Erick Thohir Soroti Kerugian 8 BUMN di Bawah Naungan Wamen II
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mencatat ada delapan perusahaan pelat merah yang masih membukukan kerugian . Kedelapan perseroan itu masuk dalam klaster yang dinaungi Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko.
"Dari total perusahaan mungkin di grup Pak Tiko yang jadi perhatian, tinggal delapan perusahaan," ungkap Erick, dikutip Kamis (16/2/2023).
Adapun klaster BUMN yang dinaungi Wakil Menteri BUMN II di antaranya, klaster Jasa Keuangan terdiri dari Permodalan Nasional Madani (PMN), Danareksa, hingga Pegadaian.
Klaster Jasa Asuransi dan Dana Pensiun, yang terdiri dari Asuransi Jiwasraya, Asuransi ABRI (Asabri), Taspen, Jasindo, Jasa Raharja, Askrindo, dan Jamkrindo. Kemudian klaster Telekomunikasi dan Media, misalnya Telkom, dan LKBN Antara.
Lalu klaster Pembangunan Infrastruktur, terdapat BUMN karya dengan BUMN semen. Diikuti, klaster Pariwisata, Logistik, dan Lainnya, di dalamnya ada Hotel Indonesia, Taman Wisata Candi, dan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).
Terakhir, Klaster Sarana dan Prasarana Perhubungan, yakni seperti Angkasa Pura (AP), Kereta Api Indonesia (KAI), dan Damri.
Dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI, Erick menyebut beberapa BUMN asuransi dan dana pensiun mulai mencatatkan kinerja yang positif, namun ada satu perusahaan di sektor yang sama justru masih membukukan kerugian yang berarti yakni PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re.
Sepanjang 2022, Indonesia Re mencatat kerugian sebesar Rp261,62 miliar. Realisasi itu mengalami perbaikan sekitar 50,52% dibandingkan tahun sebelumnya yakni merugi senilai Rp 517,86 miliar.
"Kecuali yang tentu menjadi catatan daripada Komisi VI yaitu dari Reasuransi Indonesia Utama yang pernah waktu itu kita bahas juga karena ini ada UU-nya yang harus menjadi perhatian," kata dia.
Di sektor BUMN Karya, PT Hutama Karya (Persero) dan PT Waskita Karya Tbk, juga menjadi perhatian pemegang saham. Lantaran, kedua perusahaan konstruksi itu memiliki keterbatasan modal usaha.
"Jasa infrastruktur, Adhi Karya Sehat Wijaya Karya zehat, PTPP sehat, Brantas, Jasa Marga sehat di atas Rp 2 triliun, Semen Indonesia sehat di atas Rp 2 triliun semua, yang masih proses restruk ini Waskita, lalu HK ini kita tahu memang ini masih masih penugasan," katanya.
"Dari total perusahaan mungkin di grup Pak Tiko yang jadi perhatian, tinggal delapan perusahaan," ungkap Erick, dikutip Kamis (16/2/2023).
Baca Juga
Adapun klaster BUMN yang dinaungi Wakil Menteri BUMN II di antaranya, klaster Jasa Keuangan terdiri dari Permodalan Nasional Madani (PMN), Danareksa, hingga Pegadaian.
Klaster Jasa Asuransi dan Dana Pensiun, yang terdiri dari Asuransi Jiwasraya, Asuransi ABRI (Asabri), Taspen, Jasindo, Jasa Raharja, Askrindo, dan Jamkrindo. Kemudian klaster Telekomunikasi dan Media, misalnya Telkom, dan LKBN Antara.
Lalu klaster Pembangunan Infrastruktur, terdapat BUMN karya dengan BUMN semen. Diikuti, klaster Pariwisata, Logistik, dan Lainnya, di dalamnya ada Hotel Indonesia, Taman Wisata Candi, dan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).
Terakhir, Klaster Sarana dan Prasarana Perhubungan, yakni seperti Angkasa Pura (AP), Kereta Api Indonesia (KAI), dan Damri.
Dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI, Erick menyebut beberapa BUMN asuransi dan dana pensiun mulai mencatatkan kinerja yang positif, namun ada satu perusahaan di sektor yang sama justru masih membukukan kerugian yang berarti yakni PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re.
Sepanjang 2022, Indonesia Re mencatat kerugian sebesar Rp261,62 miliar. Realisasi itu mengalami perbaikan sekitar 50,52% dibandingkan tahun sebelumnya yakni merugi senilai Rp 517,86 miliar.
"Kecuali yang tentu menjadi catatan daripada Komisi VI yaitu dari Reasuransi Indonesia Utama yang pernah waktu itu kita bahas juga karena ini ada UU-nya yang harus menjadi perhatian," kata dia.
Di sektor BUMN Karya, PT Hutama Karya (Persero) dan PT Waskita Karya Tbk, juga menjadi perhatian pemegang saham. Lantaran, kedua perusahaan konstruksi itu memiliki keterbatasan modal usaha.
"Jasa infrastruktur, Adhi Karya Sehat Wijaya Karya zehat, PTPP sehat, Brantas, Jasa Marga sehat di atas Rp 2 triliun, Semen Indonesia sehat di atas Rp 2 triliun semua, yang masih proses restruk ini Waskita, lalu HK ini kita tahu memang ini masih masih penugasan," katanya.
(akr)