Gegara Banyak Tanggal Merah di Asia Tenggara, Harga Minyak Ikut Loyo
Senin, 11 Juli 2022 - 10:33 WIB
JAKARTA - Harga minyak mentah melemah pada perdagangan hari ini disebabkan banyaknya tanggal merah di Asia Tenggara. Data bursa Intercontinental Exchange (ICE) Senin (11/7/2022) menunjukkan harga minyak Brent kontrak September 2022 melemah 0,60% di USD106,38 per barel.
West Texas Intermediate (WTI) September 2022 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) koreksi 0,70% di USD100,82 per barel. Selain banyaknya hari libur di beberapa negara di Asia Tenggara juga disebabkan di tengah kekhawatiran pasokan yang ketat dipicu perlambatan pertumbuhan global.
Penurunan juga terjadi seiring sentimen kekhawatiran kenaikan suku bunga akan memicu resesi dan mengurangi permintaan minyak. Kedua kontrak acuan diperdagangkan lebih rendah pada awal perdagangan pada hari Senin kemudian berbalik positif sebelum diperdagangkan ke arah yang berbeda. Sejumlah analis menilai pasar minyak mulai merespons kebangkitan Covid-19 di beberapa negara.
"Posisi beli dalam minyak mentah berjangka WTI saat ini berada di level terendah sejak Maret 2020. Hal ini terjadi akibat penurunan permintaan di tengah wabah awal Covid-19," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Senin (11/7/2022).
Data terbaru terkait kasus Covid-19 di China menunjukkan adanya penurunan angka. Kendati demikian, kekhawatiran tentang potensi pengetatan pembatasan yang lebih luas masih menghantui pasar, setelah subvarian Omicron baru ditemukan di Shanghai.
Dari sisi penawaran, pasar juga tampak masih gelisah seputar rencana negara-negara Barat untuk membatasi harga minyak Rusia. Sebelumnya Presiden Vladimir Putin memperingatkan bahwa sanksi barat dapat menyebabkan bencana di pasar energi global.
West Texas Intermediate (WTI) September 2022 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) koreksi 0,70% di USD100,82 per barel. Selain banyaknya hari libur di beberapa negara di Asia Tenggara juga disebabkan di tengah kekhawatiran pasokan yang ketat dipicu perlambatan pertumbuhan global.
Penurunan juga terjadi seiring sentimen kekhawatiran kenaikan suku bunga akan memicu resesi dan mengurangi permintaan minyak. Kedua kontrak acuan diperdagangkan lebih rendah pada awal perdagangan pada hari Senin kemudian berbalik positif sebelum diperdagangkan ke arah yang berbeda. Sejumlah analis menilai pasar minyak mulai merespons kebangkitan Covid-19 di beberapa negara.
"Posisi beli dalam minyak mentah berjangka WTI saat ini berada di level terendah sejak Maret 2020. Hal ini terjadi akibat penurunan permintaan di tengah wabah awal Covid-19," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Senin (11/7/2022).
Data terbaru terkait kasus Covid-19 di China menunjukkan adanya penurunan angka. Kendati demikian, kekhawatiran tentang potensi pengetatan pembatasan yang lebih luas masih menghantui pasar, setelah subvarian Omicron baru ditemukan di Shanghai.
Dari sisi penawaran, pasar juga tampak masih gelisah seputar rencana negara-negara Barat untuk membatasi harga minyak Rusia. Sebelumnya Presiden Vladimir Putin memperingatkan bahwa sanksi barat dapat menyebabkan bencana di pasar energi global.
(nng)
tulis komentar anda