Resesi Global Menghantui, Rupiah Ambruk di Atas Rp15.300/USD
Kamis, 13 Oktober 2022 - 18:40 WIB
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini ditutup melemah 5 point di level Rp15.361/USD. Sementara Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI bertengger pada posisi Rp15.357/USD.
Posisi ini menguat dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya di level Rp15.373 per USD.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan, salah satu faktor internal pemicu mata uang garuda ini melemah karena ekonomi global masih dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian. Ditambah dengan proyeksi IMF dan Bank Dunia soal ancaman kontraksi ekonomi tahun depan.
"Makanya Presiden Jokowi dan kepala Pemerintah meminta seluruh pihak tetap optimistis dalam menatap masa depan, di mana fundamental ekonomi Indonesia masih memiliki bekal/kondisi bagus untuk bisa bertahan dari badai krisis yang mengancam di tengah berbagai tekanan global," terang Ibrahim dalam rilis hariannya.
Lanjutnya, hal itu terlihat pada kuartal kedua 2022, pertumbuhan ekonomi nasional mampu berada di level 5,44 persen. Selain itu tingkat inflasi di dalam negeri juga masih terkendali di angka 5,9 persen.
"Terkait inflasi, Jokowi bersyukur karena Indonesia bisa mengendalikan inflasi di tengah berbagai gejolak global. Menurutnya hal itu karena Indonesia berkeja secara terperinci dalam mengendalikan inflasi," tutur Ibrahim.
Di sisi lain, kata dia, para pemangku kepentingan juga mampu bekerja sama untuk menekan kenaikan harga barang dan jasa.
"Pada umumnya, pengendalian inflasi hanya dilakukan secara makro oleh bank sentral. Namun, pengendalian inflasi di tanah air tidak hanya dilakukan secara makro, tapi juga mikro," ucapnya.
Di samping itu, ia memprediksi, untuk perdagangan besok, Jumat (14/10) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.340 - Rp 15.400/USD.
Posisi ini menguat dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya di level Rp15.373 per USD.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan, salah satu faktor internal pemicu mata uang garuda ini melemah karena ekonomi global masih dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian. Ditambah dengan proyeksi IMF dan Bank Dunia soal ancaman kontraksi ekonomi tahun depan.
"Makanya Presiden Jokowi dan kepala Pemerintah meminta seluruh pihak tetap optimistis dalam menatap masa depan, di mana fundamental ekonomi Indonesia masih memiliki bekal/kondisi bagus untuk bisa bertahan dari badai krisis yang mengancam di tengah berbagai tekanan global," terang Ibrahim dalam rilis hariannya.
Lanjutnya, hal itu terlihat pada kuartal kedua 2022, pertumbuhan ekonomi nasional mampu berada di level 5,44 persen. Selain itu tingkat inflasi di dalam negeri juga masih terkendali di angka 5,9 persen.
"Terkait inflasi, Jokowi bersyukur karena Indonesia bisa mengendalikan inflasi di tengah berbagai gejolak global. Menurutnya hal itu karena Indonesia berkeja secara terperinci dalam mengendalikan inflasi," tutur Ibrahim.
Di sisi lain, kata dia, para pemangku kepentingan juga mampu bekerja sama untuk menekan kenaikan harga barang dan jasa.
"Pada umumnya, pengendalian inflasi hanya dilakukan secara makro oleh bank sentral. Namun, pengendalian inflasi di tanah air tidak hanya dilakukan secara makro, tapi juga mikro," ucapnya.
Di samping itu, ia memprediksi, untuk perdagangan besok, Jumat (14/10) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.340 - Rp 15.400/USD.
(akr)
tulis komentar anda