Kemenparekraf Mulai Pelatihan bagi Pelaku Pariwisata dari 11 Desa Wisata di Lombok
Jum'at, 02 September 2022 - 20:20 WIB
“Saat wisatawan datang, mendapatkan suguhan yang menarik, dan pelayanan prima, tentu wisatawan terkesan dan mau tinggal lebih lama dan datang kembali di kesempatan berikutnya,” ucap dia.
Sementara itu Direktur Pengembangan SDM Pariwisata Kemenparekraf/Baparekraf Florida Pardosi mengatakan, peserta pelatihan adalah masyarakat yang bersentuhan langsung dengan pelayanan di sektor pariwisata.
Fase pelatihan dibagi atas 3 paket pelatihan, yakni Paket A yang terdiri dari Pengembangan Inovasi Produk Pariwisata yang terdiri dari materi terkait Sustainable Tourism, Exploring, Packaging dan Presentation; Paket B yang terdiri atas materi terkait Paket Wisata, Homestay, Kuliner dan Cinderamata; dan Paket C mengenai kewirausahaan yang meliputi materi terkait Perencanaan Bisnis, Keuangan Digital, Digital Marketing dan Pengelolaan SDM di Desa Wisata.
“Dengan model pelatihan yang mengkombinasikan teori dan praktik, para trainer yang terdiri para akademisi dan praktisi pariwisata yang dihadirkan berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam pengembangan pariwisata desa. Harus ada keinginan yang kuat dari warga untuk membangun desa wisata,” kata Florida.
15 peserta pelatihan di setiap desa dipimpin oleh kader wisata terpilih (local champion) yang akan mengkoordinasikan kegiatan pasca pelatihan dengan menularkan wawasan dan pengalaman yang telah diperoleh kepada seluruh masyarakat desa wisata serta mendampingi penerapannya.
Salah satu pembicara yang dihadirkan dalam pelatihan ini adalah Sugeng Handoko. Ia adalah salah satu penggerak pariwisata dari Desa Nglanggeran, Yogyakarta yang sukses mengembangkan konsep pariwisata berkelanjutan. Bersama para trainer lainnya Sugeng akan berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam mengembangkan desa wisata bagi desa-desa wisata di Lombok.
“Kegiatan Kampanye Sadar Wisata ini menjadi sebuah kegiatan paket komplit yang melatih warga desa sejak awal untuk memiliki pemahaman akan Sadar Wisata, lalu masuk ke fase pelatihan di mana para trainer akan membantu dan mengajak para peserta untuk mampu mengidentifikasi potensi desanya masing-masing,” ucap Sugeng.
Lebih jauh ia mengatakan, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan desa wisata terletak pada kesiapan sumber daya manusia. “Untuk menjadi desa wisata, masyarakat yang awalnya berkegiatan seperti halnya desa-desa lainnya akan melakukan aktiivitas baru. Mereka harus memiliki pemahaman tentang bagaimana mengenali potensi, mengelola, mengemas dan memasarkan agar potensi itu dikenali dan menarik wisatawan untuk datang,” tutur Sugeng.
Seperti halnya kegiatan Sosialisasi dalam Kampanye Sadar Wisata, kegiatan pelatihan juga akan berlangsung di 65 Desa pada tahun 2022, bertempat di 4 Destinasi Super Prioritas yaitu Danau Toba, Borobudur-Yogyakarta-Prambanan, Mandalika, dan Labuan Bajo, serta 2 Destinasi Pariwisata Prioritas yakni Bromo-Tengger-Semeru dan Wakatobi.
Sementara itu Direktur Pengembangan SDM Pariwisata Kemenparekraf/Baparekraf Florida Pardosi mengatakan, peserta pelatihan adalah masyarakat yang bersentuhan langsung dengan pelayanan di sektor pariwisata.
Fase pelatihan dibagi atas 3 paket pelatihan, yakni Paket A yang terdiri dari Pengembangan Inovasi Produk Pariwisata yang terdiri dari materi terkait Sustainable Tourism, Exploring, Packaging dan Presentation; Paket B yang terdiri atas materi terkait Paket Wisata, Homestay, Kuliner dan Cinderamata; dan Paket C mengenai kewirausahaan yang meliputi materi terkait Perencanaan Bisnis, Keuangan Digital, Digital Marketing dan Pengelolaan SDM di Desa Wisata.
“Dengan model pelatihan yang mengkombinasikan teori dan praktik, para trainer yang terdiri para akademisi dan praktisi pariwisata yang dihadirkan berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam pengembangan pariwisata desa. Harus ada keinginan yang kuat dari warga untuk membangun desa wisata,” kata Florida.
Baca Juga
15 peserta pelatihan di setiap desa dipimpin oleh kader wisata terpilih (local champion) yang akan mengkoordinasikan kegiatan pasca pelatihan dengan menularkan wawasan dan pengalaman yang telah diperoleh kepada seluruh masyarakat desa wisata serta mendampingi penerapannya.
Salah satu pembicara yang dihadirkan dalam pelatihan ini adalah Sugeng Handoko. Ia adalah salah satu penggerak pariwisata dari Desa Nglanggeran, Yogyakarta yang sukses mengembangkan konsep pariwisata berkelanjutan. Bersama para trainer lainnya Sugeng akan berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam mengembangkan desa wisata bagi desa-desa wisata di Lombok.
“Kegiatan Kampanye Sadar Wisata ini menjadi sebuah kegiatan paket komplit yang melatih warga desa sejak awal untuk memiliki pemahaman akan Sadar Wisata, lalu masuk ke fase pelatihan di mana para trainer akan membantu dan mengajak para peserta untuk mampu mengidentifikasi potensi desanya masing-masing,” ucap Sugeng.
Lebih jauh ia mengatakan, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan desa wisata terletak pada kesiapan sumber daya manusia. “Untuk menjadi desa wisata, masyarakat yang awalnya berkegiatan seperti halnya desa-desa lainnya akan melakukan aktiivitas baru. Mereka harus memiliki pemahaman tentang bagaimana mengenali potensi, mengelola, mengemas dan memasarkan agar potensi itu dikenali dan menarik wisatawan untuk datang,” tutur Sugeng.
Seperti halnya kegiatan Sosialisasi dalam Kampanye Sadar Wisata, kegiatan pelatihan juga akan berlangsung di 65 Desa pada tahun 2022, bertempat di 4 Destinasi Super Prioritas yaitu Danau Toba, Borobudur-Yogyakarta-Prambanan, Mandalika, dan Labuan Bajo, serta 2 Destinasi Pariwisata Prioritas yakni Bromo-Tengger-Semeru dan Wakatobi.
tulis komentar anda