Profil Low Tuck Kwong, Orang Terkaya Kedua di Indonesia Berharta Rp187,8 Triliun
Jum'at, 09 Desember 2022 - 19:58 WIB
JAKARTA - Siapa bilang kejayaan batu bara sudah habis di tengah gembar-gembor transisi energi ke arah terbarukan. Miliarder Low Tuck Kwong , pemilik Bayan Resources yang menyodok ke posisi 2 dalam daftar orang terkaya Indonesia tahun 2022 versi Forbes mendapati harta kekayaan nya melonjak hampir lima kali lipat dalam setahun terakhir.
Ia menyakini bahwa batu bara masih memiliki masa depan yang menguntungkan. Sementara kampanye global untuk mengurangi penggunaan batu bara memicu kekhawatiran, namun dua tahun terakhir menjadi sangat mengejutkan untuk miliarder Low Tuck Kwong, pendiri dan presiden direktur produsen batu bara terbesar keempat di Indonesia, Bayan Resources.
Pasar global batu bara menjadi sangat kuat saat harga melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari, lalu. Selain itu, curah hujan cukup membuat tongkang yang dibutuhkan untuk membawa batu bara Bayan menyusuri Sungai Senyiur di Kalimantan ke pelabuhannya di Balikpapan bisa beroperasi sangat lancar. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya ketika kekeringan mengganggu pengiriman dan menekan keuntungan.
Selama sembilan bulan pertama tahun ini, Bayan mencetak peningkatan pendapatan mencapai USD3,3 miliar dan laba USD 1,7 miliar dibandingkan sepanjang tahun 2021. Hal serupa juga terjadi tahun lalu, dengan pendapatan bertambah lebih dari dua kali lipat dan laba hampir empat kali lipat.
Harga saham Bayan telah meningkat lima kali lipat sejak awal 2021, dan meningkat tiga kali lipat tahun ini. (Pada bulan Desember, akan ada pemecahan saham 1 hingga 10.). Lonjakan saham membantu Low yang berusia 74 tahun dan memiliki saham mayoritas Bayan, melompat ke posisi No. 2 dalam daftar 50 Orang Terkaya di Indonesia.
Lompatan Low Tuck Kwong sangat drastis dari tahun lalu pada urutan ke-18, dengan kekayaan melonjak 4,7 kali lipat menjadi USD12,1 miliar atau setara Rp 187,8 triliun.
Di sisi lain pemerintah Indonesia, seperti banyak negara lainnya berusaha mengurangi penggunaan batu bara. Selama KTT G20 yang diselenggarakan di Indonesia pada bulan November, ada pengumuman program di mana sekelompok negara maju dan bank swasta akan menyediakan USD20 miliar untuk membantu Indonesia mengurangi penggunaan batu bara dan mengembangkan lebih banyak sumber energi terbarukan.
Ia menyakini bahwa batu bara masih memiliki masa depan yang menguntungkan. Sementara kampanye global untuk mengurangi penggunaan batu bara memicu kekhawatiran, namun dua tahun terakhir menjadi sangat mengejutkan untuk miliarder Low Tuck Kwong, pendiri dan presiden direktur produsen batu bara terbesar keempat di Indonesia, Bayan Resources.
Pasar global batu bara menjadi sangat kuat saat harga melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari, lalu. Selain itu, curah hujan cukup membuat tongkang yang dibutuhkan untuk membawa batu bara Bayan menyusuri Sungai Senyiur di Kalimantan ke pelabuhannya di Balikpapan bisa beroperasi sangat lancar. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya ketika kekeringan mengganggu pengiriman dan menekan keuntungan.
Selama sembilan bulan pertama tahun ini, Bayan mencetak peningkatan pendapatan mencapai USD3,3 miliar dan laba USD 1,7 miliar dibandingkan sepanjang tahun 2021. Hal serupa juga terjadi tahun lalu, dengan pendapatan bertambah lebih dari dua kali lipat dan laba hampir empat kali lipat.
Harga saham Bayan telah meningkat lima kali lipat sejak awal 2021, dan meningkat tiga kali lipat tahun ini. (Pada bulan Desember, akan ada pemecahan saham 1 hingga 10.). Lonjakan saham membantu Low yang berusia 74 tahun dan memiliki saham mayoritas Bayan, melompat ke posisi No. 2 dalam daftar 50 Orang Terkaya di Indonesia.
Lompatan Low Tuck Kwong sangat drastis dari tahun lalu pada urutan ke-18, dengan kekayaan melonjak 4,7 kali lipat menjadi USD12,1 miliar atau setara Rp 187,8 triliun.
Di sisi lain pemerintah Indonesia, seperti banyak negara lainnya berusaha mengurangi penggunaan batu bara. Selama KTT G20 yang diselenggarakan di Indonesia pada bulan November, ada pengumuman program di mana sekelompok negara maju dan bank swasta akan menyediakan USD20 miliar untuk membantu Indonesia mengurangi penggunaan batu bara dan mengembangkan lebih banyak sumber energi terbarukan.
tulis komentar anda