Pengusaha Minta Pemerintah Fokus dan Transparan Antisipasi Corona
Selasa, 14 April 2020 - 07:41 WIB
JAKARTA - Kalangan pengusaha dan industri berharap pemerintah fokus dalam mengantisipasi penyebaran virus corona (Covid-19) di masyarakat. Selain itu, pemerintah juga harus tegas dalam menerapkan aturan sehingga masyarakat juga peduli terhadap pemutusan rantai penyebaran virus yang hingga saat ini belum ditemukan vaksinnya tersebut.
"Yang perlu dilakukan adalah menyelesaikan dulu masalah wabah ini, baru kemudian bicara tentang ekonomi," ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J Supit kepada Koran SINDO di Jakarta, kemarin. Dia mengakui, saat ini seluruh sektor industri menghadapi kondisi yang sangat berat. Ekspor turun hingga 70% sedangkan konsumsi domestik stagnan.
Anton memberikan contoh, industri sepatu yang hanya mendapatkan order hingga bulan depan. "Kemampuan industri kita memang hanya tahan sampai Juni. Tapi yang paling penting fokus dulu lah ke penanganan Covid-19 ini," tegasnya.
Dunia usaha termasuk para investor sangat berharap pemerintah terbuka terkait dengan sejauh mana wabah Covid-19 dan penangannya. Hal ini dinilai penting untuk menjaga kepercayaan dunia investor. "Jadi investor punya kepercayaan dan bisa menghitung dampaknya seberapa besar terhadap dunia usaha. Sejauh mana kami bisa bertahan," paparnya. Jika pemerintah tidak terbuka, kepercayaan dari investor dan dunia usaha akan turun. Sebab, kalangan dunia usaha akan dihadapkan kepada ketidakpastian.
"Karenanya keterbukaan dari pemerintah itu penting. Ekonomi tidak tumbuh kalau orang-orang tidak bisa keluar rumah. Kenapa masyarakat tidak bisa keluar rumah? Ya karena masih ada wabah," papar Anton. Masyarakat juga diminta disiplin dalam mematuhi kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah. Termasuk kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sudah diterapkan di Jakarta dan akan diterpakan di beberapa wilayah lainnya.
Anton menilai, kedisiplinan masyarakat juga menjadi salah satu kunci yang bisa membuat wabah corona bisa lebih cepat selesai. Dia memberikan contoh, beberapa negara yang melakukan lockdown berhasil menekan penyebaran virus. Meskipun memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian. "Sudah pasti ada dampaknya, semua negara mengalaminya. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah masa recovery nya cepat atau lambat. Kami sudah menyampaikan ke pemerintah tentang kondisi dunia usaha sekarang. Apa saja hasil dari pertemuan dengan pemerintah nanti biar Haryadi (Ketua Umum Apindo) saja yang sampaikan," paparnya.
Anton menambahkan, China misalnya, mengalami kemrosotan ekonomi yang tajam. Namun, kata dia, dengan mengisolasi kota Wuhan sebagai pusat wabah selama tiga bulan maka recovery perekonomian China diperkirakan membutuhkan waktu Sembilan bulan. "Artinya perekonomian China baru membaik dalam waktu satu tahun. Nah, untuk di dalam negeri kita belum tahu sampai kapan, karena itu pemerintah harus transparan. Sehingga dunia usaha ada kepercayaan bahwa wabah ini bisa teratasi dalam jangka waktu tertentu," paparnya.
Utilisasi (kapasitas produksi terpakai ) merosot akibat turunnya permintaan dari luar negeri dan penurunan penjualan di pasar domestik pada beberapa industri. Dampak dari penurunan utilisasi produksi ini bisa menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK). Belum lagi, sulitnya memperoleh bahan baku dan bahan penolong dari negara-negara yang aksesnya kini mulai terbatas dan harganya yang terus naik tertekan kenaikan kurs dolar AS.
