RSI Gelar Konferensi Internasional Pangan dan Energi Berkelanjutan, Gali Solusi Tantangan Global
loading...

Ketua Umum RSI Kacuk Sumarto mengatakan, tuntutan tata kelola industri pertanian dan perkebunan yang berkelanjutan adalah sebuah keniscayaan. Foto/Dok. SINDOnews
A
A
A
JAKARTA - Rumah Sawit Indonesia (RSI) akan menggelar konferensi internasional tentang pengembangan industri pangan dan energi yang berkelanjutan, pekan ini. RSI ingin menggali bagaimana industri pertanian di Indonesia bisa menghadapi berbagai tantangan global.
Mulai dari climate change hingga hambatan perdagangan dari Uni Eropa yang mewajibkan masuknya produk-produk komoditas yang bebas deforestasi. Selain seminar dan diskusi, dalam Konferensi Internasional RSI ini, para peserta juga akan diajak site visit ke perkebunan karet dan kelapa sawit di Sumatera Utara.
“Kebijakan Uni Eropa untuk mewajibkan komoditas yang masuk wilayah mereka bebas deforestasi, memang menjadi tantangan tersendiri bagi industri pertanian dan perkebunan di Indonesia, terutama produk minyak sawit, kakao, kopi, dan karet. Namun kita juga harus mampu melihat hal ini sebagai sebuah peluang,” kata Ketua Umum RSI Kacuk Sumarto dalam keterangan persnya, Senin (17/2/2025).
Kacuk mengatakan, tuntutan tata kelola industri pertanian dan perkebunan yang berkelanjutan adalah sebuah keniscayaan. Semakin ketatnya persaingan menembus pasar Uni Eropa bagi produk pertanian, perkebunan, dan kehutanan menjadi momentum bagi pemerintah dan pelaku industri di Indonesia untuk memperbaiki diri.
“Untuk komoditas sawit, kita sudah memiliki standar keberlanjutan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). Bagaimana dengan komoditas pertanian dan perkebunan lainnya seperti kopi, kakao, dan karet? Apakah kita juga sudah memiliki standar keberlanjutan yang diterima di pasar internasional? Jika bisa meningkatkan standar dan tata kelola tersebut, peluang menembus pasar ekspor khususnya Uni Eropa akan semakin besar,” ujar Komisaris Utama Grup PT Perkebunan Paya Pinang ini.
Konferensi internasional RSI digelar pecan ini di Hotel JW Marriott Medan, Sumatera Utara. Mengangkat tema Indonesia’s Agricultural Industry Policies and The New European Union Regulation on Deforestation-Free Products: Tantangan dan Peluang.
Sejumlah para pakar komoditas dan praktisi industri komoditas global akan hadir menjadi pembicara. Mereka antara lain Prof Dr Rizaldi Boer (IPB University), Jelmen Haaze (Commodity Senior Expert - PWC Belgium), Suwanto Gullit (Business Operational Sustainability Manager for Palm, Unilever Oleochemical Indonesia), dan Ku Kok Peng (Chief Sustainability Officer, Kuala Lumpur Kepong Berhad).
Sementara itu, sejumlah pejabat pemerintah yang dijadwalkan hadir sebagai perwakilan sejumlah kementerian terkait. Pelaksana Tugas Gubernur Sumatera Utara dijadwalkan memberikan sambutan. Keynote speech akan disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno.
“Para pakar yang akan menjadi pembicara tersebut yang akan mengupas tuntas peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh tiga komoditas perkebunan Indonesia yaitu: minyak sawit, karet, serta kopi dan kakao,” lanjutnya.
Kacuk mengatakan, ada empat tujuan yang ingin dicapai dari konferensi internasional RSI yang pertama ini. Pertama, untuk memahami fenomena perubahan iklim dan mengkaji sektor-sektor bisnis apa yang memberikan kontribusi terhadap emisi gas rumah kaca .
Kedua, menggali upaya yang dilakukan pemerintah dan pelaku bisnis di Indonesia dalam memitigasi dampak perubahan iklim khususnya di sektor pertanian dan perkebunan. Ketiga, mendapatkan gambaran tentang latar belakang.
Keempat, dampak dari kebijakan EUDR dan EU RED II. ”Dari konferensi ini kami ingin belajar bagaimana pengalaman pelaku industri khususnya di luar negeri dalam menerapkan kebijakan EU RED II,” tandasnya.
Mulai dari climate change hingga hambatan perdagangan dari Uni Eropa yang mewajibkan masuknya produk-produk komoditas yang bebas deforestasi. Selain seminar dan diskusi, dalam Konferensi Internasional RSI ini, para peserta juga akan diajak site visit ke perkebunan karet dan kelapa sawit di Sumatera Utara.
“Kebijakan Uni Eropa untuk mewajibkan komoditas yang masuk wilayah mereka bebas deforestasi, memang menjadi tantangan tersendiri bagi industri pertanian dan perkebunan di Indonesia, terutama produk minyak sawit, kakao, kopi, dan karet. Namun kita juga harus mampu melihat hal ini sebagai sebuah peluang,” kata Ketua Umum RSI Kacuk Sumarto dalam keterangan persnya, Senin (17/2/2025).
Kacuk mengatakan, tuntutan tata kelola industri pertanian dan perkebunan yang berkelanjutan adalah sebuah keniscayaan. Semakin ketatnya persaingan menembus pasar Uni Eropa bagi produk pertanian, perkebunan, dan kehutanan menjadi momentum bagi pemerintah dan pelaku industri di Indonesia untuk memperbaiki diri.
“Untuk komoditas sawit, kita sudah memiliki standar keberlanjutan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). Bagaimana dengan komoditas pertanian dan perkebunan lainnya seperti kopi, kakao, dan karet? Apakah kita juga sudah memiliki standar keberlanjutan yang diterima di pasar internasional? Jika bisa meningkatkan standar dan tata kelola tersebut, peluang menembus pasar ekspor khususnya Uni Eropa akan semakin besar,” ujar Komisaris Utama Grup PT Perkebunan Paya Pinang ini.
Konferensi internasional RSI digelar pecan ini di Hotel JW Marriott Medan, Sumatera Utara. Mengangkat tema Indonesia’s Agricultural Industry Policies and The New European Union Regulation on Deforestation-Free Products: Tantangan dan Peluang.
Sejumlah para pakar komoditas dan praktisi industri komoditas global akan hadir menjadi pembicara. Mereka antara lain Prof Dr Rizaldi Boer (IPB University), Jelmen Haaze (Commodity Senior Expert - PWC Belgium), Suwanto Gullit (Business Operational Sustainability Manager for Palm, Unilever Oleochemical Indonesia), dan Ku Kok Peng (Chief Sustainability Officer, Kuala Lumpur Kepong Berhad).
Sementara itu, sejumlah pejabat pemerintah yang dijadwalkan hadir sebagai perwakilan sejumlah kementerian terkait. Pelaksana Tugas Gubernur Sumatera Utara dijadwalkan memberikan sambutan. Keynote speech akan disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno.
“Para pakar yang akan menjadi pembicara tersebut yang akan mengupas tuntas peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh tiga komoditas perkebunan Indonesia yaitu: minyak sawit, karet, serta kopi dan kakao,” lanjutnya.
Kacuk mengatakan, ada empat tujuan yang ingin dicapai dari konferensi internasional RSI yang pertama ini. Pertama, untuk memahami fenomena perubahan iklim dan mengkaji sektor-sektor bisnis apa yang memberikan kontribusi terhadap emisi gas rumah kaca .
Kedua, menggali upaya yang dilakukan pemerintah dan pelaku bisnis di Indonesia dalam memitigasi dampak perubahan iklim khususnya di sektor pertanian dan perkebunan. Ketiga, mendapatkan gambaran tentang latar belakang.
Keempat, dampak dari kebijakan EUDR dan EU RED II. ”Dari konferensi ini kami ingin belajar bagaimana pengalaman pelaku industri khususnya di luar negeri dalam menerapkan kebijakan EU RED II,” tandasnya.
(poe)
Lihat Juga :