90% Ekspor Pertanian Rp640 Triliun di Tangan Sawit, Mentan Yasin Limpo Bilang Begini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo ( Mentan SYL ) mengatakan, perkebunan sawit masih menjadi penyumbang terbesar ekspor pertanian pada tahun 2022. Meski begitu ia memberikan catatan terkait peremajaan sawit rakyat (PSR).
"Sawit adalah salah satu strategi yang paling dasar, bahkan saat COVID-19, kemarin pertumbuhan ekspor (sawit) kita di atas Rp600 triliun, 90% di tangan sawit dan perkebunan yang lain," ujar Mentan SYL dalam Rakornas Kelapa Sawit di Hotel Pullman Central Park, Jakarta, Senin (27/2/2023).
Tercatat ekspor pertanian periode 2022 mencapai Rp640,56 triliun atau menanjak 3,93% dari tahun sebelumnya. Namun Mentan menyayangkan realisasi program PSR yang masih rendah.
Diungkapnya, persyaratan untuk mendapatkan subsidi PSR terlalu banyak dan merumitkan para petani sawit. Alhasil mereka malas menanam kelapa sawit karena tidak memiliki dana untuk membeli pupuk.
"Dari saya masuk hampir di atas 16 atau 19 aturan. Sekarang tinggal 2-3 aturan. Apa sih kita, jangan bikin repot sendiri, akhirnya aturannya banyak kita lewati, kita kena lagi," beber SYL.
Hal itu dibenarkan oleh Ketua Asosiasi Gabungan Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung yang mengatakan, persyaratan pendapatan pendanaan BPDPKS untuk program peremajaan sawit rakyat (PSR) masih rumit. Maka tak ayal, produktivitas menurun karena petani tidak bisa membeli pupuk.
"Jadi saya lihat di sini itu produktivitas menurun iya karena kami tidak memupuk tahun lalu. Pupuk naik 300% itu pasti. Semakin menurun karena banyak petani tidak mau replanting karena nggak bisa pemajakan sawi rakyat, lantaran banyak sekali persyaratan," ujar Gulat saat ditemui awak media di sela-sela acara.
"Sawit adalah salah satu strategi yang paling dasar, bahkan saat COVID-19, kemarin pertumbuhan ekspor (sawit) kita di atas Rp600 triliun, 90% di tangan sawit dan perkebunan yang lain," ujar Mentan SYL dalam Rakornas Kelapa Sawit di Hotel Pullman Central Park, Jakarta, Senin (27/2/2023).
Tercatat ekspor pertanian periode 2022 mencapai Rp640,56 triliun atau menanjak 3,93% dari tahun sebelumnya. Namun Mentan menyayangkan realisasi program PSR yang masih rendah.
Diungkapnya, persyaratan untuk mendapatkan subsidi PSR terlalu banyak dan merumitkan para petani sawit. Alhasil mereka malas menanam kelapa sawit karena tidak memiliki dana untuk membeli pupuk.
"Dari saya masuk hampir di atas 16 atau 19 aturan. Sekarang tinggal 2-3 aturan. Apa sih kita, jangan bikin repot sendiri, akhirnya aturannya banyak kita lewati, kita kena lagi," beber SYL.
Hal itu dibenarkan oleh Ketua Asosiasi Gabungan Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung yang mengatakan, persyaratan pendapatan pendanaan BPDPKS untuk program peremajaan sawit rakyat (PSR) masih rumit. Maka tak ayal, produktivitas menurun karena petani tidak bisa membeli pupuk.
"Jadi saya lihat di sini itu produktivitas menurun iya karena kami tidak memupuk tahun lalu. Pupuk naik 300% itu pasti. Semakin menurun karena banyak petani tidak mau replanting karena nggak bisa pemajakan sawi rakyat, lantaran banyak sekali persyaratan," ujar Gulat saat ditemui awak media di sela-sela acara.
(akr)