Link and Match Vokasi-DUDI, Forum Pengarah Vokasi Dibentuk
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kemendikbud bekerjasama dengan praktisi industri membentuk Forum Pengasah Vokasi (FPV). Peranan dari praktisi ini diperlukan agar terjadi sinergi antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Kemendikbud saat ini tengah menggencarkan program Link and Match atau yang Kemendikbud sebut sebagai program pernikahan massal antara pendidikan vokasi dengan DUDI. Jika link and match ini berhasil maka tidak hanya tidak hanya mahasiswa vokasi yang akan mendapat input pengetahuan namun industri juga akan mendapat SDM terbaik sesuai dengan kebutuhan pembangunan indusri di masa depan.
Dirjen Pendidikan Vokasi (Diksi) Kemendikbud Wikan Sakarinto mengatakan,berkaitan dengan industri, saat ini industri di Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah di beberapa sektor prioritas. Berkenaan dengan itu pula Kemendikbud kemudian membentuk FPV. Anggota FVP diisi oleh praktisi dari industri yang punya concern dan passion terhadap dunia pendidikan.
FPV sendiri nantinya akan berfungsi sebagai decision maker yang menjadi peran kunci dalam membantu menyukseskan program Link and Match Pendidikan Vokasi dan DUDI. “Kita sudah mengumpulkan mereka (FPV) dari puluhan klaster industri dan sudah diberi SK. Mereka nantinya akan berperan dalam memberikan masukan-masukan terkait vokasi, kurikulum misalnya,” katanya melalui siaran pers.
Desain pembentukan FPV yang diusulkan sendiri mirip dengan Industrie-und Handelskammer (IHK) Trier (Kadin Jerman), di mana di Jerman sendiri, cabang atau forum terdapat di setiap daerah. Menurutnya, idealnya FPV itu harus ada subforum di daerah. Tapi saat ini, pertamanya FPV didirikan di level nasional dulu dengan harapan dapat menginisiasi Kadin bersama.
Kemendikbud bersama Kadin saat ini juga tengah berkoordinasi dengan Kadin Jerman untuk mengembangkan roadmap pengembangan vokasi. Langkah awalnya dengan membentuk tim perumusan peta jalan pengembangan Link and Match Vokasi Indonesia.
(Baca Juga: Vokasi Industri, Kadin Beri Informasi Tren Profesi ke Kemendikbud)
FPV yang dibentuk oleh Kemendikbud sendiri terdiri atas 4 sektor, yakni pertama sektor manufaktur, yang menaungi bidang seperti otomasi, otomotif, dan mekatronik; kedua, sektor industri kreatif, yang menaungi bidang seperti startup, produk-produk kreatif (baik produk hasil makanan, produk passion, produk jasa kreatif), industri games, dan TIK.
Ketiga, sektor bidang hospitality, yang menaungi bidang seperti pariwisata terkait, dan; keempat, healtchcare, khusus untuk ini arahnya lebih ke pengiriman tenaga kerja Indonesia yang skillfull dan kompeten ke luar negeri.
Lalu untuk dengan sektor seperti pertanian, Dirjen Wikan mensimulasikan dua kemungkinan, apabila berkaitan dengan teknologi rekayasa, maka itu masuk ke teknologi, kemudian untuk pengolahan produk pertaniannya itu bisa masuk ke industri kreatif. “Lalu bidang ekonomi masuk ke mana? Untuk ekonomi, semuanya bisa masuk. Empat sektor itu tidak kaku,” tegasnya.
Tahun ini Kemendikbud menargetkan sekitar 200 Prodi perguruan tinggi (PT) Vokasi dapat menikah dengan DUDI sesuai dengan 9 paket pernikahan yang telah disusun. PT Vokasi ini sendiri ditargetkan tidak hanya menikah dengan industri besar nasional dan daerah, tetapi juga akan dinikahkan dengan UMKM dan Pemerintah Daerah, NGO, Komunitas, dan berbagai user pengguna lulusan Pendidikan Vokasi lainnya.
Wikan menjelaskan, dalam minggu ini Kemendikbud juga akan melakukan MoU dengan berbagai industry dari BUMN, asosiasi, serta Himpunan Kawasan Industri (HKI). “Khusus untuk HKI, itu ada 96 HKI yang masing-masing kawasannya punya puluhan hingga ratusan industri di dalamnya. Bisa dibayangkan ada berapa banyak industri yang ada di dalamnya, dan itu mau MoU dengan Kemendikbud,” tegasnya.
Kemendikbud saat ini tengah menggencarkan program Link and Match atau yang Kemendikbud sebut sebagai program pernikahan massal antara pendidikan vokasi dengan DUDI. Jika link and match ini berhasil maka tidak hanya tidak hanya mahasiswa vokasi yang akan mendapat input pengetahuan namun industri juga akan mendapat SDM terbaik sesuai dengan kebutuhan pembangunan indusri di masa depan.
Dirjen Pendidikan Vokasi (Diksi) Kemendikbud Wikan Sakarinto mengatakan,berkaitan dengan industri, saat ini industri di Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah di beberapa sektor prioritas. Berkenaan dengan itu pula Kemendikbud kemudian membentuk FPV. Anggota FVP diisi oleh praktisi dari industri yang punya concern dan passion terhadap dunia pendidikan.
FPV sendiri nantinya akan berfungsi sebagai decision maker yang menjadi peran kunci dalam membantu menyukseskan program Link and Match Pendidikan Vokasi dan DUDI. “Kita sudah mengumpulkan mereka (FPV) dari puluhan klaster industri dan sudah diberi SK. Mereka nantinya akan berperan dalam memberikan masukan-masukan terkait vokasi, kurikulum misalnya,” katanya melalui siaran pers.
Desain pembentukan FPV yang diusulkan sendiri mirip dengan Industrie-und Handelskammer (IHK) Trier (Kadin Jerman), di mana di Jerman sendiri, cabang atau forum terdapat di setiap daerah. Menurutnya, idealnya FPV itu harus ada subforum di daerah. Tapi saat ini, pertamanya FPV didirikan di level nasional dulu dengan harapan dapat menginisiasi Kadin bersama.
Kemendikbud bersama Kadin saat ini juga tengah berkoordinasi dengan Kadin Jerman untuk mengembangkan roadmap pengembangan vokasi. Langkah awalnya dengan membentuk tim perumusan peta jalan pengembangan Link and Match Vokasi Indonesia.
(Baca Juga: Vokasi Industri, Kadin Beri Informasi Tren Profesi ke Kemendikbud)
FPV yang dibentuk oleh Kemendikbud sendiri terdiri atas 4 sektor, yakni pertama sektor manufaktur, yang menaungi bidang seperti otomasi, otomotif, dan mekatronik; kedua, sektor industri kreatif, yang menaungi bidang seperti startup, produk-produk kreatif (baik produk hasil makanan, produk passion, produk jasa kreatif), industri games, dan TIK.
Ketiga, sektor bidang hospitality, yang menaungi bidang seperti pariwisata terkait, dan; keempat, healtchcare, khusus untuk ini arahnya lebih ke pengiriman tenaga kerja Indonesia yang skillfull dan kompeten ke luar negeri.
Lalu untuk dengan sektor seperti pertanian, Dirjen Wikan mensimulasikan dua kemungkinan, apabila berkaitan dengan teknologi rekayasa, maka itu masuk ke teknologi, kemudian untuk pengolahan produk pertaniannya itu bisa masuk ke industri kreatif. “Lalu bidang ekonomi masuk ke mana? Untuk ekonomi, semuanya bisa masuk. Empat sektor itu tidak kaku,” tegasnya.
Tahun ini Kemendikbud menargetkan sekitar 200 Prodi perguruan tinggi (PT) Vokasi dapat menikah dengan DUDI sesuai dengan 9 paket pernikahan yang telah disusun. PT Vokasi ini sendiri ditargetkan tidak hanya menikah dengan industri besar nasional dan daerah, tetapi juga akan dinikahkan dengan UMKM dan Pemerintah Daerah, NGO, Komunitas, dan berbagai user pengguna lulusan Pendidikan Vokasi lainnya.
Wikan menjelaskan, dalam minggu ini Kemendikbud juga akan melakukan MoU dengan berbagai industry dari BUMN, asosiasi, serta Himpunan Kawasan Industri (HKI). “Khusus untuk HKI, itu ada 96 HKI yang masing-masing kawasannya punya puluhan hingga ratusan industri di dalamnya. Bisa dibayangkan ada berapa banyak industri yang ada di dalamnya, dan itu mau MoU dengan Kemendikbud,” tegasnya.
(akr)