Siap-siap! Amerika Serikat Bakal Memasuki Resesi 6 Bulan Lagi
Rabu, 12 Oktober 2022 - 12:47 WIB
NEW YORK - Kepala Eksekutif JPMorgan Chase & Co, Jamie Dimon memperingatkan, bahwa Amerika Serikat (AS) dan ekonomi global kemungkinan besar akan memasuki resesi ekonomi pada pertengahan tahun depan.
Inflasi tinggi yang diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan, ditambah perang Rusia Ukraina serta efek yang tidak terduga dari kebijakan pengetatan kuantitatif Federal Reserve atau The Fed menjadi salah satu indikator potensi datangnya resesi. Pernyataan ini dilontarkan CEO JPMorgan dalam sebuah wawancara kepada saluran berita bisnis.
"Ini adalah hal-hal yang sangat, sangat serius yang saya pikir kemungkinan akan mendorong AS dan dunia ke dalam resesi - ketika Eropa sudah merasakannya. Mereka kemungkinan akan menempatkan AS dalam resesi, enam hingga sembilan bulan dari sekarang," kata Dimon.
Sementara itu bank-bank besar AS diagendakan bakal melaporkan pendapatan kuartal ketiga mereka mulai Jumat. Sejauh tahun ini, indeks acuan S&P 500 telah kehilangan sekitar 24%, dengan ketiga indeks utama AS diperdagangkan di wilayah bearish.
Dimon mengatakan, S&P 500 bisa turun "20% lagi" dari level saat ini, dengan penurunan 20% berikutnya kemungkinan akan "jauh lebih menyakitkan daripada yang pertama", menurut laporan CNBC.
Awal tahun ini, Dimon telah meminta investor untuk bersiap menghadapi 'badai' ekonomi, dengan JPMorgan, bank investasi AS terbesar, menangguhkan pembelian kembali saham pada Juli setelah kehilangan ekspektasi kuartalan Wall Street.
Pada bulan Juni, Goldman Sachs telah memperkirakan, peluang ekonomi AS masuk ke jurang resesi mencapai 30%. Sementara para ekonom di Morgan Stanley menempatkan peluang resesi untuk 12 bulan ke depan di sekitar 35%.
Presiden Bank Dunia, David Malpass dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva juga memperingatkan tentang meningkatnya risiko resesi global dan mengatakan inflasi tetap menjadi masalah setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Inflasi tinggi yang diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan, ditambah perang Rusia Ukraina serta efek yang tidak terduga dari kebijakan pengetatan kuantitatif Federal Reserve atau The Fed menjadi salah satu indikator potensi datangnya resesi. Pernyataan ini dilontarkan CEO JPMorgan dalam sebuah wawancara kepada saluran berita bisnis.
"Ini adalah hal-hal yang sangat, sangat serius yang saya pikir kemungkinan akan mendorong AS dan dunia ke dalam resesi - ketika Eropa sudah merasakannya. Mereka kemungkinan akan menempatkan AS dalam resesi, enam hingga sembilan bulan dari sekarang," kata Dimon.
Sementara itu bank-bank besar AS diagendakan bakal melaporkan pendapatan kuartal ketiga mereka mulai Jumat. Sejauh tahun ini, indeks acuan S&P 500 telah kehilangan sekitar 24%, dengan ketiga indeks utama AS diperdagangkan di wilayah bearish.
Dimon mengatakan, S&P 500 bisa turun "20% lagi" dari level saat ini, dengan penurunan 20% berikutnya kemungkinan akan "jauh lebih menyakitkan daripada yang pertama", menurut laporan CNBC.
Awal tahun ini, Dimon telah meminta investor untuk bersiap menghadapi 'badai' ekonomi, dengan JPMorgan, bank investasi AS terbesar, menangguhkan pembelian kembali saham pada Juli setelah kehilangan ekspektasi kuartalan Wall Street.
Pada bulan Juni, Goldman Sachs telah memperkirakan, peluang ekonomi AS masuk ke jurang resesi mencapai 30%. Sementara para ekonom di Morgan Stanley menempatkan peluang resesi untuk 12 bulan ke depan di sekitar 35%.
Presiden Bank Dunia, David Malpass dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva juga memperingatkan tentang meningkatnya risiko resesi global dan mengatakan inflasi tetap menjadi masalah setelah invasi Rusia ke Ukraina.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda