Efek Perang Rusia Ukraina, Exxon Terancam Kehilangan Rp37,8 Triliun dari Kazakhstan
loading...
A
A
A
HOUSTON - Exxon Mobil Corp (XOM.N) memperingatkan dalam pengajuan sekuritas tentang potensi risiko terhadap operasi minyak mereka di Kazakhstan yang menyumbang pendapatan USD2,5 miliar atau setara Rp37,8 triliun (Kurs Rp15.127 per USD) tahun lalu.
Ancaman terhadap ekspor minyak Kazakhstan telah menjadi sorotan sejak perang Rusia Ukraina pecahsetahun yang lalu. Exxon dan Chevron merupakan pemegang utama dalam produksi minyak di negara Asia Tengah dan pipa ekspor terkait.
Kazakhstan berbagi perbatasan 4.750 mil (7.644 km) dengan Rusia dan ekspor minyaknya melakukan perjalanan terutama melalui jalur Caspian Pipeline Consortium (CPC) melalui Rusia dan mendarat di terminal ekspor Laut Hitam Rusia.
Setiap penutupan pipa atau terminal CPC akan menutup lebih dari 1% pasokan minyak global dan merugikan produsennya miliaran dolar untuk pendapatan yang hilang.
Exxon mengatakan sahamnya di ladang minyak Kazak menghasilkan 246.000 barel minyak dan gas per hari tahun lalu. "Minyak itu memberikan penghasilan setelah pajak sekitar USD2,5 miliar," kata pengajuan itu.
Disebutkan juga dalam pengajuan tersebut, kehilangan pendapatan Exxon diperkirakan dengan durasi yang tidak pasti dari operasionalnya di Kazakhstan. Ekspor minyak melalui pipa CPC berpotensi terganggu, dibatasi, hingga dihentikan sementara.
Perusahaan minyak utama AS itu memiliki 25% saham di perusahaan patungan produksi minyak Tengizchevroil (TCO) yang dipimpin Chevron, yang mengendalikan ladang minyak Tengiz dan Korolev di Kazakhstan dan 16,8% saham kerja di ladang Kashagan.
Chevron memproduksi sekitar 380.000 bpd atau lebih dari 12% dari total output dari Kazakhstan. Perusahaan bertujuan meningkatkan total output sebesar 40% di lapangan terbesar Kazakhstan, Tengiz menjadi sekitar 1 juta bpd.
Bulan lalu, kepala keuangan Chevron, Pierre Breber mengatakan, produksi Kazak 2022 kehilangan rata-rata kurang dari 10.000 barel per hari dari pemadaman sementara. "Kami memiliki risiko dalam bisnis kami, dan terjadi di mana-mana. Tentu saja, kami mengelola risiko itu," kata Breber.
"Saya tidak dapat memprediksi masa depan, tetapi CPC sangat andal pada tahun 2022," bebernya.
Shell PLC yang berbasis di London dan Eni dari Italia juga memiliki saham di CPC.
Di sisi lain dalam pengajuan Exxon menunjukkan tenaga kerjanya secara global turun 1.000 pada tahun lalu menjadi 62.000 karyawan karena terus memangkas biaya dan meningkatkan pengembalian pemegang saham. Ini menjadi tahun ketiga berturut-turut Exxon mengurangi tenaga kerjanya.
Ancaman terhadap ekspor minyak Kazakhstan telah menjadi sorotan sejak perang Rusia Ukraina pecahsetahun yang lalu. Exxon dan Chevron merupakan pemegang utama dalam produksi minyak di negara Asia Tengah dan pipa ekspor terkait.
Kazakhstan berbagi perbatasan 4.750 mil (7.644 km) dengan Rusia dan ekspor minyaknya melakukan perjalanan terutama melalui jalur Caspian Pipeline Consortium (CPC) melalui Rusia dan mendarat di terminal ekspor Laut Hitam Rusia.
Setiap penutupan pipa atau terminal CPC akan menutup lebih dari 1% pasokan minyak global dan merugikan produsennya miliaran dolar untuk pendapatan yang hilang.
Exxon mengatakan sahamnya di ladang minyak Kazak menghasilkan 246.000 barel minyak dan gas per hari tahun lalu. "Minyak itu memberikan penghasilan setelah pajak sekitar USD2,5 miliar," kata pengajuan itu.
Disebutkan juga dalam pengajuan tersebut, kehilangan pendapatan Exxon diperkirakan dengan durasi yang tidak pasti dari operasionalnya di Kazakhstan. Ekspor minyak melalui pipa CPC berpotensi terganggu, dibatasi, hingga dihentikan sementara.
Perusahaan minyak utama AS itu memiliki 25% saham di perusahaan patungan produksi minyak Tengizchevroil (TCO) yang dipimpin Chevron, yang mengendalikan ladang minyak Tengiz dan Korolev di Kazakhstan dan 16,8% saham kerja di ladang Kashagan.
Chevron memproduksi sekitar 380.000 bpd atau lebih dari 12% dari total output dari Kazakhstan. Perusahaan bertujuan meningkatkan total output sebesar 40% di lapangan terbesar Kazakhstan, Tengiz menjadi sekitar 1 juta bpd.
Bulan lalu, kepala keuangan Chevron, Pierre Breber mengatakan, produksi Kazak 2022 kehilangan rata-rata kurang dari 10.000 barel per hari dari pemadaman sementara. "Kami memiliki risiko dalam bisnis kami, dan terjadi di mana-mana. Tentu saja, kami mengelola risiko itu," kata Breber.
"Saya tidak dapat memprediksi masa depan, tetapi CPC sangat andal pada tahun 2022," bebernya.
Shell PLC yang berbasis di London dan Eni dari Italia juga memiliki saham di CPC.
Di sisi lain dalam pengajuan Exxon menunjukkan tenaga kerjanya secara global turun 1.000 pada tahun lalu menjadi 62.000 karyawan karena terus memangkas biaya dan meningkatkan pengembalian pemegang saham. Ini menjadi tahun ketiga berturut-turut Exxon mengurangi tenaga kerjanya.
(akr)