Ekspor Indonesia Turun 10,99%, Tanda-tanda Resesi Sudah Dekat?
Senin, 17 Oktober 2022 - 11:53 WIB
JAKARTA - Badan Pusat Statistik ( BPS ) mengungkap nilai ekspor Indonesia pada September 2022 mencapai USD24,80 miliar. Jumlah itu turun 10,99% dibanding ekspor Agustus 2022 dan naik 20,28% dibandingkan September 2021 (YoY).
Ekspor migas di September 2022 tercatat mencapai USD1,33 miliar, turun 21,41% dibandingkan Agustus 2022. Tetapi jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, jumlah itu naik 41,80%.
Penurunan juga terjadi pada ekspor non-migas. Penurunannya terbilang signifikan.
"Ekspor nonmigas September 2022 mencapai USD23,48 miliar, turun 10,31% dibanding Agustus 2022, dan naik 19,26% dibanding ekspor nonmigas September 2021," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, Senin (17/10/2022).
Dia menyebutkan bahwa di September semua sektor mengalami penurunan secara month-to-month (mtm), kecuali pertambangan yang mengalami peningkatan. Akan tetapi, semua sektor mengalami peningkatan secara year-on-year(yoy).
Selain itu, Setianto mencatat ekspor non-migas menyumbang 94,46% dari total ekspor Januari-September 2022.
"Ekspor nonmigas September 2022 terbesar adalah ke China, yaitu USD6,16 miliar, disusul Amerika Serikat (AS) sebesar USD2,11 miliar, dan Jepang USD2,10 miliar dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,17%," pungkasnya.
Salah satunya sinyal resesi global adalah penurunan perdagangan dunia. Menurut asosiasi pengusaha logistik (ALFI), saat ini kondisi perdagangan dunia tengah melesu.
Ekspor migas di September 2022 tercatat mencapai USD1,33 miliar, turun 21,41% dibandingkan Agustus 2022. Tetapi jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, jumlah itu naik 41,80%.
Penurunan juga terjadi pada ekspor non-migas. Penurunannya terbilang signifikan.
"Ekspor nonmigas September 2022 mencapai USD23,48 miliar, turun 10,31% dibanding Agustus 2022, dan naik 19,26% dibanding ekspor nonmigas September 2021," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, Senin (17/10/2022).
Dia menyebutkan bahwa di September semua sektor mengalami penurunan secara month-to-month (mtm), kecuali pertambangan yang mengalami peningkatan. Akan tetapi, semua sektor mengalami peningkatan secara year-on-year(yoy).
Selain itu, Setianto mencatat ekspor non-migas menyumbang 94,46% dari total ekspor Januari-September 2022.
"Ekspor nonmigas September 2022 terbesar adalah ke China, yaitu USD6,16 miliar, disusul Amerika Serikat (AS) sebesar USD2,11 miliar, dan Jepang USD2,10 miliar dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,17%," pungkasnya.
Salah satunya sinyal resesi global adalah penurunan perdagangan dunia. Menurut asosiasi pengusaha logistik (ALFI), saat ini kondisi perdagangan dunia tengah melesu.
(uka)
tulis komentar anda