Pemerintah sendiri telah mengidentifikasi sektor-sektor inustri yang terpukul akibat wabah Covid-10. Industri yang terdampak cukup berat diantaranya industri automotif, industri besi baja, industri semen, industri keramik, industri kaca, industri elektronika dan peralatan telekomunikasi, industri tekstil, industri mesin dan alat berat, serta industri mebel dan kerajinan.
"Yang perlu dilakukan adalah menyelesaikan dulu masalah wabah ini, baru kemudian bicara tentang ekonomi," ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J Supit kepada Koran SINDO di Jakarta, kemarin. Dia mengakui, saat ini seluruh sektor industri menghadapi kondisi yang sangat berat. Ekspor turun hingga 70% sedangkan konsumsi domestik stagnan.
Anton memberikan contoh, industri sepatu yang hanya mendapatkan order hingga bulan depan. "Kemampuan industri kita memang hanya tahan sampai Juni. Tapi yang paling penting fokus dulu lah ke penanganan Covid-19 ini," tegasnya.
Dunia usaha termasuk para investor sangat berharap pemerintah terbuka terkait dengan sejauh mana wabah Covid-19 dan penangannya. Hal ini dinilai penting untuk menjaga kepercayaan dunia investor. "Jadi investor punya kepercayaan dan bisa menghitung dampaknya seberapa besar terhadap dunia usaha. Sejauh mana kami bisa bertahan," paparnya. Jika pemerintah tidak terbuka, kepercayaan dari investor dan dunia usaha akan turun. Sebab, kalangan dunia usaha akan dihadapkan kepada ketidakpastian.
"Karenanya keterbukaan dari pemerintah itu penting. Ekonomi tidak tumbuh kalau orang-orang tidak bisa keluar rumah. Kenapa masyarakat tidak bisa keluar rumah? Ya karena masih ada wabah," papar Anton. Masyarakat juga diminta disiplin dalam mematuhi kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah. Termasuk kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sudah diterapkan di Jakarta dan akan diterpakan di beberapa wilayah lainnya.
Anton menilai, kedisiplinan masyarakat juga menjadi salah satu kunci yang bisa membuat wabah corona bisa lebih cepat selesai. Dia memberikan contoh, beberapa negara yang melakukan lockdown berhasil menekan penyebaran virus. Meskipun memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian. "Sudah pasti ada dampaknya, semua negara mengalaminya. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah masa recovery nya cepat atau lambat. Kami sudah menyampaikan ke pemerintah tentang kondisi dunia usaha sekarang. Apa saja hasil dari pertemuan dengan pemerintah nanti biar Haryadi (Ketua Umum Apindo) saja yang sampaikan," paparnya.
Anton menambahkan, China misalnya, mengalami kemrosotan ekonomi yang tajam. Namun, kata dia, dengan mengisolasi kota Wuhan sebagai pusat wabah selama tiga bulan maka recovery perekonomian China diperkirakan membutuhkan waktu Sembilan bulan. "Artinya perekonomian China baru membaik dalam waktu satu tahun. Nah, untuk di dalam negeri kita belum tahu sampai kapan, karena itu pemerintah harus transparan. Sehingga dunia usaha ada kepercayaan bahwa wabah ini bisa teratasi dalam jangka waktu tertentu," paparnya.
Utilisasi (kapasitas produksi terpakai ) merosot akibat turunnya permintaan dari luar negeri dan penurunan penjualan di pasar domestik pada beberapa industri. Dampak dari penurunan utilisasi produksi ini bisa menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK). Belum lagi, sulitnya memperoleh bahan baku dan bahan penolong dari negara-negara yang aksesnya kini mulai terbatas dan harganya yang terus naik tertekan kenaikan kurs dolar AS.
Pemerintah sendiri telah mengidentifikasi sektor-sektor inustri yang terpukul akibat wabah Covid-10. Industri yang terdampak cukup berat diantaranya industri automotif, industri besi baja, industri semen, industri keramik, industri kaca, industri elektronika dan peralatan telekomunikasi, industri tekstil, industri mesin dan alat berat, serta industri mebel dan kerajinan.
tulis komentar anda