Kekuatan Industri Eropa Digerogoti Krisis Energi, Ancaman Eksodus Menghantui
Kamis, 03 November 2022 - 20:25 WIB
"Kami melakukan semua yang kami bisa untuk mencegah pengurangan aktivitas industri," kata juru bicara Komisi Eropa melalui sebuah email.
Tetapi sebuah survei yang dirilis pada hari Rabu, menunjukkan perusahaan-perusahaan di Eropa, Jerman mengalami kemunduran produksi karena tingginya biaya energi.
Lebih dari satu bisnis dari empat di sektor bahan kimia dan 16% pada sektor otomotif mengatakan, mereka dipaksa untuk memangkas produksi. Hal ini terungkap dalam sebuah survei terhadap 24.000 pebisnis oleh kamar dagang dan industri Jerman (DIHK).
Selain itu 17% perusahaan sektor otomotif mengutarakan, mereka berencana untuk memindahkan beberapa produksi ke luar negeri.
"Efeknya terlihat jelas: produsen barang-barang antara yang intensif energi khususnya mengurangi produksi," kata Direktur Pelaksana DIHK Martin Wansleben, merujuk pada produk setengah jadi, seperti bahan kimia dan logam.
Ancaman Eksodus
Industri Eropa telah mengalihkan produksi ke lokasi dengan tenaga kerja yang lebih murah dan biaya lain yang lebih rendah selama beberapa dekade. Tetapi krisis energi bakal mempercepat eksodus, seperti diproyeksikan para analis.
"Jika harga energi tetap sangat tinggi sehingga bagian dari industri Eropa menjadi tidak kompetitif secara struktural, pabrik-pabrik akan ditutup dan pindah ke AS di mana ada banyak energi serpih murah," kata ekonom senior di Oxford Economics, Daniel Kral.
Dicontohkan seperti produksi aluminium primer UE dikurangi setengahnya, dipotong 1 juta ton selama setahun terakhir. Angka perdagangan yang dikumpulkan oleh Reuters, menunjukkan sembilan smelter telah memangkas atau menghentikan produksi, yang digantikan oleh impor dari China, Kazakhstan, Turki, dan Rusia.
Membuka kembali pabrik peleburan aluminium menelan biaya hingga 400 juta euro (USD394 juta) dan tidak mungkin mengingat prospek ekonomi Eropa yang tidak pasti, seperti diungkapkan oleh Chris Heron di asosiasi industri Eurometaux.
Tetapi sebuah survei yang dirilis pada hari Rabu, menunjukkan perusahaan-perusahaan di Eropa, Jerman mengalami kemunduran produksi karena tingginya biaya energi.
Lebih dari satu bisnis dari empat di sektor bahan kimia dan 16% pada sektor otomotif mengatakan, mereka dipaksa untuk memangkas produksi. Hal ini terungkap dalam sebuah survei terhadap 24.000 pebisnis oleh kamar dagang dan industri Jerman (DIHK).
Selain itu 17% perusahaan sektor otomotif mengutarakan, mereka berencana untuk memindahkan beberapa produksi ke luar negeri.
"Efeknya terlihat jelas: produsen barang-barang antara yang intensif energi khususnya mengurangi produksi," kata Direktur Pelaksana DIHK Martin Wansleben, merujuk pada produk setengah jadi, seperti bahan kimia dan logam.
Ancaman Eksodus
Industri Eropa telah mengalihkan produksi ke lokasi dengan tenaga kerja yang lebih murah dan biaya lain yang lebih rendah selama beberapa dekade. Tetapi krisis energi bakal mempercepat eksodus, seperti diproyeksikan para analis.
"Jika harga energi tetap sangat tinggi sehingga bagian dari industri Eropa menjadi tidak kompetitif secara struktural, pabrik-pabrik akan ditutup dan pindah ke AS di mana ada banyak energi serpih murah," kata ekonom senior di Oxford Economics, Daniel Kral.
Dicontohkan seperti produksi aluminium primer UE dikurangi setengahnya, dipotong 1 juta ton selama setahun terakhir. Angka perdagangan yang dikumpulkan oleh Reuters, menunjukkan sembilan smelter telah memangkas atau menghentikan produksi, yang digantikan oleh impor dari China, Kazakhstan, Turki, dan Rusia.
Membuka kembali pabrik peleburan aluminium menelan biaya hingga 400 juta euro (USD394 juta) dan tidak mungkin mengingat prospek ekonomi Eropa yang tidak pasti, seperti diungkapkan oleh Chris Heron di asosiasi industri Eurometaux.
tulis komentar anda