Puan Maharani Wanti-wanti Soal Defisit Pangan, Ini Alasannya
Selasa, 16 Agustus 2022 - 14:25 WIB
JAKARTA - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) Puan Maharani mengatakan, alih fungsi lahan pertanian, dan produktivitas tanaman pangan rakyat tidak cukup berkembang untuk menopang kemandirian pangan . Dia mengatakan, suplai pangan yang sebagian bertumpu pada impor membawa kerentanan yang serius.
"Risiko kita mengalami defisit pangan akan jauh lebih besar," ujar Puan dalam Rapat Paripurna Pembukaan Masa Persidangan I Tahun Sidang 2022-2023 di Jakarta, Selasa (16/8/2022).
Risiko atas pasokan yang berakibat pada kelangkaan stok dan kenaikan harga, serta risiko gejolak kurs mewajibkan Indonesia membayar lebih mahal untuk barang impor.
"Supply stock pangan dan energi dunia akibat konflik geopolitik global harus menjadi pelajaran serius kita dalam meningkatkan kemandirian pangan dan ketahanan energy nasional," ungkap Puan.
Perlahan, dia menyebutkan bahwa Indonesia harus mulai mengurangi kecanduan ekspor komoditas. "Diperlukan penguatan kebijakan investasi yang diarahkan pada menguatnya industri nasional dalam mengelola nilai tambah komoditas ekspor," tandas Puan.
Sementara itu menurutnya Indonesia sudah lepas dari status lower middle-income country masuk menjadi upper middle-income country.
"Kita perlu terus melakukan perubahan struktural, menciptakan tenaga kerja terampil, inovasi teknologi yang ramah lingkungan dan efisien, serta iklim usaha yang kondusif. Dengan jalan ini kita patut optimis menuju high-income country," beber Puan.
Dalam menuju high-income country, lanjut dia, maka postur kemakmuran ekonomi harus berubah, kemakmuran ekonomi dirasakan oleh segenap rakyat di seluruh Tanah Air.
"Meskipun ketimpangan ekonomi, atau gini rasio kita menunjukkan kecenderungan menurun, namun piramida ekonomi kita menunjukkan kesenjangan. Tren urbanisasi yang makin berkembang ke depan harus kita mitigasi sejak dini. Kita terus mengalami degradasi tenaga kerja sektor pertanian dari tahun ke tahun," ungkap Puan.
"Risiko kita mengalami defisit pangan akan jauh lebih besar," ujar Puan dalam Rapat Paripurna Pembukaan Masa Persidangan I Tahun Sidang 2022-2023 di Jakarta, Selasa (16/8/2022).
Baca Juga
Risiko atas pasokan yang berakibat pada kelangkaan stok dan kenaikan harga, serta risiko gejolak kurs mewajibkan Indonesia membayar lebih mahal untuk barang impor.
"Supply stock pangan dan energi dunia akibat konflik geopolitik global harus menjadi pelajaran serius kita dalam meningkatkan kemandirian pangan dan ketahanan energy nasional," ungkap Puan.
Perlahan, dia menyebutkan bahwa Indonesia harus mulai mengurangi kecanduan ekspor komoditas. "Diperlukan penguatan kebijakan investasi yang diarahkan pada menguatnya industri nasional dalam mengelola nilai tambah komoditas ekspor," tandas Puan.
Sementara itu menurutnya Indonesia sudah lepas dari status lower middle-income country masuk menjadi upper middle-income country.
"Kita perlu terus melakukan perubahan struktural, menciptakan tenaga kerja terampil, inovasi teknologi yang ramah lingkungan dan efisien, serta iklim usaha yang kondusif. Dengan jalan ini kita patut optimis menuju high-income country," beber Puan.
Dalam menuju high-income country, lanjut dia, maka postur kemakmuran ekonomi harus berubah, kemakmuran ekonomi dirasakan oleh segenap rakyat di seluruh Tanah Air.
"Meskipun ketimpangan ekonomi, atau gini rasio kita menunjukkan kecenderungan menurun, namun piramida ekonomi kita menunjukkan kesenjangan. Tren urbanisasi yang makin berkembang ke depan harus kita mitigasi sejak dini. Kita terus mengalami degradasi tenaga kerja sektor pertanian dari tahun ke tahun," ungkap Puan.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda