Indonesia Brand Forum 2020, Transformasi Digital Jadi Kunci Berbisnis
Rabu, 01 Juli 2020 - 08:08 WIB
Di sisi lain pandemi Covid-19 dalam empat bulan terakhir telah menggoyahkan perekonomian Indonesia. Perdagangan online dan offline mengalami kontraksi secara nasional, bahkan terjadi pelemahan konsumsi yang berdampak pada penurunan tingkat inflasi.
Yongky Susilo mengatakan, tren melemahnya inflasi masih akan berlanjut hingga beberapa bulan ke depan. Namun demikian, jika PSBB secara bertahap dilonggarkan maka situasi akan pulih. Bahkan dari hasil survei McKinsey terbaru dan tren negara-negara lain, ternyata pola konsumsi dan perilaku pasar akan kembali seperti sebelum terjadi pandemi. (Baca juga: Menkes Yakinkan Masyarakat Jangan Khawatir Konsumsi Obat Tradisional Modern)
“Perilaku pasar dan pola konsumsi setelah Covid-19 tidak berubah. Mengapa demikian? Karena bagi konsumen, berbelanja adalah sarana refreshing yang menyenangkan dan sekaligus menghibur,” ujarnya.
Menurut dia, berbelanja membawa perasaan sehat serta dapat mempertemukan antara experience dan emosi konsumen sehingga membawa perasaan yang menggembirakan. “Jadi, yang berubah bukan pola belanjanya, melainkan daya beli dan cara belanjanya yang tidak sama,” jelasnya.
Yongky menyarankan kepada para pemilik merek agar mencermati perubahan perilaku pasar ini. Pemilik merek harus bisa mengakomodasi kendala-kendala yang dihadapi konsumen melalui digitalisasi. “Digitalisasi gerai salah satu pilihan yang disarankan,” ungkapnya. (Lihat videonya: Lima Rumah Warga Terseret Longsor di Palopo)
Sementara bagi mereka yang ingin memanfaatkan peluang bisnis, Yongky menyarankan agar mencari informasi sebanyak-banyaknya. “Jangan salah investasi tergiur bisnis di luar kompetensi, karena semua pola konsumsi akan kembali seperti semula,” jelasnya. (Oktiani Endarwati)
Yongky Susilo mengatakan, tren melemahnya inflasi masih akan berlanjut hingga beberapa bulan ke depan. Namun demikian, jika PSBB secara bertahap dilonggarkan maka situasi akan pulih. Bahkan dari hasil survei McKinsey terbaru dan tren negara-negara lain, ternyata pola konsumsi dan perilaku pasar akan kembali seperti sebelum terjadi pandemi. (Baca juga: Menkes Yakinkan Masyarakat Jangan Khawatir Konsumsi Obat Tradisional Modern)
“Perilaku pasar dan pola konsumsi setelah Covid-19 tidak berubah. Mengapa demikian? Karena bagi konsumen, berbelanja adalah sarana refreshing yang menyenangkan dan sekaligus menghibur,” ujarnya.
Menurut dia, berbelanja membawa perasaan sehat serta dapat mempertemukan antara experience dan emosi konsumen sehingga membawa perasaan yang menggembirakan. “Jadi, yang berubah bukan pola belanjanya, melainkan daya beli dan cara belanjanya yang tidak sama,” jelasnya.
Yongky menyarankan kepada para pemilik merek agar mencermati perubahan perilaku pasar ini. Pemilik merek harus bisa mengakomodasi kendala-kendala yang dihadapi konsumen melalui digitalisasi. “Digitalisasi gerai salah satu pilihan yang disarankan,” ungkapnya. (Lihat videonya: Lima Rumah Warga Terseret Longsor di Palopo)
Sementara bagi mereka yang ingin memanfaatkan peluang bisnis, Yongky menyarankan agar mencari informasi sebanyak-banyaknya. “Jangan salah investasi tergiur bisnis di luar kompetensi, karena semua pola konsumsi akan kembali seperti semula,” jelasnya. (Oktiani Endarwati)
(ysw)
tulis komentar anda