Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Menguat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pada pentupan perdagangan Kamis kemarin (16/7) nilai tukar mata uang garuda di pasar spot ditutup melempem 37 poin atau 0,26% ke level Rp14.625 per dolar AS. Sepanjang tahun ini kurs rupiah terhadap dolar sudah terdepresiasi sebesar 5,3% (kurs tengah BI).
Meski demikian, Bank Indonesia (BI) menilai nilai tukar rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, optimisme rupiah menguat karena aliran modal asing yang masuk cukup besar.
"Rupiah secara point to point pada triwulan II 2020 mengalami apresiasi 14,42% dipengaruhi aliran masuk modal asing yang cukup besar pada Mei dan Juni 2020. Meskipun secara rerata mencatat depresiasi 4,53% akibat level yang masih lemah pada April 2020," kata Perry di Jakarta, kemarin (16/7/2020).
Data BI menunjukkan, aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio pada triwulan II 2020 mencatat net inflows sebesar USD10,2 miliar. ( Baca juga:Bank Indonesia Siapkan Empat Langkah Jitu Pulihkan Ekonomi )
Dia melanjutkan, pada awal Juli 2020, rupiah dan mata uang regional sedikit tertekan seiring ketidakpastian global, termasuk akibat kembali meningkatnya risiko geopolitik AS-Tiongkok.
Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued didukung inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang kompetitif, dan premi risiko Indonesia yang mulai menurun.
"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus menjaga ketersediaan likuiditas, baik di pasar uang maupun pasar valas dan memastikan bekerjanya mekanisme pasar," tandasnya.
Meski demikian, Bank Indonesia (BI) menilai nilai tukar rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, optimisme rupiah menguat karena aliran modal asing yang masuk cukup besar.
"Rupiah secara point to point pada triwulan II 2020 mengalami apresiasi 14,42% dipengaruhi aliran masuk modal asing yang cukup besar pada Mei dan Juni 2020. Meskipun secara rerata mencatat depresiasi 4,53% akibat level yang masih lemah pada April 2020," kata Perry di Jakarta, kemarin (16/7/2020).
Data BI menunjukkan, aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio pada triwulan II 2020 mencatat net inflows sebesar USD10,2 miliar. ( Baca juga:Bank Indonesia Siapkan Empat Langkah Jitu Pulihkan Ekonomi )
Dia melanjutkan, pada awal Juli 2020, rupiah dan mata uang regional sedikit tertekan seiring ketidakpastian global, termasuk akibat kembali meningkatnya risiko geopolitik AS-Tiongkok.
Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued didukung inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang kompetitif, dan premi risiko Indonesia yang mulai menurun.
"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus menjaga ketersediaan likuiditas, baik di pasar uang maupun pasar valas dan memastikan bekerjanya mekanisme pasar," tandasnya.
(uka)