Komunitas Driver Ojol Apresiasi Kemenhub, Dukung Kenaikan Tarif
Jum'at, 07 Oktober 2022 - 12:30 WIB
Gustika Aviandi dari Komunitas Wong Edan di Jakarta yang sejak 2016 menjadi driver menilai, komisi atau biaya sewa aplikasi sebesar 20%, saat ini sudah dirasa fair. Bahkan, ia khawatir, jika dikurangi malah akan mengurangi manfaat yang mereka dapat. Oleh karena itu, dia dan komunitasnya tak ingin besaran komisi yang berlaku saat ini, berubah komposisinya. "Saya pribadi tidak masalah," ucapnya.
"Sehari bisa bawa pulang bersih Rp250 ribu, saya keluar pagi sampai malam. Ya, kalau mau lebih giat lagi, bisa sampai Rp400 ribu, itu bersih. Karena semua layanan itu dinyalain," ujarnya. "Intinya kita bersurat itu adalah kita mau berterimakasih sama Pak Menhub," ucapnya, dengan sumringah.
Hal lain yang juga menjadi sorotan komunitas driver ojol, terkait keberadaan kelompok yang sering menyebur asosiasi dan sering berdiskusi dengan pemerintah. Padahal, mereka tidak mewakili keberadaan sebagian besar driver ojol yang tersebar di berbagai daerah.
Para driver ojol yang tergabung dalam komunitas, berharap melalui surat yang dikirimkan ke Kemenhub tersebut, membuat pemerintah mau lebih mendengarkan aspirasi para driver ojol aktif yang hanya ingin bekerja dan meminta aturan yang sudah berjalan tersebut dilaksanakan dengan baik. Mereka berharap Pemerintah bisa mempertimbangkan curhatan yang disampaikan melalui surat ini. Salah satu driver daring asal Balikpapan, Cherish Wiranata, mengatakan kenaikan tarif, positif baginya.
Kenaikan itu dinilai akan membantu mengurangi tekanan pengeluaran imbas penyesuaian harga BBM. Sebagai driver, dia juga berpikir kenaikan jangan sampai memberatkan konsumen. Dia mengaku kebijakan kenaikan tarif tak membuat orderan sepi karena saat ini sehari masih bisa dapat 6-8 orderan.
Sementara itu, Abdul Rizak (43), salah satu driver Maxim yang menarik ojol di kawasan Petukangan, Jakarta Selatan, mengatakan dengan adanya kenaikan tarif membuat ia lebih bersemangat. Kata dia, melihat adanya kenaikan tarif untuk driver adalah bukti adanya perhatian dari pemerintah dan perusahaan kepada mitra.
"Sehari bisa bawa pulang bersih Rp250 ribu, saya keluar pagi sampai malam. Ya, kalau mau lebih giat lagi, bisa sampai Rp400 ribu, itu bersih. Karena semua layanan itu dinyalain," ujarnya. "Intinya kita bersurat itu adalah kita mau berterimakasih sama Pak Menhub," ucapnya, dengan sumringah.
Hal lain yang juga menjadi sorotan komunitas driver ojol, terkait keberadaan kelompok yang sering menyebur asosiasi dan sering berdiskusi dengan pemerintah. Padahal, mereka tidak mewakili keberadaan sebagian besar driver ojol yang tersebar di berbagai daerah.
Para driver ojol yang tergabung dalam komunitas, berharap melalui surat yang dikirimkan ke Kemenhub tersebut, membuat pemerintah mau lebih mendengarkan aspirasi para driver ojol aktif yang hanya ingin bekerja dan meminta aturan yang sudah berjalan tersebut dilaksanakan dengan baik. Mereka berharap Pemerintah bisa mempertimbangkan curhatan yang disampaikan melalui surat ini. Salah satu driver daring asal Balikpapan, Cherish Wiranata, mengatakan kenaikan tarif, positif baginya.
Kenaikan itu dinilai akan membantu mengurangi tekanan pengeluaran imbas penyesuaian harga BBM. Sebagai driver, dia juga berpikir kenaikan jangan sampai memberatkan konsumen. Dia mengaku kebijakan kenaikan tarif tak membuat orderan sepi karena saat ini sehari masih bisa dapat 6-8 orderan.
Sementara itu, Abdul Rizak (43), salah satu driver Maxim yang menarik ojol di kawasan Petukangan, Jakarta Selatan, mengatakan dengan adanya kenaikan tarif membuat ia lebih bersemangat. Kata dia, melihat adanya kenaikan tarif untuk driver adalah bukti adanya perhatian dari pemerintah dan perusahaan kepada mitra.
(nng)
tulis komentar anda