang disiapkan untuk mendukung kebutuhan mendesak di sektor pendidikan, kesehatan, dan pertanian, serta mata pencaharian masyarakat," kata bank dalam sebuah pernyataan pada 1 Maret.
"Dana USD600 juta ini akan dilengkapi dengan alokasi tambahan dari ARTF selama 2022 karena kondisinya memungkinkan. Pendekatan bertahap ini dirancang untuk menjadi fleksibel dan adaptif, mengakui bahwa situasi di lapangan tetap kondusif," tambahnya.
Sementara itu pada hari Jumat, sebuah pernyataan bersama oleh para pejabat dari 10 negara, termasuk AS dan Inggris, menggambarkan tindakan Taliban sebagai sikap yang "sangat mengganggu". Departemen Luar Negeri AS juga telah membatalkan pertemuan dengan Taliban, yang dijadwalkan berlangsung di Qatar.
Lihat Juga: 3 Penyebab Harga Beras Indonesia Termahal di ASEAN, tapi Penghasilan Petani Paling Kecil
(akr)
tulis komentar anda