Ramalan Bos JPMorgan: Perang Rusia Ukraina Bakal Berkepanjangan, Sarankan Ini ke AS
Senin, 04 April 2022 - 21:31 WIB
NEW YORK - CEO JPMorgan, Jamie Dimon memperingatkan, bahwa bank dapat kehilangan sekitar USD1 miliar atau setara Rp14,3 triliun (Kurs Rp14.304 per USD) terkait eksposur Rusia . Ini menjadi pertama kalinya bagi JPMorgan untuk merinci sejauh mana potensi kerugian yang dihasilkan dari konflik di Ukraina .
Dalam surat tahunannya yang diawasi para pemegang saham, Chairman dan Kepala Eksekutif bank terbesar di Amerika Serikat (AS) berdasarkan aset juga mendesak pemerintah Joe Biden untuk meningkatkan kehadiran militernya di Eropa. Serta mengulangi seruan untuk mengembangkan rencana dalam memastikan keamanan energi untuk dirinya sendiri dan sekutu-sekutunya.
Dimon tidak memberikan, rincian tentang potensi kerugian JPMorgan atau kerangka waktu, tetapi Ia mengemukankan bank khawatir tentang dampak sekunder dari invasi Rusia ke Ukraina pada perusahaan dan negara. Sementara itu Rusia menyebut tindakannya sebagai 'operasi khusus'.
Di sisi lain bank-bank global telah merinci eksposur mereka ke Rusia dalam beberapa pekan terakhir, tetapi Dimon sebagai pemimpin bisnis dunia paling terkenal belum mengomentari dampak konflik Ukraina secara lebih luas.
"Amerika harus siap untuk kemungkinan perang yang berkepanjangan di Ukraina dengan hasil yang tidak dapat diprediksi. Kita harus bersiap untuk yang terburuk dan berharap yang terbaik," tulis Dimon.
Selain itu Dimon juga membahas hubungan antara Amerika Serikat dan China, dimana terang dia AS harus mengubah rantai pasokan untuk membatasi ruang lingkupnya ke pemasok di Amerika Serikat atau hanya memasukkan 'sekutu yang sepenuhnya ramah.
Dia juga mendesak Amerika Serikat untuk bergabung kembali dengan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), salah satu kesepakatan perdagangan multinasional terbesar di dunia.
Lalu Ia juga menyinggung kondisi makroekonomi, dimana Dimon mengatakan,kenaikan suku bunga Federal Reserve "bisa jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan pasar." Dia juga merinci kenaikan biaya bank, sebagian karena investasi teknologi dan biaya akuisisi.
Dalam surat tahunannya yang diawasi para pemegang saham, Chairman dan Kepala Eksekutif bank terbesar di Amerika Serikat (AS) berdasarkan aset juga mendesak pemerintah Joe Biden untuk meningkatkan kehadiran militernya di Eropa. Serta mengulangi seruan untuk mengembangkan rencana dalam memastikan keamanan energi untuk dirinya sendiri dan sekutu-sekutunya.
Dimon tidak memberikan, rincian tentang potensi kerugian JPMorgan atau kerangka waktu, tetapi Ia mengemukankan bank khawatir tentang dampak sekunder dari invasi Rusia ke Ukraina pada perusahaan dan negara. Sementara itu Rusia menyebut tindakannya sebagai 'operasi khusus'.
Di sisi lain bank-bank global telah merinci eksposur mereka ke Rusia dalam beberapa pekan terakhir, tetapi Dimon sebagai pemimpin bisnis dunia paling terkenal belum mengomentari dampak konflik Ukraina secara lebih luas.
"Amerika harus siap untuk kemungkinan perang yang berkepanjangan di Ukraina dengan hasil yang tidak dapat diprediksi. Kita harus bersiap untuk yang terburuk dan berharap yang terbaik," tulis Dimon.
Selain itu Dimon juga membahas hubungan antara Amerika Serikat dan China, dimana terang dia AS harus mengubah rantai pasokan untuk membatasi ruang lingkupnya ke pemasok di Amerika Serikat atau hanya memasukkan 'sekutu yang sepenuhnya ramah.
Dia juga mendesak Amerika Serikat untuk bergabung kembali dengan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), salah satu kesepakatan perdagangan multinasional terbesar di dunia.
Lalu Ia juga menyinggung kondisi makroekonomi, dimana Dimon mengatakan,kenaikan suku bunga Federal Reserve "bisa jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan pasar." Dia juga merinci kenaikan biaya bank, sebagian karena investasi teknologi dan biaya akuisisi.
tulis komentar anda