Industri Sawit Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Jum'at, 10 Juli 2020 - 10:33 WIB
Foto/SINDOnews
JAKARTA - Kinerja sawit nasional diprediksi masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah kondisi pandemi Covid-19. Dengan kontribusi yang besar terhadap perekonomian sudah seharusnya industri sawit mendapat perhatian yang besar dari pemerintah.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kanya Lakshmi Sidarta mengatakan, berbagai strategi disiapkan perusahaan sawit selain membidik pasar tradisional, juga memenuhi kebutuhan domestik yang cukup besar. Pihaknya mendorong penyerapan sawit dalam negeri untuk mencermati kondisi perekonomian global yang belum pulih setelah pandemi Covid-19.

“Produksi kita relatif stabil, hanya terjadi penurunan permintaan ekspor. Seperti kita ketahui, sekitar 70% produksi kita diekspor ke beberapa negara seperti China, India, Eropa, dan Amerika Serikat,” kata Kanya, di Jakarta, baru-baru ini. (Baca: Ekonom: Industri Sawit Tahan Banting di Tengah Pandemi Covid-19)

Namun, Kanya mengungkapkan, khusus ekspor ke Amerika Serikat dan India terjadi peningkatan permintaan secara volume. Saat ini Gapki juga mengincar pasar baru, yakni Afrika dan Pakistan.



Menurut Kanya, industri kelapa sawit merupakan salah satu sektor yang tetap memberikan dampak positif bagi perekonomian. Namun, dia menekankan masih terdapat beberapa kendala di lapangan yang menghambat proses produksi. “Di antara ekonomi biaya tinggi, transportasi, serta regulasi. Hal ini akan berimbas terhadap daya saing,” jelasnya.

Gapki mencatat sejak Januari hingga April 2020, produksi Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya mencapai 15,03 juta ton. Angka produksi ini lebih rendah sekitar 12% dibandingkan periode Januari-April 2019 sebesar 17,2 juta ton. Secara bulanan, produksi CPO dan turunannya justru meningkat sekitar 13%, dari 3,57 juta ton di Maret menjadi 4,04 juta ton di April 2020. (Baca juga: Iran Kembali Diguncang Ledakan, Diduga Hantam Gudang Rudal IRGC)

Sementara itu, ekspor CPO dan turunannya sejak Januari-April ini tercatat sebesar 10,3 juta ton lebih rendah 12,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, nilai ekspor lebih tinggi, yakni USD6,96 miliar dibandingkan sebelumnya yang sebesar USD6,37 miliar.

Secara bulanan, ekspor CPO dan turunannya di bulan April mengalami penurunan 2,8%, dari 2,72 juta ton di Maret menjadi 2,65 juta ton di April. Nilai ekspor di bulan ini pun turun 10% dari USD1,82 miliar menjadi USD1,64 miliar. (Lihat videonya: Maria Lumowa Berhasil Diekstradisi ke Indonesia, Simak Kronologis Lengkapnya)

Pasalnya, harga rata-rata CPO di April mengalami penurunan menjadi USD516 per ton Cif Rotterdam dari rata-rata di Maret yang sebesar USD636 per ton Cif Rotterdam. Penurunan ekspor minyak sawit di April terjadi di ekspor refined palm oil sekitar 44.000 ton dan CPO sebesar 33.000 ton.

Direktur Utama PT Pradiksi Gunatama Tbk Indra Irawan mengatakan pangsa pasar CPO dalam negeri saat ini masih cukup besar, terlebih pemerintah sedang menggalakan mandatory penggunaan Biodiesel 30% (B30). (Rakhmat Baihaqi)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More