Pelaku Perhotelan Berharap Insentif Langsung dari Pemerintah
Senin, 22 Juni 2020 - 14:17 WIB
JAKARTA - Industri akomodasi seperti perhotelan sangat terdampak pandemi Covid-19. Untuk itu, pelaku usaha mengharapkan adanya insentif langsung dari pemerintah.
CEO Aston Priority Simatupang Hotel Kadafi Yahya mengatakan, meskipun sudah ada insentif bagi perhotelan namun pada praktiknya terdapat banyak hambatan sehingga pencairan dan dampaknya dirasakan lambat. Menurut Kadafi, harus ada insentif langsung untuk pelaku usaha hotel.
"Pelaku usaha hotel memiliki beban bunga dan karyawan. Sedangkan kondisi baru normal 2-3 tahun kedepan. Kami butuh insentif langsung seperti bantuan pra kerja," ujar Kadafi dalam wawancaranya dengan IDX Channel, Senin (22/6/2020).
Dia juga menambahkan berbagai stimulus untuk industri khususnya perhotelan tidak tepat sasaran. Menurut dia, hal itu karena pemerintah tidak mengajak pelaku industri berdiskusi. Sehingga ini menambah ketidaktahuan pemerintah dengan kondisi yang terjadi. "Arah kebijakan stimulus pemerintah keliru. Pencairannya lambat dan kemungkinan baru terasa dua tahun ke depan," ujarnya. (Baca juga : Sri Mulyani Obral Stimulus dan Insentif Dorong Pertumbuhan Ekonomi )
Bahkan, untuk insentif pajak juga disebutnya tidak efektif karena kondisi penjualan kamar hotel yang sudah berkurang drastis. Sehingga diperlukan insentif langsung ke pelaku usaha. "Kami punya beban investasi sedangkan bisnis baru akan normal dalam beberapa tahun lagi," ujarnya.
Lebih jauh dia mengakui akan ada perubahan dalam industri perhotelan karena berbagai protokoler kesehatan. Bahkan, protokol dari pemerintah dinilainya akan menambah protokoler yang sudah dimiliki perhotelan.
"Akan ada perubahan hal teknis seperti transaksi keuangan digital, tombol lift akan diganti untuk keamanan, serta pelayanan restoran khususnya penyediaan sendok garpu akan berubah. Karena kami ingin tamu hotel minim sentuhan fisik," ujarnya.
Lihat Juga: Next Hotel Yogyakarta Tawarkan Paket Pernikahan Lengkap, Lokasi Impian dan Fasilitas Mewah
CEO Aston Priority Simatupang Hotel Kadafi Yahya mengatakan, meskipun sudah ada insentif bagi perhotelan namun pada praktiknya terdapat banyak hambatan sehingga pencairan dan dampaknya dirasakan lambat. Menurut Kadafi, harus ada insentif langsung untuk pelaku usaha hotel.
"Pelaku usaha hotel memiliki beban bunga dan karyawan. Sedangkan kondisi baru normal 2-3 tahun kedepan. Kami butuh insentif langsung seperti bantuan pra kerja," ujar Kadafi dalam wawancaranya dengan IDX Channel, Senin (22/6/2020).
Dia juga menambahkan berbagai stimulus untuk industri khususnya perhotelan tidak tepat sasaran. Menurut dia, hal itu karena pemerintah tidak mengajak pelaku industri berdiskusi. Sehingga ini menambah ketidaktahuan pemerintah dengan kondisi yang terjadi. "Arah kebijakan stimulus pemerintah keliru. Pencairannya lambat dan kemungkinan baru terasa dua tahun ke depan," ujarnya. (Baca juga : Sri Mulyani Obral Stimulus dan Insentif Dorong Pertumbuhan Ekonomi )
Bahkan, untuk insentif pajak juga disebutnya tidak efektif karena kondisi penjualan kamar hotel yang sudah berkurang drastis. Sehingga diperlukan insentif langsung ke pelaku usaha. "Kami punya beban investasi sedangkan bisnis baru akan normal dalam beberapa tahun lagi," ujarnya.
Lebih jauh dia mengakui akan ada perubahan dalam industri perhotelan karena berbagai protokoler kesehatan. Bahkan, protokol dari pemerintah dinilainya akan menambah protokoler yang sudah dimiliki perhotelan.
"Akan ada perubahan hal teknis seperti transaksi keuangan digital, tombol lift akan diganti untuk keamanan, serta pelayanan restoran khususnya penyediaan sendok garpu akan berubah. Karena kami ingin tamu hotel minim sentuhan fisik," ujarnya.
Lihat Juga: Next Hotel Yogyakarta Tawarkan Paket Pernikahan Lengkap, Lokasi Impian dan Fasilitas Mewah
(ind)
tulis komentar anda