Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa Minus 17% Kalau Lockdown
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan bisa minus hingga 17% apabila menerapkan kebijakan lockdown. Namun hal tersebut urung dilakukan sehingga pertumbuhan ekonomi tidak terkoreksi semakin dalam.
"Dan beruntung sekali, kita sekarang ini, kondisi ekonomi kita, meskipun di kuartal kedua pertumbuhannya kemungkinan, ini dari hitungan pagi tadi yang saya terima, kuartal kedua mungkin kita bisa minus ke 4,3 (persen). Di kuartal pertama kita masih positif 2,97 (persen), 2,97 (persen). Saya enggak bisa bayangin kalau kita dulu lockdown gitu mungkin bisa minus 17 (persen)," ucap Jokowi dikutip dari laman setkab.go.id.
( )
Jokowi menceritakan, tiga bulan lalu Managing Director International Monetary Fund (IMF) menelepon dirinya. Dia menyebut perekonomian dunia bakal terkontraksi dan global growth-nya hanya akan tumbuh sekitar minus 2,5%.
"Tapi terakhir, setelah itu, Bank Dunia mengatakan, David (Presiden Bank Dunia, David Malpass) mengatakan, minus 5 persen. Tapi terakhir, OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), angkanya sudah berubah total lagi, sangat dinamis, harian ini, ketidakpastian ini harian, bukan mingguan, harian. Terakhir sudah berada pada angka minus 6 sampai minus 7,6 (persen). Betapa beratnya situasi ini," tuturnya.
Sambung dia melanjutkan, pada 2020, perkiraan itu sudah berubah total. Berdasarkan laporan yang ia terima dari OECD, perekonomian Prancis minus 17,2%. Kemudian Inggris minus 15,4%, Jerman minus 11,2%, dan Amerika Serikat minus 9,7%.
( )
"Minus semuanya, negara-negara minus, enggak ada yang plus semua. Padahal di awal, kita…, IMF itu memperkirakan masih plus, (negara) yang plus itu China, India, Indonesia. Oleh sebab itu, saya minta pada para Gubernur, agar rem dan gasnya ini diatur betul," ungkap Jokowi.
"Jangan sampai tidak terkendali. Enggak bisa kita ngegas yang hanya ekonominya saja enggak bisa, ya COVID-19 -nya juga nanti malah naik ke mana-mana, enggak bisa. Dua-duanya ini harus betul-betul di gas dan remnya diatur betul, semuanya terkendali," pungkasnya.
"Dan beruntung sekali, kita sekarang ini, kondisi ekonomi kita, meskipun di kuartal kedua pertumbuhannya kemungkinan, ini dari hitungan pagi tadi yang saya terima, kuartal kedua mungkin kita bisa minus ke 4,3 (persen). Di kuartal pertama kita masih positif 2,97 (persen), 2,97 (persen). Saya enggak bisa bayangin kalau kita dulu lockdown gitu mungkin bisa minus 17 (persen)," ucap Jokowi dikutip dari laman setkab.go.id.
( )
Jokowi menceritakan, tiga bulan lalu Managing Director International Monetary Fund (IMF) menelepon dirinya. Dia menyebut perekonomian dunia bakal terkontraksi dan global growth-nya hanya akan tumbuh sekitar minus 2,5%.
"Tapi terakhir, setelah itu, Bank Dunia mengatakan, David (Presiden Bank Dunia, David Malpass) mengatakan, minus 5 persen. Tapi terakhir, OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), angkanya sudah berubah total lagi, sangat dinamis, harian ini, ketidakpastian ini harian, bukan mingguan, harian. Terakhir sudah berada pada angka minus 6 sampai minus 7,6 (persen). Betapa beratnya situasi ini," tuturnya.
Sambung dia melanjutkan, pada 2020, perkiraan itu sudah berubah total. Berdasarkan laporan yang ia terima dari OECD, perekonomian Prancis minus 17,2%. Kemudian Inggris minus 15,4%, Jerman minus 11,2%, dan Amerika Serikat minus 9,7%.
( )
"Minus semuanya, negara-negara minus, enggak ada yang plus semua. Padahal di awal, kita…, IMF itu memperkirakan masih plus, (negara) yang plus itu China, India, Indonesia. Oleh sebab itu, saya minta pada para Gubernur, agar rem dan gasnya ini diatur betul," ungkap Jokowi.
"Jangan sampai tidak terkendali. Enggak bisa kita ngegas yang hanya ekonominya saja enggak bisa, ya COVID-19 -nya juga nanti malah naik ke mana-mana, enggak bisa. Dua-duanya ini harus betul-betul di gas dan remnya diatur betul, semuanya terkendali," pungkasnya.
(akr)