Gakoptindo Ungkap Biang Keladi Sirnanya Kejayaan Kedelai Lokal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia ( Gakoptindo ) Aip Syarifudin mengungkapkan, pada tahun 1989 hingga 1992 Indonesia pernah mengalami swasembada kedelai . Pada periode itu produksi kedelai nasional mencapai 1,8 juta ton per tahun.
"Kebutuhan kedelai saat itu per tahun mencapai 1,8 juta ton dan itu dapat dipenuhi oleh kedelai lokal," kata Aip dalam Market Review IDXChannel, Jumat (20/1/2023).
Saat ini, Aip menambahkan, kondisinya sudah berbanding terbalik dengan situasi di periode tadi. Saat ini kedelai yang beredar di Indonesia hanya 10% kedelai lokal, sedangkan 90% kedelai impor.
"Sampai sekarang terus menurun dan tidak bisa naik-naik (produksinya). Kita 90% impor dan 10% lokal," katanya.
Aip mengatakan turunnya produksi kedelai lokal lantaran mekanisme penanamnya di Indonesia masih kurang baik. Tidak seperti di Brasil yang sudah menggunakan mekasnisme yang lebih baik dari Indonesia.
Padahal, kata Aip, produksi kedelai lokal memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai impor. Jika produksi kedelai Indonesia mencapai 1 juta ton, maka Gakoptindo siap membelinya.
"Tahu sumedang yang menggunakan kedelai lokal itu jauh lebih enak. Jadi kalo Indoensia bisa produksi 1 juta ton ke atas, kami siap membeli kedelai lokal namun dengan harga yang tidak seperti kemarin yang Rp10.000 ke atas," katanya.
Aip mendorong pemerintah untuk dapat belajar dari sistem penanaman yang ada di Brasil. Tujuannya agar produksi kedelai lokal bisa jauh lebih banyak produksinya.
Brasil sendiri menempati urutan pertama sebagai negara produsen kedelai terbesar di dunia. Jumlah pasokan kedelai yang diproduksi oleh Negeri Samba ini mencapai 134 juta ton pada Februari 2021/2022.
Kedelai merupakan produk utama pertanian Brasil dan menjadi salah satu produk ekspor andalan mereka. Pemasok kedelai terbesar dunia urutan kedua adalah Amerika Serikat dengan produksi mencapai 120,71 juta metrik ton. Disusul oleh Argentina dengan produksi sebanyak 16,4 juta metrik ton.
"Kebutuhan kedelai saat itu per tahun mencapai 1,8 juta ton dan itu dapat dipenuhi oleh kedelai lokal," kata Aip dalam Market Review IDXChannel, Jumat (20/1/2023).
Saat ini, Aip menambahkan, kondisinya sudah berbanding terbalik dengan situasi di periode tadi. Saat ini kedelai yang beredar di Indonesia hanya 10% kedelai lokal, sedangkan 90% kedelai impor.
"Sampai sekarang terus menurun dan tidak bisa naik-naik (produksinya). Kita 90% impor dan 10% lokal," katanya.
Aip mengatakan turunnya produksi kedelai lokal lantaran mekanisme penanamnya di Indonesia masih kurang baik. Tidak seperti di Brasil yang sudah menggunakan mekasnisme yang lebih baik dari Indonesia.
Padahal, kata Aip, produksi kedelai lokal memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai impor. Jika produksi kedelai Indonesia mencapai 1 juta ton, maka Gakoptindo siap membelinya.
"Tahu sumedang yang menggunakan kedelai lokal itu jauh lebih enak. Jadi kalo Indoensia bisa produksi 1 juta ton ke atas, kami siap membeli kedelai lokal namun dengan harga yang tidak seperti kemarin yang Rp10.000 ke atas," katanya.
Aip mendorong pemerintah untuk dapat belajar dari sistem penanaman yang ada di Brasil. Tujuannya agar produksi kedelai lokal bisa jauh lebih banyak produksinya.
Brasil sendiri menempati urutan pertama sebagai negara produsen kedelai terbesar di dunia. Jumlah pasokan kedelai yang diproduksi oleh Negeri Samba ini mencapai 134 juta ton pada Februari 2021/2022.
Baca Juga
Kedelai merupakan produk utama pertanian Brasil dan menjadi salah satu produk ekspor andalan mereka. Pemasok kedelai terbesar dunia urutan kedua adalah Amerika Serikat dengan produksi mencapai 120,71 juta metrik ton. Disusul oleh Argentina dengan produksi sebanyak 16,4 juta metrik ton.
(uka)