Dibayangi Hantu Resesi Harga Minyak Jatuh 2 Persen Lebih
Kamis, 23 Juni 2022 - 11:54 WIB
JAKARTA - Harga minyak mentah mengalami penurunan lebih dari 2% pada Kamis (23/6/2022). Data bursa Intercontinental Exchange (ICE) hingga pukul 10:04 WIB menunjukkan, harga minyak Brent kontrak Agustus 2022 jatuh 2,25% di USD109,23 per barel, sementara Brent untuk pengiriman September 2022 turun 2,27% di USD106,18 per barel.
West Texas Intermediate (WTI) Agustus 2022 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) merosot 2,62% di USD103,41 per barel, sementara WTI September 2022 anjlok 2,63% di USD101,25 per barel.
Sebelumnya, kedua benchmark harga minyak itu jatuh sekitar 3% pada Rabu kemarin (22/6/2022) mendekati level terendahnya sejak pertengahan Mei.
Resesi masih menjadi bayang-bayang penurunan harga minyak, mengingat perlambatan ekonomi global dapat menghantam permintaan. Anjloknya konsumsi minyak membuat harganya tergerus.
Pasar masih terus menilai seberapa besar kekhawatiran terhadap langkah sejumlah bank sentral yang berpotensi mendorong ekonomi dunia ke dalam resesi, menyusul langkah bank sentral di tingkat global berlomba menaikkan suku bunga demi menahan gejolak inflasi, terlebih Amerika Serikat sebagai salah satu produsen minyak terbesar.
"Pasar minyak tetap di bawah tekanan karena investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga AS akan menghambat pemulihan ekonomi dan mengurangi permintaan bahan bakar," kata Head of Analyst Fujitomi Securities Co Ltd, Kazuhiko Saito, dilansir Reuters, Kamis (23/6/2022).
Saito memperkirakan harga WTI bisa turun di bawah USD100 per barel sebelum musim liburan di Amerika Serikat. Menurutnya, para spekulan akan menjual posisi beli mereka menjelang akhir kuartal kedua.
Sebelumnya, Gubenur Federal Reserve menyatakan komitmen penuh untuk mengendalikan harga bahkan jika hal itu berisiko terhadap penurunan ekonomi. Presiden AS Joe Biden juga meminta Kongres untuk meloloskan kebijakan penangguhan pajak bahan bakar selama tiga bulan demi menurunkan harga dan memberikan bantuan sementara bagi warga AS pada musim panas ini.
"Kabar tersebut untuk sementara waktu dapat mendorong harga produk minyak, tetapi kemudian dilihat lagi bahwa jika pajak bensin ditangguhkan, harga eceran akan tetap tinggi, sehingga sulit untuk merangsang permintaan," tutur Saito.
Saat ini pasar menantikan rilis data minyak dari Badan Administrasi Informasi Energi AS pada Kamis (23/6/2022). Namun, lembaga tersebut mengumumkan adanya penundaan karena masalah sistem, dan diperkirakan akan diumumkan kembali pada pekan depan.
West Texas Intermediate (WTI) Agustus 2022 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) merosot 2,62% di USD103,41 per barel, sementara WTI September 2022 anjlok 2,63% di USD101,25 per barel.
Sebelumnya, kedua benchmark harga minyak itu jatuh sekitar 3% pada Rabu kemarin (22/6/2022) mendekati level terendahnya sejak pertengahan Mei.
Resesi masih menjadi bayang-bayang penurunan harga minyak, mengingat perlambatan ekonomi global dapat menghantam permintaan. Anjloknya konsumsi minyak membuat harganya tergerus.
Pasar masih terus menilai seberapa besar kekhawatiran terhadap langkah sejumlah bank sentral yang berpotensi mendorong ekonomi dunia ke dalam resesi, menyusul langkah bank sentral di tingkat global berlomba menaikkan suku bunga demi menahan gejolak inflasi, terlebih Amerika Serikat sebagai salah satu produsen minyak terbesar.
"Pasar minyak tetap di bawah tekanan karena investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga AS akan menghambat pemulihan ekonomi dan mengurangi permintaan bahan bakar," kata Head of Analyst Fujitomi Securities Co Ltd, Kazuhiko Saito, dilansir Reuters, Kamis (23/6/2022).
Saito memperkirakan harga WTI bisa turun di bawah USD100 per barel sebelum musim liburan di Amerika Serikat. Menurutnya, para spekulan akan menjual posisi beli mereka menjelang akhir kuartal kedua.
Sebelumnya, Gubenur Federal Reserve menyatakan komitmen penuh untuk mengendalikan harga bahkan jika hal itu berisiko terhadap penurunan ekonomi. Presiden AS Joe Biden juga meminta Kongres untuk meloloskan kebijakan penangguhan pajak bahan bakar selama tiga bulan demi menurunkan harga dan memberikan bantuan sementara bagi warga AS pada musim panas ini.
"Kabar tersebut untuk sementara waktu dapat mendorong harga produk minyak, tetapi kemudian dilihat lagi bahwa jika pajak bensin ditangguhkan, harga eceran akan tetap tinggi, sehingga sulit untuk merangsang permintaan," tutur Saito.
Saat ini pasar menantikan rilis data minyak dari Badan Administrasi Informasi Energi AS pada Kamis (23/6/2022). Namun, lembaga tersebut mengumumkan adanya penundaan karena masalah sistem, dan diperkirakan akan diumumkan kembali pada pekan depan.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda