Jangan Asal Klik! Simak Imbauan Polri dan BRI Agar Terhindar dari Penipuan Online
loading...
A
A
A
Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengatakan, BRI secara proaktif terus berkordinasi dan menjalin komunikasi dengan kepolisian guna mendukung proses pengungkapan dan penangkapan kejahatan perbankan tersebut. Penangkapan tersebut diharapkan juga memberikan efek jera bagi para pelaku kejahatan serupa.
“Pengungkapan ini menjadi momentum bagi kita semua untuk terus berhati-hati atas berbagai modus penipuan yang saat ini kian marak terjadi di masyarakat. Sekaligus, ini menjadi penanda atas keseriusan BRI untuk menangani kasus ini bersama para pihak terkait,” tuturnya.
Menurut Agus, BRI secara berkala terus melakukan edukasi pencegahan berbagai modus penipuan yang disebarkan melalui berbagai saluran komunikasi, seperti rekayasa sosial atau social engineering, phising, dan sebaran file APK palsu.
Edukasi melalui berbagai media resmi perseroan diharapkan dapat meningkatkan awareness masyarakat agar terhindar dari berbagai modus kejahatan perbankan.
BRI pun terus mengimbau nasabah agar senantiasa berhati-hati dalam melakukan transaksi keuangan. Caranya dengan menjaga kerahasiaan data pribadi dan data perbankan seperti user name, Password, PIN, OTP, dan sebagainya. “Nasabah wajib merahasiakan itu dari siapapun, termasuk keluarga, kerabat, maupun petugas bank,” tandas Agus.
Model Kejahatan Baru Akan Terus Muncul
Teknologi digital seperti dua mata pisau, di satu sisi memberi banyak manfaat dan kemudahan tapi di sisi lain mengandung banyak risiko.
Pengamat teknologi Heru Sutadi mengatakan, maraknya kejahatan siber yang mencuri data pribadi masyarakat menjadi tantangan dari Undang-undang (UU) Perlindungan Data Pribadi.
“Model-model kejahatan baru yang mengambil data masyarakat makin canggih. Mereka menemukan cara-cara baru untuk mengelabui masyarakat,” ujarnya kepada SINDOnews belum lama ini.
Untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat, kata dia, diperlukan kolaborasi dan sinergi yang baik antara pemerintah dengan lembaga termasuk juga perbankan dan para ahli.
“Ini ada kejahatan siber yang secara kuantitas dan kualitas ke depan akan makin meningkat. Kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini dengan narasi, perlu aksi dan kolaborasi. Masyarakatnya juga perlu sosialisasi dan edukasi, jangan sembarangan meng-klik link (tautan),” tandasnya.
“Pengungkapan ini menjadi momentum bagi kita semua untuk terus berhati-hati atas berbagai modus penipuan yang saat ini kian marak terjadi di masyarakat. Sekaligus, ini menjadi penanda atas keseriusan BRI untuk menangani kasus ini bersama para pihak terkait,” tuturnya.
Menurut Agus, BRI secara berkala terus melakukan edukasi pencegahan berbagai modus penipuan yang disebarkan melalui berbagai saluran komunikasi, seperti rekayasa sosial atau social engineering, phising, dan sebaran file APK palsu.
Edukasi melalui berbagai media resmi perseroan diharapkan dapat meningkatkan awareness masyarakat agar terhindar dari berbagai modus kejahatan perbankan.
BRI pun terus mengimbau nasabah agar senantiasa berhati-hati dalam melakukan transaksi keuangan. Caranya dengan menjaga kerahasiaan data pribadi dan data perbankan seperti user name, Password, PIN, OTP, dan sebagainya. “Nasabah wajib merahasiakan itu dari siapapun, termasuk keluarga, kerabat, maupun petugas bank,” tandas Agus.
Model Kejahatan Baru Akan Terus Muncul
Teknologi digital seperti dua mata pisau, di satu sisi memberi banyak manfaat dan kemudahan tapi di sisi lain mengandung banyak risiko.
Pengamat teknologi Heru Sutadi mengatakan, maraknya kejahatan siber yang mencuri data pribadi masyarakat menjadi tantangan dari Undang-undang (UU) Perlindungan Data Pribadi.
“Model-model kejahatan baru yang mengambil data masyarakat makin canggih. Mereka menemukan cara-cara baru untuk mengelabui masyarakat,” ujarnya kepada SINDOnews belum lama ini.
Untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat, kata dia, diperlukan kolaborasi dan sinergi yang baik antara pemerintah dengan lembaga termasuk juga perbankan dan para ahli.
“Ini ada kejahatan siber yang secara kuantitas dan kualitas ke depan akan makin meningkat. Kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini dengan narasi, perlu aksi dan kolaborasi. Masyarakatnya juga perlu sosialisasi dan edukasi, jangan sembarangan meng-klik link (tautan),” tandasnya.