Kementan Bantu Petani Wujudkan Pembangunan Agro Eduwisata di Cianjur
loading...
A
A
A
Warga Antusias Sambut Pembangunan Agro Eduwisata
Di Desa Tegallega, Kecamatan Warung Kondang, ada dua titik yang dijadikan lokasi agro eduwisata. Salah satunya sebagai farm center dan pengembangan di sektor peternakan.
Di saat antusias warga dan petani berpadu membangun agro eduwisata, gempa berkekuatan 5,6 magnitudo melanda Cianjur, Senin (21/11/2022). Gempa tersebut disebabkan pergerakan sesar Cugenang yang sangat dekat dengan lokasi agroeduwisata di Desa Tegallega.
Meski ukuran gempa Cianjur terbilang sedang, namun gempa yang dangkal menyebabkan goncangannya kuat. Sedikitnya 1.362 rumah rusak dan 343 bangunan di antaranya rusak berat. BNPB mencatat 334 orang meninggal dan 59 korban luka berat dalam peristiwa gempa Cianjur itu.
Imbasnya, pembangunan agro eduwisata di Cipanas dan Warung Kondang pun berhenti. Warga dan petani takut dan trauma untuk melakukan aktivitas seperti sebelum gempa terjadi. Belum lagi intensitas gempa yang masih tinggi selama beberapa hari setelah gempa awal.
Para petani yang sebagian ikut dalam pengerjaan padat karya sarana Agro Eduwisata di Cipanas dan Warung Kondang, praktis tidak bisa meneruskan pekerjaan pembangunan.
(Baca juga:Eduwisata Nara Kupu Jogja Jaga Keasrian Lingkungan Lereng Gunung Merapi)
Barulah di awal 2023, pembangunan Agro Eduwisata di dua kecamatan ini kembali dilanjutkan. Semangat dan keyakinan warga dan petani kembali menyeruak, untuk menatap impian akan masa depan yang lebih sejahtera.
Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan 1 (MTP 1) di Kecamatan Warung Kondang, merupakan poktan dengan anggota tani yang berkerja di bidang pertanian palawija dan sebagian lainnya beternak.
Endang Supriyadi, angota MTP 1, mengakui ketakutan warga selama gempa terjadi di episentrum yang sangat dekat dengan tempat tinggal mereka. “Karena kita lebih mengutamakan keselamatan, jadi kadang-kadang orang mau kerja di sini juga trauma. Mau nggak mau kita harus diberhentikan dulu untuk mengantisipasi dan untuk membenahi minimal wilayah keluarga kita. Karena yang lebih penting dari kita sekarang bukan dipekerjaan, tapi lebih ke jiwa kita, keselamatannya,” kata Endang.
Di Kecamaatan Warung Kondang, tambah Endang, ada dua kelompok tani yaitu MTP 1 dan MTP 2. “Memang di sini untuk bekerjanya kita melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Terutama yang (bekerja) petani sekarang kurang berkembang dan kadang-kadang mereka masuk dulu ke sini (padat karya pembangunan agro eduwisata) ke pekerjaan ini. Alhamdulillah,” kata Endang.
Di Desa Tegallega, Kecamatan Warung Kondang, ada dua titik yang dijadikan lokasi agro eduwisata. Salah satunya sebagai farm center dan pengembangan di sektor peternakan.
Di saat antusias warga dan petani berpadu membangun agro eduwisata, gempa berkekuatan 5,6 magnitudo melanda Cianjur, Senin (21/11/2022). Gempa tersebut disebabkan pergerakan sesar Cugenang yang sangat dekat dengan lokasi agroeduwisata di Desa Tegallega.
Meski ukuran gempa Cianjur terbilang sedang, namun gempa yang dangkal menyebabkan goncangannya kuat. Sedikitnya 1.362 rumah rusak dan 343 bangunan di antaranya rusak berat. BNPB mencatat 334 orang meninggal dan 59 korban luka berat dalam peristiwa gempa Cianjur itu.
Imbasnya, pembangunan agro eduwisata di Cipanas dan Warung Kondang pun berhenti. Warga dan petani takut dan trauma untuk melakukan aktivitas seperti sebelum gempa terjadi. Belum lagi intensitas gempa yang masih tinggi selama beberapa hari setelah gempa awal.
Para petani yang sebagian ikut dalam pengerjaan padat karya sarana Agro Eduwisata di Cipanas dan Warung Kondang, praktis tidak bisa meneruskan pekerjaan pembangunan.
(Baca juga:Eduwisata Nara Kupu Jogja Jaga Keasrian Lingkungan Lereng Gunung Merapi)
Barulah di awal 2023, pembangunan Agro Eduwisata di dua kecamatan ini kembali dilanjutkan. Semangat dan keyakinan warga dan petani kembali menyeruak, untuk menatap impian akan masa depan yang lebih sejahtera.
Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan 1 (MTP 1) di Kecamatan Warung Kondang, merupakan poktan dengan anggota tani yang berkerja di bidang pertanian palawija dan sebagian lainnya beternak.
Endang Supriyadi, angota MTP 1, mengakui ketakutan warga selama gempa terjadi di episentrum yang sangat dekat dengan tempat tinggal mereka. “Karena kita lebih mengutamakan keselamatan, jadi kadang-kadang orang mau kerja di sini juga trauma. Mau nggak mau kita harus diberhentikan dulu untuk mengantisipasi dan untuk membenahi minimal wilayah keluarga kita. Karena yang lebih penting dari kita sekarang bukan dipekerjaan, tapi lebih ke jiwa kita, keselamatannya,” kata Endang.
Di Kecamaatan Warung Kondang, tambah Endang, ada dua kelompok tani yaitu MTP 1 dan MTP 2. “Memang di sini untuk bekerjanya kita melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Terutama yang (bekerja) petani sekarang kurang berkembang dan kadang-kadang mereka masuk dulu ke sini (padat karya pembangunan agro eduwisata) ke pekerjaan ini. Alhamdulillah,” kata Endang.