Di Malaysia Sudah Turun, di Indonesia Kapan BBM Turun?

Selasa, 28 April 2020 - 15:52 WIB
loading...
A A A
Melihat perkembangan harga minyak dunia, Pemerintah Malaysia melalui Kementerian Keuangan, mengambil kebijakan menurunkan harga BBM. Kebijakan ini sudah dimulai pada awal April ini. Sekarang harga terbaru BBM di Malaysia yang berlaku untuk periode 25 April hingga 1 Mei 2020 adalah untuk BBM jenis RON 97 sebesar RM 1,55 per liter atau setara dengan Rp 5.425. Bensin jenis RON 95 seharga RM 1,25 atau Rp 4.375 dan BBM jenis Diesel dengan harga RM 1,40 atau Rp 4.900.

Beban Kewajiban Pertamina

Hingga sekarang pemerintah memang belum memutuskan untuk menurunkan harga BBM. Menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan saat ini pemerintah masih terus mengevaluasi serta melakukan monitor terhadap efek dari perkembangan harga minyak. Dengan begitu belum ada keputusan untuk menurunkan harga BBM. Hal yang sama juga disampaikan Menteri ESDM Arifin Tasrif. Menurutnya, pemerintah masih mengkaji terkait opsi penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), seiring anjloknya harga minyak mentah dunia.

Ditambahkan oleh Menko Perekonomian harga minyak yang turun sampai minus itu adalah WTI. Sementara Indonesia menggunakan menggunakan acuan dari Mean of Platts Singapore (MOPS) yang memiliki basis jenis minyak Brent. Menko perekonomiann berdalih saat ini minyak jenis Brent untuk waktu pengiriman yang sama harganya masih stabil di kisaran US$ 23 per barel.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati juga ikut bersuara. Menurutnya, alasan Pertamina belum menurunkan harga BBM, karena BBM di Indonesia ditentukan oleh formula yang dirumuskan oleh Kementerian ESDM. Sebagai BUMN, Pertamina akan mengikuti setiap ketetapan pemerintah.

Pertimbangan lainnya, sebagai BUMN, Pertamina punya kewajiban membeli minyak dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Migas yang beroperasi dalam negeri. Kewajiban ini bertujuan untuk menekan defisit Migas, yang terjadi sejak tahun lalu. Nah, harga minyak yang dibeli Pertamina dari KKKS tidak semurah jika Pertamina membeli lewat impor.

Nicke menjelaskan pihaknya, harus prioritaskan membeli minyak mentah dari dalam negeri, kebutuhannya mencapai 40%. Jika Pertamina membeli minyak mentah lewat mekanisme impor, maka yang terjadi KKKS di dalam negeri akan berhenti semua. Peran Pertamina sebagai BUMN juga tidak bisa beraksi layaknya trader. Untuk perusahaan Migas, dalam kondisi seperti ini akan memilih opsi untuk berhenti operasi kilang dan hulu. Lalu mememenuhi kebutuhan Minyak dari impor yang lebih murah. Sebagai BUMN, Pertamina tidak bisa setop operasi kilang dan hulu.

Di sisi hilir Pertamina juga tengah sempoyongan. Penjualan BBM Pertamina sudah anjlok sekitar 24%. Ini akibat dampak dari kebijakan pemerintah mencegah perluasan Covid-19 melalui PSBB dan sosial distancing di bebragai daerah di Indonesia. Menurut Nicke soal harga, untuk kawasan ASEAN, BBM di Indonesia masih cukup murah. Hanya kalah dari Malaysia saja. Sebagai catatan Malaysia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang produksinya aman dan tergabung dalam OPEC.

Seharusnya pemerintah memang segera mengambil kebijakan menurunkan harga BBM. Toh harga minyak dunia saat ini juga sudah jauh dari acuan APBN 2020, yakni sebesar US$63 per barel.
(eko)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1688 seconds (0.1#10.140)