Dampak Perang Rusia Ukraina ke RI, Bukan Bom Tapi Bikin Kantong Jebol
Sabtu, 16 April 2022 - 15:00 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pemulihan ekonomi dunia yang masih sangat dini dan rapuh akibat pukulan pandemi yang belum berakhir saat ini dihadapkan pada risiko dan tantangan yang makin besar dan kompleks. Bahkan, perang di Rusia dan Ukraina berpotensi mengoreksi kembali prediksi pertumbuhan ekonomi global termasuk Indonesia.
"Perang dan ketegangan geopolitik di Ukraina masih menyebabkan kerusakan rantai global di bidang energi, pangan, dan komoditas strategis. Hal ini menimbulkan lonjakan harga komoditas secara global dan tekanan inflasi yang sangat tinggi di berbagai negara maju dan berkembang," ujar Sri dalam konferensi pers THR dan Gaji Ke-13 PNS di Jakarta, Sabtu (16/4/2022).
Respons kebijakan moneter di negara maju juga berpotensi menimbulkan dampak-dampak yang sangat besar pada perekonomian . Dunia dihadapkan pada risiko baru yang sangat tinggi. hal ini tercermin dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang direvisi ke bawah secara cukup tajam. OECD merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2022 dari 4,5% menjadi hanya 3,5%. World Bank juga merevisi turun pertumbuhan ekonomi dunia dari 4,4% ke 3,5%.
"IMF bulan Januari 2022 lalu juga telah merevisi turun proyeksi pertumbuhan dunia dari 4,9% menjadi 4,4%, dan diprediksikan akan merevisi kebawah lagi setelah terjadinya perang di Ukraina," ungkap Sri.
Lihat Infografis: Bentrok Pecah, Pasukan Israel Menyerang Masjid Al-Aqsa
Dia mengatakan, Indonesia terus menjaga kondisi masyarakat dan perekonomian melalui berbagai kebijakan. "Terutama menggunakan instrumen APBN yang terus bekerja sangat keras mengelola berbagai shock atau pukulan yang mengancam kesehatan dan kesejahteraan kepada perekonomian," pungkas Sri.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
"Perang dan ketegangan geopolitik di Ukraina masih menyebabkan kerusakan rantai global di bidang energi, pangan, dan komoditas strategis. Hal ini menimbulkan lonjakan harga komoditas secara global dan tekanan inflasi yang sangat tinggi di berbagai negara maju dan berkembang," ujar Sri dalam konferensi pers THR dan Gaji Ke-13 PNS di Jakarta, Sabtu (16/4/2022).
Respons kebijakan moneter di negara maju juga berpotensi menimbulkan dampak-dampak yang sangat besar pada perekonomian . Dunia dihadapkan pada risiko baru yang sangat tinggi. hal ini tercermin dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang direvisi ke bawah secara cukup tajam. OECD merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2022 dari 4,5% menjadi hanya 3,5%. World Bank juga merevisi turun pertumbuhan ekonomi dunia dari 4,4% ke 3,5%.
"IMF bulan Januari 2022 lalu juga telah merevisi turun proyeksi pertumbuhan dunia dari 4,9% menjadi 4,4%, dan diprediksikan akan merevisi kebawah lagi setelah terjadinya perang di Ukraina," ungkap Sri.
Lihat Infografis: Bentrok Pecah, Pasukan Israel Menyerang Masjid Al-Aqsa
Dia mengatakan, Indonesia terus menjaga kondisi masyarakat dan perekonomian melalui berbagai kebijakan. "Terutama menggunakan instrumen APBN yang terus bekerja sangat keras mengelola berbagai shock atau pukulan yang mengancam kesehatan dan kesejahteraan kepada perekonomian," pungkas Sri.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(nng)
tulis komentar anda