Gas Rusia Distop, Eropa Pakai Cara Paling Kotor untuk Menghasilkan Energi
Sabtu, 13 Agustus 2022 - 09:57 WIB
Semua hal di atas merupakan rintangan bagi bisnis yang berkantor pusat di Essen, yang menargetkan ingin menjadi netral karbon pada tahun 2040.
Sebagai bahan bakar fosil, batu bara memiliki efek substansial pada lingkungan dan Greenpeace menggambarkannya sebagai "cara paling kotor dan paling berpolusi untuk menghasilkan energi." Pembakaran batu bara menghasilkan banyak emisi yang berpotensi berbahaya, termasuk karbon dioksida, sulfur dioksida, partikulat, dan nitrogen oksida.
"Apa yang saat ini terjadi mudah-mudahan hanya jangka pendek, di mana kita perlu menemukan keamanan pasokan," kata Müller dari RWE.
"Dan itulah mengapa, hanya dari perspektif warga korporat, kami merasa menjadi tugas kami untuk mendukung pemerintah Jerman dalam mengembalikan kapasitas dalam jangka pendek — tetapi untuk lebih jelasnya, itu tidak mengubah strategi kami," tambahnya.
"Jadi sementara (untuk) jangka pendek kita harus membakar batu bara tambahan, namun sangat jelas bahwa perlu ada percepatan membangun energi terbarukan sehingga kita masih memenuhi ... target dalam jangka menengah dan panjang," bebernya.
Pada hari Kamis, RWE melaporkan lonjakan pendapatan untuk paruh pertama tahun 2022, dengan laba bersih yang disesuaikan mencapai 1,6 miliar euro (sekitar USD1,66 miliar), dibandingkan dengan 870 juta euro pada paruh pertama tahun 2021.
Perusahaan mengatakan telah menginvestasikan sekitar 2 miliar euro untuk memperluas portofolio hijaunya pada paruh pertama tahun 2022. "Total investasi akan mencapai lebih dari 5 miliar (euro) pada akhir 2022," paparnya.
Pembangkit listrik dari energi terbarukan sekitar 20% lebih tinggi pada periode ini dibandingkan dengan paruh pertama tahun 2021, katanya, mengutip peningkatan kondisi angin dan peningkatan kapasitas.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Sebagai bahan bakar fosil, batu bara memiliki efek substansial pada lingkungan dan Greenpeace menggambarkannya sebagai "cara paling kotor dan paling berpolusi untuk menghasilkan energi." Pembakaran batu bara menghasilkan banyak emisi yang berpotensi berbahaya, termasuk karbon dioksida, sulfur dioksida, partikulat, dan nitrogen oksida.
"Apa yang saat ini terjadi mudah-mudahan hanya jangka pendek, di mana kita perlu menemukan keamanan pasokan," kata Müller dari RWE.
"Dan itulah mengapa, hanya dari perspektif warga korporat, kami merasa menjadi tugas kami untuk mendukung pemerintah Jerman dalam mengembalikan kapasitas dalam jangka pendek — tetapi untuk lebih jelasnya, itu tidak mengubah strategi kami," tambahnya.
"Jadi sementara (untuk) jangka pendek kita harus membakar batu bara tambahan, namun sangat jelas bahwa perlu ada percepatan membangun energi terbarukan sehingga kita masih memenuhi ... target dalam jangka menengah dan panjang," bebernya.
Pada hari Kamis, RWE melaporkan lonjakan pendapatan untuk paruh pertama tahun 2022, dengan laba bersih yang disesuaikan mencapai 1,6 miliar euro (sekitar USD1,66 miliar), dibandingkan dengan 870 juta euro pada paruh pertama tahun 2021.
Perusahaan mengatakan telah menginvestasikan sekitar 2 miliar euro untuk memperluas portofolio hijaunya pada paruh pertama tahun 2022. "Total investasi akan mencapai lebih dari 5 miliar (euro) pada akhir 2022," paparnya.
Pembangkit listrik dari energi terbarukan sekitar 20% lebih tinggi pada periode ini dibandingkan dengan paruh pertama tahun 2021, katanya, mengutip peningkatan kondisi angin dan peningkatan kapasitas.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(akr)
tulis komentar anda