UMKM Binaan Pertamina Disarankan Lebih Selektif Pilih Negara Tujuan Ekspor
Rabu, 14 Desember 2022 - 20:54 WIB
JAKARTA - Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mitra binaan PT Pertamina (Persero) harus memiliki strategi khusus untuk menembus pasar global. Selain meningkatkan daya saing produknya, pada tahap awal UMKM disarankan selektif memilih negara-negara di Timur Tengah, Amerika Utara, Afrika atau Asia Tenggara (ASEAN) ketimbang negara yang sudah maju sebagai negara tujuan ekspor.
“Jangan membidik negara-negara maju dulu karena mereka biasanya menetapkan persyaratan ketat dan sertifikasi yang dimiliki UMKM harus komplet sehingga comply dengan persyaratan mereka. UMKM keburu kehabisan tenaga sebelum mampu menembus pasar ekspor,” kata Edy Priyanto Utomo, dari Pusat Pengembangan Ekspor Indonesia (PPEI) Kementerian Perdagangan, dalam seminar nasional Menjawab Teka-Teki UMKM Tembus Pasar Global, di Jakarta, baru-baru ini.
Edy, yang juga merupakan penyusun Modul Go Global, mengungkapkan banyak UMKM yang melakukan kesalahan sebelum mengembangkan bisnisnya keluar negeri. Kesalahan umum eksportir adalah memproduksi atau menjual barang yang tidak disukai konsumen. Selain itu, eksportir tidak memiliki negara tujuan ekspor yang tepat dan tidak melakukan riset pasar.
“Kesalahan tidak melakukan riset pasar mengakibatkan UMKM tidak mengetahui kompetitornya. UMKM jangan harap ekspor akan mendatangkan keuntungan. Buyer dimana pun akan membandingkan seller. Pembeli menginginan kualitas baik namun harganya kompetitif,” ungkapnya.
Kesalahan lain yang dilakukan UMKM adalah tidak mau berinvestasi di pengembangan sumber daya manusia dan tidak membangun jaringan dan agen yang tepat. Padahal, ungkap Edy, di luar negeri terdapat pejabat Atase Perdagangan dan Indonesia Trade and Promotion Center (ITCP).
“UMKM yang telah berbadan hukum dan memiliki persyaratan-persyaratan bisa melakukan registrasi di http://inaexport.id/ karena kalau ada inquiry dari buyer luar negeri masuk lewat website tersebut. UMKM yang terseleksi dapat memasarkan produknya di sana,” tutur dia.
Menurut Edi, UMKM perlu terus didorong untuk go global karena kontribusi baru sebesar 14% terhadap total ekspor Indonesia. Mereka masih tertinggal jauh dari negara Asia lainnya meskipun memiliki potensi yang sangat besar dari sisi jumlah maupun produk atau karya yang dihasilkannya.
“Untuk menembus pasar global dibutuhkan standar produk sesuai dengan regulasi dari pemerintah. Jika produk UMKM tidak memiliki standar wajib otomatis tidak dapat melewati bea cukai. Misalnya keterangan kandungan produk yang memerlukan uji lab dan tambahan surat keterangan bawa produk yang dikirim bukan merupakan illegal logging apabila produk yang dikirim berupa kayu,“ katanya.
“Jangan membidik negara-negara maju dulu karena mereka biasanya menetapkan persyaratan ketat dan sertifikasi yang dimiliki UMKM harus komplet sehingga comply dengan persyaratan mereka. UMKM keburu kehabisan tenaga sebelum mampu menembus pasar ekspor,” kata Edy Priyanto Utomo, dari Pusat Pengembangan Ekspor Indonesia (PPEI) Kementerian Perdagangan, dalam seminar nasional Menjawab Teka-Teki UMKM Tembus Pasar Global, di Jakarta, baru-baru ini.
Baca Juga
Edy, yang juga merupakan penyusun Modul Go Global, mengungkapkan banyak UMKM yang melakukan kesalahan sebelum mengembangkan bisnisnya keluar negeri. Kesalahan umum eksportir adalah memproduksi atau menjual barang yang tidak disukai konsumen. Selain itu, eksportir tidak memiliki negara tujuan ekspor yang tepat dan tidak melakukan riset pasar.
“Kesalahan tidak melakukan riset pasar mengakibatkan UMKM tidak mengetahui kompetitornya. UMKM jangan harap ekspor akan mendatangkan keuntungan. Buyer dimana pun akan membandingkan seller. Pembeli menginginan kualitas baik namun harganya kompetitif,” ungkapnya.
Kesalahan lain yang dilakukan UMKM adalah tidak mau berinvestasi di pengembangan sumber daya manusia dan tidak membangun jaringan dan agen yang tepat. Padahal, ungkap Edy, di luar negeri terdapat pejabat Atase Perdagangan dan Indonesia Trade and Promotion Center (ITCP).
“UMKM yang telah berbadan hukum dan memiliki persyaratan-persyaratan bisa melakukan registrasi di http://inaexport.id/ karena kalau ada inquiry dari buyer luar negeri masuk lewat website tersebut. UMKM yang terseleksi dapat memasarkan produknya di sana,” tutur dia.
Menurut Edi, UMKM perlu terus didorong untuk go global karena kontribusi baru sebesar 14% terhadap total ekspor Indonesia. Mereka masih tertinggal jauh dari negara Asia lainnya meskipun memiliki potensi yang sangat besar dari sisi jumlah maupun produk atau karya yang dihasilkannya.
“Untuk menembus pasar global dibutuhkan standar produk sesuai dengan regulasi dari pemerintah. Jika produk UMKM tidak memiliki standar wajib otomatis tidak dapat melewati bea cukai. Misalnya keterangan kandungan produk yang memerlukan uji lab dan tambahan surat keterangan bawa produk yang dikirim bukan merupakan illegal logging apabila produk yang dikirim berupa kayu,“ katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda