Gas Rusia Distop, Eropa Pakai Cara Paling Kotor untuk Menghasilkan Energi
loading...
A
A
A
BERLIN - Perusahaan raksasa energi Jerman , RWE bakal membakar batu bara lebih banyak untuk jangka pendek. Namun Direktur Keuangan RWE bersikeras, rencananya untuk menjadi netral karbon di masa depan tetap berjalan.
Komentar Michael Muller disampaikan ketika negara-negara Eropa berebut pasokan untuk mengamankan ketahanan energi mereka di tengah perang Rusia Ukraina yang berkepanjangan.
Rusia merupakan pemasok terbesar minyak bumi dan gas alam ke Uni Eropa (UE) tahun lalu, menurut Eurostat. Namun Kremlin secara signifikan telah mengurangi aliran gas alam ke Eropa setelah negara-negara Barat menjatuhkan sanksi sebagai akibat dari invasi Rusia ke Ukraina.
Jerman, ekonomi terbesar di Eropa telah memutuskan untuk mengaktifkan kembali beberapa pembangkit listrik tenaga batu baranya sebagai upaya mengkompensasi kurangnya gas Rusia.
"RWE secara aktif mendukung pemerintah Jerman, atau pemerintah Eropa, dalam mengelola krisis energi. Jadi kami juga membawa kembali kapasitas batu bara tambahan untuk mengelola situasi itu," kata Muller kepada CNBC.
Rencana ini akan melibatkan tiga pembangkit listrik berbahan bakar lignit RWE yang dibawa kembali ke jaringan listrik mulai awal Oktober. Lignit dikenal sebagai batu bara coklat dan dianggap sangat buruk bagi lingkungan.
Menanggapi hal itu RWE menerangkan, "tetap menjadi mitra yang dapat diandalkan hingga hari ini." Ia menambahkan, bahwa RWE Power — yang berfokus pada lignit dan pembangkit listrik tenaga nuklir — mengekstraksi jutaan metrik ton batubara setiap tahun.
Semua hal di atas merupakan rintangan bagi bisnis yang berkantor pusat di Essen, yang menargetkan ingin menjadi netral karbon pada tahun 2040.
Sebagai bahan bakar fosil, batu bara memiliki efek substansial pada lingkungan dan Greenpeace menggambarkannya sebagai "cara paling kotor dan paling berpolusi untuk menghasilkan energi." Pembakaran batu bara menghasilkan banyak emisi yang berpotensi berbahaya, termasuk karbon dioksida, sulfur dioksida, partikulat, dan nitrogen oksida.
"Apa yang saat ini terjadi mudah-mudahan hanya jangka pendek, di mana kita perlu menemukan keamanan pasokan," kata MĂĽller dari RWE.
"Dan itulah mengapa, hanya dari perspektif warga korporat, kami merasa menjadi tugas kami untuk mendukung pemerintah Jerman dalam mengembalikan kapasitas dalam jangka pendek — tetapi untuk lebih jelasnya, itu tidak mengubah strategi kami," tambahnya.
"Jadi sementara (untuk) jangka pendek kita harus membakar batu bara tambahan, namun sangat jelas bahwa perlu ada percepatan membangun energi terbarukan sehingga kita masih memenuhi ... target dalam jangka menengah dan panjang," bebernya.
Pada hari Kamis, RWE melaporkan lonjakan pendapatan untuk paruh pertama tahun 2022, dengan laba bersih yang disesuaikan mencapai 1,6 miliar euro (sekitar USD1,66 miliar), dibandingkan dengan 870 juta euro pada paruh pertama tahun 2021.
Perusahaan mengatakan telah menginvestasikan sekitar 2 miliar euro untuk memperluas portofolio hijaunya pada paruh pertama tahun 2022. "Total investasi akan mencapai lebih dari 5 miliar (euro) pada akhir 2022," paparnya.
