Pertamina Ungkap Teka Teki UMKM Binaan Tembus Pasar Global
Senin, 12 Desember 2022 - 09:31 WIB
PT Pertamina (Persero) mengungkapkan sejumlah strategi yang selama ini menjadi teka-teki UMKM mitra binaan menembus pasar global. Hal ini dibeberkan dalam kegiatan Seminar Nasional Rumah BUMN Pertamina pada Sabtu (10/12).
Turut hadir Staff Khusus III Menteri BUMN, Arya Sinulingga, VP CSR & SMEPP Pertamina, Fajriyah Usman, serta narasumber dari Pusat Pengembangan Exsport Indonesia (PPEI) Kementerian Perdagangan, Edy Priyanto Utomo.
Kontribusi ekspor UKM Indonesia saat ini hanya berkontribusi sebesar 14% terhadap total ekspor dan masih tertinggal jauh dari negara Asia lainnya. Hal itu menunjukan bahwa sebetulnya UMKM Indonesia belum siap untuk ekspor, padahal sebenarnya besar sekali potensi UMKM di Indonesia untuk ekspor mengingat besarnya proporsi jumlah usaha UMKM disertai dengan kayanya sumber daya di Indonesia.
“Value proposition atau nilai keunggulan yang ditawarkan kepada calon konsumen merupakan suatu hal penting untuk menganalisis keberhasilan ekspor produk. Produk yang memiliki nilai keunggulan berarti memiliki manfaat yang dibutuhkan bagi konsumennya melalui elemen-elemen produknya. Elemen-elemen tersebut yakni pricing, kuantitas produksi, desain, rasa, fungsi dari produk tersebut,” ungkap Edy Priyanto Utomo.
Namun demikian, elemen-elemen tersebut tidaklah cukup dianggap sebagai nilai keunggulan jika tidak tepat atau tidak sesuai dengan target pasar. Karena nilai yang dianggap unggul oleh suatu segmen pasar tertentu belum tentu dianggap unggul bagi segmen pasar lainnya.
“Setelah kita mengetahui nilai keunggulan, maka yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengenali potensi target pasar atau negara tujuan ekspor, regulasi perdagangan internasional khususnya dalam perjanjian atau kemitraan, kenali prosedur ekspor dan menyiapkan dokumen ekspor,” ujarnya.
Langkah berikutnya adalah standar yang dibutuhkan produk untuk masuk ke negara tujuan sesuai dengan regulasi dari Pemerintah. Jadi jika produk kita tidak memiliki standar wajib ini maka otomatis produk kita tidak akan dapat melewati bea cukai, misalnya mengenai kandungan produk yang memerlukan uji lab dan tambahan surat keterangan bawa produk yang dikirim bukan merupakan illegal logging apabila produk yang dikirim berupa kayu.
Seminar Nasional dengan mengusung tema “UMKM Bangga Produk Lokal Tembus Pasar Global” ini sekaligus dalam rangka menyemarakan kegiatan HUT Pertamina ke-65 yang dihadiri lebih dari 500 UMKM dari 30 Rumah BUMN (RB) dan dilaksanakan secara online serta offline dimana sebagian UMKM berkumpul di masing-masing kantor RB. Kegiatan ini juga dalam rangka meningkatkan engagement RB Pertamina dengan para pelaku UMKM serta mendorong transformasi bisnis UMKM menuju digitalisasi dan menembus pasar global.
Dalam sambutannya, Staff Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga mengungkapkan bahwa Kementerian BUMN sangat memahami bahwa kendala yang dihadapi UMKM tidak hanya dalam hal pendanaan tetapi juga pembinaan. “Kami mendorong Rumah BUMN yang ada di 248 Kabupaten maupun Kota di seluruh Indonesia untuk membantu memberikan pelatihan,” tuturnya.
Turut hadir Staff Khusus III Menteri BUMN, Arya Sinulingga, VP CSR & SMEPP Pertamina, Fajriyah Usman, serta narasumber dari Pusat Pengembangan Exsport Indonesia (PPEI) Kementerian Perdagangan, Edy Priyanto Utomo.
Kontribusi ekspor UKM Indonesia saat ini hanya berkontribusi sebesar 14% terhadap total ekspor dan masih tertinggal jauh dari negara Asia lainnya. Hal itu menunjukan bahwa sebetulnya UMKM Indonesia belum siap untuk ekspor, padahal sebenarnya besar sekali potensi UMKM di Indonesia untuk ekspor mengingat besarnya proporsi jumlah usaha UMKM disertai dengan kayanya sumber daya di Indonesia.
“Value proposition atau nilai keunggulan yang ditawarkan kepada calon konsumen merupakan suatu hal penting untuk menganalisis keberhasilan ekspor produk. Produk yang memiliki nilai keunggulan berarti memiliki manfaat yang dibutuhkan bagi konsumennya melalui elemen-elemen produknya. Elemen-elemen tersebut yakni pricing, kuantitas produksi, desain, rasa, fungsi dari produk tersebut,” ungkap Edy Priyanto Utomo.
Namun demikian, elemen-elemen tersebut tidaklah cukup dianggap sebagai nilai keunggulan jika tidak tepat atau tidak sesuai dengan target pasar. Karena nilai yang dianggap unggul oleh suatu segmen pasar tertentu belum tentu dianggap unggul bagi segmen pasar lainnya.
“Setelah kita mengetahui nilai keunggulan, maka yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengenali potensi target pasar atau negara tujuan ekspor, regulasi perdagangan internasional khususnya dalam perjanjian atau kemitraan, kenali prosedur ekspor dan menyiapkan dokumen ekspor,” ujarnya.
Langkah berikutnya adalah standar yang dibutuhkan produk untuk masuk ke negara tujuan sesuai dengan regulasi dari Pemerintah. Jadi jika produk kita tidak memiliki standar wajib ini maka otomatis produk kita tidak akan dapat melewati bea cukai, misalnya mengenai kandungan produk yang memerlukan uji lab dan tambahan surat keterangan bawa produk yang dikirim bukan merupakan illegal logging apabila produk yang dikirim berupa kayu.
Seminar Nasional dengan mengusung tema “UMKM Bangga Produk Lokal Tembus Pasar Global” ini sekaligus dalam rangka menyemarakan kegiatan HUT Pertamina ke-65 yang dihadiri lebih dari 500 UMKM dari 30 Rumah BUMN (RB) dan dilaksanakan secara online serta offline dimana sebagian UMKM berkumpul di masing-masing kantor RB. Kegiatan ini juga dalam rangka meningkatkan engagement RB Pertamina dengan para pelaku UMKM serta mendorong transformasi bisnis UMKM menuju digitalisasi dan menembus pasar global.
Dalam sambutannya, Staff Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga mengungkapkan bahwa Kementerian BUMN sangat memahami bahwa kendala yang dihadapi UMKM tidak hanya dalam hal pendanaan tetapi juga pembinaan. “Kami mendorong Rumah BUMN yang ada di 248 Kabupaten maupun Kota di seluruh Indonesia untuk membantu memberikan pelatihan,” tuturnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda