IATA Akan Terus Tingkatkan Kinerja Gemilang di 2023
Kamis, 05 Januari 2023 - 09:19 WIB
JAKARTA - PT MNC Energy Investments Tbk ( IATA ) terus mencatatkan kinerja gemilang. Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan, tahun ini IATA menargetkan pencapaian lebih tinggi.
“Kami berharap performa IATA akan sangat baik di tahun 2023, selaras dengan produksi batu bara yang ditargetkan naik hingga 40%,”ujar Hary.
Hary menambahkan, EBITDA perseroan pada 11M-2022 tumbuh positif 127,6% mencapai USD 66,3 juta, dari USD 29,1 juta pada periode yang sama tahun lalu. Selain pendapatan, EBITDA perseroan juga melambung hingga 468,3% dari USD 11,7 juta menjadi USD 66,3 juta. Alhasil, laba bersih berhasil melesat 729,1%, dari USD5,5 juta pada Desember 2021 menjadi USD45,8 juta sebelas bulan tahun lalu.
Dari sisi neraca, total aset perseroan meningkat 107,4% dari USD 99,9 juta pada FY-2021 menjadi USD207,2 juta pada 11M-2022. Total ekuitas pada 11M-2022 juga tercatat positif sebesar USD89,0 juta setelah sempat negatif efek konsolidasi akusisi PT Bhakti Coal Resources (BCR) ke dalam laporan keuangan konsolidasian perseroan.
Setelah perseroan menyelesaikan proses hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD atau rights issue) pada November 2022, akuisisi telah dibayarkan lunas sehingga ekuitas menjadi positif dan PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) resmi mengantongi 44,1% saham IATA.
IATA menorehkan pendapatan sebesar USD166,6 juta hingga November 2022 melonjak 130,2% year on year (yoy) dari USD72,4 juta tahun lalu. Angka tersebut mengalahkan kinerja FY-2021 dengan selisih yang signifikan, yaitu meningkat 110,5% dibandingkan dengan keseluruhan kinerja 2021 sebesar USD79,1 juta.
Hal tersebut menjadikan laba bersih IATA naik 100,1% yoy dari USD22,9 juta pada 11M2021 menjadi USD45,8 juta pada 11M-2022. Bahkan dibandingkan dengan FY-2021, kinerja 11M-2022 IATA jauh mendominasi.
Kinerja gemilang IATA tidak lepas dari langkah manajemen menajamkan fokus investasi di sektor energi. Perseroan masih akan terus menggenjot produksi, memanfaatkan momentum tingginya permintaan dan harga batu bara di pasar internasional. Untuk proyeksi tahun 2023, produksi batu bara IATA ditargetkan melebihi 7 juta MT.
Dengan asumsi harga batu bara USD50/MT, akan menghasilkan pendapatan sebesar USD350 juta. Angka tersebut akan terus meningkat seiring bertambahnya IUP yang beroperasi dan kemampuan perseroan untuk mendapatkan kontrak pembelian batu bara.
Saat ini, IATA memiliki cadangan batu bara sebanyak 332 juta MT dari 20% keseluruhan area penambangan seluas 72.478 Ha. Tidak berhenti di situ, perseroan aktif mengeksplorasi 59.035 Ha area yang diyakini memiliki cadangan terbukti hingga 600 juta MT untuk semua IUP.
Lihat Juga: Rela Hujan-hujanan di Kampanye Akbar, Plt Sekjen Perindo Minta Kader All Out Menangkan MULIA
“Kami berharap performa IATA akan sangat baik di tahun 2023, selaras dengan produksi batu bara yang ditargetkan naik hingga 40%,”ujar Hary.
Hary menambahkan, EBITDA perseroan pada 11M-2022 tumbuh positif 127,6% mencapai USD 66,3 juta, dari USD 29,1 juta pada periode yang sama tahun lalu. Selain pendapatan, EBITDA perseroan juga melambung hingga 468,3% dari USD 11,7 juta menjadi USD 66,3 juta. Alhasil, laba bersih berhasil melesat 729,1%, dari USD5,5 juta pada Desember 2021 menjadi USD45,8 juta sebelas bulan tahun lalu.
Dari sisi neraca, total aset perseroan meningkat 107,4% dari USD 99,9 juta pada FY-2021 menjadi USD207,2 juta pada 11M-2022. Total ekuitas pada 11M-2022 juga tercatat positif sebesar USD89,0 juta setelah sempat negatif efek konsolidasi akusisi PT Bhakti Coal Resources (BCR) ke dalam laporan keuangan konsolidasian perseroan.
Setelah perseroan menyelesaikan proses hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD atau rights issue) pada November 2022, akuisisi telah dibayarkan lunas sehingga ekuitas menjadi positif dan PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) resmi mengantongi 44,1% saham IATA.
IATA menorehkan pendapatan sebesar USD166,6 juta hingga November 2022 melonjak 130,2% year on year (yoy) dari USD72,4 juta tahun lalu. Angka tersebut mengalahkan kinerja FY-2021 dengan selisih yang signifikan, yaitu meningkat 110,5% dibandingkan dengan keseluruhan kinerja 2021 sebesar USD79,1 juta.
Hal tersebut menjadikan laba bersih IATA naik 100,1% yoy dari USD22,9 juta pada 11M2021 menjadi USD45,8 juta pada 11M-2022. Bahkan dibandingkan dengan FY-2021, kinerja 11M-2022 IATA jauh mendominasi.
Kinerja gemilang IATA tidak lepas dari langkah manajemen menajamkan fokus investasi di sektor energi. Perseroan masih akan terus menggenjot produksi, memanfaatkan momentum tingginya permintaan dan harga batu bara di pasar internasional. Untuk proyeksi tahun 2023, produksi batu bara IATA ditargetkan melebihi 7 juta MT.
Dengan asumsi harga batu bara USD50/MT, akan menghasilkan pendapatan sebesar USD350 juta. Angka tersebut akan terus meningkat seiring bertambahnya IUP yang beroperasi dan kemampuan perseroan untuk mendapatkan kontrak pembelian batu bara.
Saat ini, IATA memiliki cadangan batu bara sebanyak 332 juta MT dari 20% keseluruhan area penambangan seluas 72.478 Ha. Tidak berhenti di situ, perseroan aktif mengeksplorasi 59.035 Ha area yang diyakini memiliki cadangan terbukti hingga 600 juta MT untuk semua IUP.
Lihat Juga: Rela Hujan-hujanan di Kampanye Akbar, Plt Sekjen Perindo Minta Kader All Out Menangkan MULIA
(uka)
tulis komentar anda