Waduh, Ekspor Mobil Indonesia Kalah Telak dari Thailand
Senin, 06 Juli 2020 - 19:55 WIB
JAKARTA - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menyebut ekspor mobil Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga seperti Thailand. Saat ini ekspor produk mobil Indonesia baru sekitar 300 ribu.
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan, kalah telaknya ekspor mobil Indonesia ini menjadi tantangan tersendiri. Apalagi, Thailand secara pasar dan juga luas wilayah jauh lebih kecil dari Indonesia.
"Saat ini Thailand walaupun negaranya relatif lebih kecil dari pada kita, dengan penduduk 70 juta, namun produksi mobil sudah 2 juta. 800 ribu digunakan dalam negeri, 1,2 juta diekspor," ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi V, Senin (6/7/2020).
(Baca Juga: Ekspor Mobil Ditarget Capai 1 Juta, Jokowi Bidik Perluas Pasar ke Asia Timur)
Menurut Kukuh, sebenarnya kapasitas produksi mobil Indonesia mencapai 2,3 juta mobil per tahun. Hanya saja yang baru bisa dimanfaatkan adalah 1,2 juta unit per tahun saja. Sedangkan ekspor mobil jadi Indonesia baru mencapai 300.000 pada tahun 2019 lalu, sedangkan sisannya dijual di dalam negeri. (Baca juga: Rezekinya Tak Kenal Lockdown, Inilah 8 Orang Pemilik Mobil Termahal)
"Saat ini kapasitas produksi kami ada 2,3 juta mobil per tahun namun baru bisa dimanfaatkan 1,2 juta unit per tahun. ini yang akan kami optimalkan agar kami bisa produksi kendaraan yang bisa diekspor. Tahun lalu cukup lumayan kita bisa di atas 300 ribu unit," jelasnya.
Untuk mengejar ekspor mobil dari Thailand, Kukuh menyebut perlu adannya harmonisasi aturan. Maksudnya adalah, aturan yang dibuat di dalam negeri ini harus selaras dengan yang ada di pasar global. Selain itu, menurutnya Indonesia juga perlu memperbaiki sistem sertifikasi pengujian kendaraan bermotor. Apalagi, saat ini pasar domestik indonesia adalah pasar terbesar di ASEAN.
"33% kendaraan yang dipasarkan di Asean itu ada di Indonesia jadi kita harusnya kita bisa leading di sana. Kami ingin ulas bagaimana kita harus ambil alih posisi itu dari negara tetangga kita agar bisa mencipatakan lapangan kerja lebih banyak di industri otomotif," ungkapnya.
(Baca Juga: Jokowi Targetkan Ekspor Automotif Capai 1 Juta Unit di 2024)
Kukuh juga menambahkan, Indonesia perlu meningkatkan sistem sertifikasi pengujian. Sebab, selama ini banyak uji sertifikasi mobil produksi Indonesia dilakukan di luar negeri. Tak hanya perlu memperbanyak fasilitas uji sertifikasi kendaraan, menurutnya uji sertifikasi komponen juga perlu ditingkatkan. Pasalnya, jumlah kendaraan yang beredar sudah semakin luas. (Lihat grafis:
Industri Automotif Rontok Dihantam Pandemi Covid-19)
"Bukan sekedar kendaraannya saja, tapi komponennya pun juga harus ada fasilitas ujinya. Kalau ada fasilitas uji komponen kendaran bermotor kelas dunia, ini potensi industri komponen otomotif Indonesia juga bisa jadi pemain global. Yang tidak terbayangkan, selama ini hanya pikir jual mobilnya, tapi berapa banyak komponen yang dijual untuk after market. Indonesia udah ekspor ke 80 negara di dunia kendaraan bermotor utuh CBU," paparnya.
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan, kalah telaknya ekspor mobil Indonesia ini menjadi tantangan tersendiri. Apalagi, Thailand secara pasar dan juga luas wilayah jauh lebih kecil dari Indonesia.
"Saat ini Thailand walaupun negaranya relatif lebih kecil dari pada kita, dengan penduduk 70 juta, namun produksi mobil sudah 2 juta. 800 ribu digunakan dalam negeri, 1,2 juta diekspor," ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi V, Senin (6/7/2020).
(Baca Juga: Ekspor Mobil Ditarget Capai 1 Juta, Jokowi Bidik Perluas Pasar ke Asia Timur)
Menurut Kukuh, sebenarnya kapasitas produksi mobil Indonesia mencapai 2,3 juta mobil per tahun. Hanya saja yang baru bisa dimanfaatkan adalah 1,2 juta unit per tahun saja. Sedangkan ekspor mobil jadi Indonesia baru mencapai 300.000 pada tahun 2019 lalu, sedangkan sisannya dijual di dalam negeri. (Baca juga: Rezekinya Tak Kenal Lockdown, Inilah 8 Orang Pemilik Mobil Termahal)
"Saat ini kapasitas produksi kami ada 2,3 juta mobil per tahun namun baru bisa dimanfaatkan 1,2 juta unit per tahun. ini yang akan kami optimalkan agar kami bisa produksi kendaraan yang bisa diekspor. Tahun lalu cukup lumayan kita bisa di atas 300 ribu unit," jelasnya.
Untuk mengejar ekspor mobil dari Thailand, Kukuh menyebut perlu adannya harmonisasi aturan. Maksudnya adalah, aturan yang dibuat di dalam negeri ini harus selaras dengan yang ada di pasar global. Selain itu, menurutnya Indonesia juga perlu memperbaiki sistem sertifikasi pengujian kendaraan bermotor. Apalagi, saat ini pasar domestik indonesia adalah pasar terbesar di ASEAN.
"33% kendaraan yang dipasarkan di Asean itu ada di Indonesia jadi kita harusnya kita bisa leading di sana. Kami ingin ulas bagaimana kita harus ambil alih posisi itu dari negara tetangga kita agar bisa mencipatakan lapangan kerja lebih banyak di industri otomotif," ungkapnya.
(Baca Juga: Jokowi Targetkan Ekspor Automotif Capai 1 Juta Unit di 2024)
Kukuh juga menambahkan, Indonesia perlu meningkatkan sistem sertifikasi pengujian. Sebab, selama ini banyak uji sertifikasi mobil produksi Indonesia dilakukan di luar negeri. Tak hanya perlu memperbanyak fasilitas uji sertifikasi kendaraan, menurutnya uji sertifikasi komponen juga perlu ditingkatkan. Pasalnya, jumlah kendaraan yang beredar sudah semakin luas. (Lihat grafis:
Industri Automotif Rontok Dihantam Pandemi Covid-19)
"Bukan sekedar kendaraannya saja, tapi komponennya pun juga harus ada fasilitas ujinya. Kalau ada fasilitas uji komponen kendaran bermotor kelas dunia, ini potensi industri komponen otomotif Indonesia juga bisa jadi pemain global. Yang tidak terbayangkan, selama ini hanya pikir jual mobilnya, tapi berapa banyak komponen yang dijual untuk after market. Indonesia udah ekspor ke 80 negara di dunia kendaraan bermotor utuh CBU," paparnya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda