Meneropong Kekalahan Ekonomi Rusia Selama 1 Tahun Perang Melawan Ukraina

Rabu, 22 Februari 2023 - 21:59 WIB
loading...
Meneropong Kekalahan Ekonomi Rusia Selama 1 Tahun Perang Melawan Ukraina
Transformasi telah terjadi ketika Rusia sebagai kekuatan ekonomi mulai tergerus. Berikut rangkuman beberapa efek Perang Rusia Ukraina terhadap Kremlin. Foto/Dok
A A A
MOSKOW - Setahun setelah invasi Moskow ke Ukraina, tekanan ekonomi dari Barat oleh beberapa orang dinilai belum mampu menggoyahkan Rusia. Namun dalam penelitian seperti dikuti dari Fortune, ada beberapa kekalahan ekonomi Rusia yang paling menonjol.



Transformasi telah terjadi ketika Rusia sebagai kekuatan ekonomi mulai tergerus. Berikut rangkuman beberapa efek Perang Rusia Ukraina terhadap Kremlin:

- Hilangnya 1.000 Lebih Bisnis Multinasional

Tercatat ada lebih dari 1.000 perusahaan global yang secara sukarela memilih untuk keluar dari Rusia dalam eksodus massal bersejarah yang belum pernah terjadi sebelumnya pada minggu-minggu awal setelah invasi pada Februari 2022, lalu.

Sebagian besar memegang teguh janji mereka dan sepenuhnya melakukan divestasi atau sedang dalam proses pemisahan penuh dari Rusia tanpa rencana untuk kembali. Kaburnya banyak perusahaan asing berkontribusi menekan pendapatan dalam negeri yang diyakini setara 35% dari PDB Rusia.



Dimana para perusahaan tersebut mempekerjakan 12% dari tenaga kerja di negara itu. Efek lainnya datang dari sanksi Internasional termasuk kontrol ekspor pada teknologi sensitif, pembatasan elit Rusia dan penyitaan aset, sanksi keuangan, melumpuhkan aset bank sentral Rusia dan menghapus bank-bank utama Rusia dari SWIFT, lalu ada lebih banyak sanksi yang direncanakan.

- Anjloknya Pendapatan Energi

Ekonomi Rusia telah lama didominasi oleh minyak dan gas yang menyumbang lebih dari 50% dari pendapatan pemerintah, lebih dari 50% dari pendapatan ekspor dan hampir 20% dari PDB setiap tahun.

Pada bulan-bulan awal setelah invasi Rusia ke Uraina, pendapatan energi Putin justru melonjak. Sekarang, menurut ekonom Deutsche Bank, Putin telah kehilangan USD500 juta per hari.

Pendapatan ekspor minyak dan gas yang relatif tinggi tahun lalu, dengan cepat berputar ke bawah. Penurunan tajam dipercepat oleh langkah yang diambil Putin sendiri.

Putin dengan dingin menahan pengiriman gas alam ke Eropa yang sebelumnya menerima 86% penjualan gas Rusia. Namun, musim dingin yang lebih hangat dari biasanya dan peningkatan pasokan LNG global memberikan keuntungan bagi Eropa.

Sedangkan bagi Rusia, mereka secara permanen kehilangan posisi sebagai pemasok utama ke Eropa, dengan ketergantungan pada energi Rusia turun hingga 7% dan segera menjadi nol. Dengan infrastruktur pipa yang terbatas untuk berputar ke Asia, Putin sekarang hanya menghasilkan hampir 20% dari pendapatan gas sebelumnya.

Namun keruntuhan energi Rusia juga dipicu oleh sanksi internasional. Batas harga minyak G7 telah mencapai keseimbangan yang dulunya tak terbayangkan untuk menjaga minyak Rusia mengalir ke pasar global sambil secara bersamaan memotong keuntungan Putin.

Ekspor minyak Rusia bertahan sangat konsisten pada tingkat sebelum perang yakni 7 juta barel per hari, memastikan stabilitas pasar minyak global. Tetapi nilai ekspor minyak Rusia telah berubah dari USD600 juta sehari turun menjadi USD200 juta sehari karena patokan Ural jatuh ke USD45 per barel, hampir di atas harga impas Rusia USD42 per barel.

Bahkan negara-negara seperti India dan China tetap mengamankan pasokan Rusia dengan diskon besar hingga 30% di tengah skema pembatasan harga.

- SDM dan Modal Kabur

Sejak Februari lalu, jutaan orang Rusia telah melarikan diri dari negara tersebut. Eksodus awal ada sekitar 500.000 pekerja terampil pada bulan Maret, lalu diperparah oleh eksodus setidaknya 700.000 orang Rusia.

Kebanyakan dari mereka yang kabur adalah pria usia kerja untuk menghindari kemungkinan adanya wajib militer, hal itu dipicu setelah perintah mobilisasi parsial Putin pada bulan September.

Selain itu, pengiriman uang ke negara-negara tetangga telah melonjak lebih dari sepuluh kali lipat dan mereka dengan cepat menarik bisnis dari Rusia. Misalnya di Uzbekistan, Tashkent IT Park telah mengalami pertumbuhan pendapatan secara year to year sebesar 223% dan pertumbuhan total ekspor teknologi mencapai 440%.

Sementara itu surga lepas pantai untuk orang kaya Rusia seperti UEA (Uni Emirate Arab) sedang booming, dengan perkiraan 30% dari individu Rusia yang memiliki kekayaan bersih cukup besar telah melarikan diri.

- Rusia Beradaptasi Sebagai Pemasok

Rusia secara historis telah menjadi pemasok komoditas utama bagi ekonomi dunia dengan pangsa pasar yang beragam, mulai dari energi, pertanian hingga logam. Namun Rusia tidak relevan dengan ekonomi dunia karena jauh lebih mudah bagi konsumen untuk mengganti pemasok komoditas yang tidak dapat diandalkan daripada bagi pemasok untuk menemukan pasar baru.

Rantai pasokan sudah beradaptasi dengan mengembangkan sumber alternatif yang tidak tunduk pada keinginan Putin. Untuk pasar logam dan energi disebutkan beberapa di antara dapat sepenuhnya dan secara permanen menggantikan output Rusia dalam rantai pasokan global.

Bahkan mitra dagang Rusia yang tersisa tampaknya lebih memilih pembelian pasar spot jangka pendek dan oportunistik dari komoditas Rusia untuk memanfaatkan harga yang tertekan daripada berinvestasi dalam kontrak jangka panjang atau mengembangkan pasokan baru dari Rusia.

Tampaknya Rusia sedang dalam perjalanan menuju ketakutan terburuknya menjadi ketergantungan terhadap China sebagai sumber bahan bakunya yang murah.

- Ekonomi Rusia Ditopang Kremlin

Kremlin harus menopang ekonomi dengan langkah-langkah intens, dan kontrol Kremlin semakin merayap ke setiap sudut ekonomi dengan semakin sedikit ruang tersisa untuk inovasi sektor swasta.

Kebijakan tersebut terbukti sangat mahal. Pengeluaran pemerintah naik 30% secara year to year. Anggaran federal Rusia 2022 memiliki defisit 2,3% –secara tak terduga melebihi semua perkiraan-.

Meski awalnya meraup keuntungan besar dari sektor energi, ada penarikan dan transfer 2,4 triliun rubel dari dana kekayaan berdaulat Rusia yang semakin berkurang pada bulan Desember, dan penjualan aset sebesar 55 miliar yuan bulan ini.

Bahkan langkah-langkah upaya terakhir ini tidak cukup. Putin telah dipaksa untuk menyerang pundi-pundi perusahaan Rusia dalam apa yang disebutnya "mobilisasi pendapatan" ketika keuntungan energi menurun. Lalu mengekstraksi pajak rejeki nomplok 1,25 triliun rubel yang besar dan kuat dari kas perusahaan Gazprom.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1198 seconds (0.1#10.140)