Pembangkit listrik dari energi terbarukan sekitar 20% lebih tinggi pada periode ini dibandingkan dengan paruh pertama tahun 2021, katanya, mengutip peningkatan kondisi angin dan peningkatan kapasitas.
Komentar Michael Muller disampaikan ketika negara-negara Eropa berebut pasokan untuk mengamankan ketahanan energi mereka di tengah perang Rusia Ukraina yang berkepanjangan.
Rusia merupakan pemasok terbesar minyak bumi dan gas alam ke Uni Eropa (UE) tahun lalu, menurut Eurostat. Namun Kremlin secara signifikan telah mengurangi aliran gas alam ke Eropa setelah negara-negara Barat menjatuhkan sanksi sebagai akibat dari invasi Rusia ke Ukraina.
Jerman, ekonomi terbesar di Eropa telah memutuskan untuk mengaktifkan kembali beberapa pembangkit listrik tenaga batu baranya sebagai upaya mengkompensasi kurangnya gas Rusia.
"RWE secara aktif mendukung pemerintah Jerman, atau pemerintah Eropa, dalam mengelola krisis energi. Jadi kami juga membawa kembali kapasitas batu bara tambahan untuk mengelola situasi itu," kata Muller kepada CNBC.
Rencana ini akan melibatkan tiga pembangkit listrik berbahan bakar lignit RWE yang dibawa kembali ke jaringan listrik mulai awal Oktober. Lignit dikenal sebagai batu bara coklat dan dianggap sangat buruk bagi lingkungan.
Menanggapi hal itu RWE menerangkan, "tetap menjadi mitra yang dapat diandalkan hingga hari ini." Ia menambahkan, bahwa RWE Power — yang berfokus pada lignit dan pembangkit listrik tenaga nuklir — mengekstraksi jutaan metrik ton batubara setiap tahun.
Semua hal di atas merupakan rintangan bagi bisnis yang berkantor pusat di Essen, yang menargetkan ingin menjadi netral karbon pada tahun 2040.
Sebagai bahan bakar fosil, batu bara memiliki efek substansial pada lingkungan dan Greenpeace menggambarkannya sebagai "cara paling kotor dan paling berpolusi untuk menghasilkan energi." Pembakaran batu bara menghasilkan banyak emisi yang berpotensi berbahaya, termasuk karbon dioksida, sulfur dioksida, partikulat, dan nitrogen oksida.
"Apa yang saat ini terjadi mudah-mudahan hanya jangka pendek, di mana kita perlu menemukan keamanan pasokan," kata MĂĽller dari RWE.
"Dan itulah mengapa, hanya dari perspektif warga korporat, kami merasa menjadi tugas kami untuk mendukung pemerintah Jerman dalam mengembalikan kapasitas dalam jangka pendek — tetapi untuk lebih jelasnya, itu tidak mengubah strategi kami," tambahnya.
"Jadi sementara (untuk) jangka pendek kita harus membakar batu bara tambahan, namun sangat jelas bahwa perlu ada percepatan membangun energi terbarukan sehingga kita masih memenuhi ... target dalam jangka menengah dan panjang," bebernya.
Pada hari Kamis, RWE melaporkan lonjakan pendapatan untuk paruh pertama tahun 2022, dengan laba bersih yang disesuaikan mencapai 1,6 miliar euro (sekitar USD1,66 miliar), dibandingkan dengan 870 juta euro pada paruh pertama tahun 2021.
Perusahaan mengatakan telah menginvestasikan sekitar 2 miliar euro untuk memperluas portofolio hijaunya pada paruh pertama tahun 2022. "Total investasi akan mencapai lebih dari 5 miliar (euro) pada akhir 2022," paparnya.
Pembangkit listrik dari energi terbarukan sekitar 20% lebih tinggi pada periode ini dibandingkan dengan paruh pertama tahun 2021, katanya, mengutip peningkatan kondisi angin dan peningkatan kapasitas.
(akr)