3 Tahun Pandemi Covid-19, Ini 5 Bisnis yang Bersinar dan Redup

Sabtu, 11 Maret 2023 - 16:22 WIB
loading...
3 Tahun Pandemi Covid-19, Ini 5 Bisnis yang Bersinar dan Redup
Suasana pusat perbelanjaan di Jakarta tampak sepi, Selasa (12/1/2021). Foto/SINDOnews/Yorri Farli
A A A
JAKARTA - Hari ini tiga tahun lalu, tepatnya 11 Maret 2020, Badan Kesehatan Dunia (World Health Organisation/WHO) resmi mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi global.

Tiga tahun dilanda pandemi, beberapa bisnis meraup untung namun tak sedikit yang buntung dan limbung. Berbagai pembatasan gerak dan interaksi yang masif membawa konsekuensi pada perekonomian.

Kebijakan-kebijakan seperti lockdown, physical distancing, travel ban/restriction menimbulkan konsekuensi turunnya kegiatan ekonomi secara signifikan.

Di tengah kondisi pandemi yang penuh ketidakpastian, sejumlah bisnis mampu bertahan dan bersinar. Selain bisnis alat kesehatan dan perlengkapan penunjang kesehatan seperti hand sanitizer dan masker yang penjualannya melejit saat pandemi, berikut ini lima bisnis yang juga moncer saat pandemi:

1. Jualan Online

Meningkatnya konsumsi saat pandemi membuka peluang bagi pengusaha yang berjualan secara online. Saat pandemi, tak sedikit usaha rumahan yang berkembang dan memasarkan produknya secara online, baik melalui platform e-commerce maupun media sosial. Selain karena masyarakat lebih banyak berdiam di rumah, biaya pemasaran online juga jauh lebih ringan.

Tak hanya UMKM, beberapa bisnis skala besar juga menggencarkan promosi dan penjualan online. Terlebih lagi saat periode di mana took dan mal banyak yang tutup guna mencegah penyebaran virus Covid-19.

2. Makanan dan Minuman

Senada, bisnis makanan dan minuman (mamin) menjadi salah satu kelompok industri yang tetap bertumbuh saat pandemi. Pada tahun 2022, industri mamin tumbuh 4,90% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan berkontributor terbesar terhadap PDB industri pengolahan non migas pada tahun 2022, sebesar 38,35%.

3. Logistik dan kurir

Dengan adanya pembatasan saat pandemi namun masyarakat tetap ada keinginan belanja online, di situ peran jasa pengiriman dibutuhkan.
Dukungan dari ekosistem e-commerce rupanya menjadi berkah bagi banyak perusahaan logistik maupun layanan jasa kurir serta ekspedisi. Ini lantaran kebutuhan layanan antar barang kian membludak seiring pertumbuhan e-commerce.

4. Content Creator

Peran media sosial untuk para content creator jelas mendatangkan peluang bisnis tersendiri, apalagi banyak bermunculan manajemen khusus untuk mewadahi bisnis ini.

Content Creator bermunculan saat pandemi karena masyarakat jelas membutuhkan hiburan, baik dari streaming atau siaran langsung, atau hanya sekadar mencari informasi lewat audio visual.

5. Jasa titipan (jastip)

Bisnis jastip begitu menguntungkan saat pandemi karena membantu pelanggan tak langsung datang ke toko. Layanan ini memiliki jangkauan yang luas, karena dilakukan secara online. Jasa titip biasanya dicari oleh pembeli yang berasal dari luar daerah dan ingin membeli produk dari brand tertentu namun belum tersedia di tempatnya.



Di sisi lain, pandemi juga menjadi hantaman bagi sejumlah bisnis. Tak sedikit yang gulung tikar dan memutuskan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Berikut beberapa di antaranya:

1. Startup

Beberapa lembaga penelitian menyebut bahwa industri ekonomi digital digadang-gadang menjadi sektor yang berpeluang mendapat banyak keuntungan selama pandemi.

Namun, fenomena PHK massal hingga penutupan layanan yang menghantam berbagai platform digital justru mengisyaratkan situasi sebaliknya.

Tidak hanya terjadi di perusahaan-perusahaan besar seperti Shopee dan Zenius, tantangan mempertahankan kondisi keuangan akibat pandemi juga dialami perusahaan-perusahaan teknologi rintisan (startup) yang lebih kecil. Startup Indonesia banyak yang ambruk mulai semester I/2021 dengan angka lebih dari 10% dan masih berlanjuttahun ini.

2. Mal dan Restoran

Pada 2020 saat awal pandemi merebak, sejumlah mal berhenti beroperasi alias tutup, bahkan ada yang hingga 3 bulan ditutup. Imbasnya, para tenant termasuk restoran juga ikut tutup.

Bahkan, tak sedikit yang akhirnya bertumbangan lantaran tak kuat lagi bayar sewa. Tak heran jika lantas banyak ruko atau space di mal yang kosong..

3. Hotel

Senada dengan mal dan restoran, industri perhotelan juga ikut megap-megap dihantam pandemi. Pasalnya, mobilitas dibatasi dan saat pandemi masyarakat ketakutan tertular sehingga lebih nyaman berdiam di rumah dibanding menginap di hotel. Untuk bertahan, banyak hotel yang memangkas karyawannya dan juga banting harga kamar menjadi sangat murah.

Saat ini, mayoritas hotel sudah mulai menggeliat kembali dan okupansi pun berangsur normal. Namun, kabar bahwa banyak hotel yang dijual juga bukan isapan jempol.


4. Penerbangan

Pembatasan mobilitas dan larangan perjalanan akibat pandemi sudah pasti memukul industri penerbangan di seluruh dunia. Jumlah penumpang pesawat anjlok. Sejumlah maskapai penerbangan pun terpaksa merumahkan atau memangkas jumlah karyawannya.

5. Bisnis Ekspor-impor

Bisnis ekspor dan impor ikut terkendala saat pandemi karena adanya berbagai pembatasan. Beberapa negara seperti China yang sempat beberapa kali menerapkan kebijakan lockdown tentunya membuat ekspor Indonesia ikut terhambat.

Belum lagi perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan tersendatnya ekspor-impor komoditas sehingga memicu kekhawatiran krisis energi dan pangan.

Efek domino pandemi, perang Rusia-Ukraina, hingga ketidakpastian perekonomian jadi pemicu belum maksimalnya pemulihan sektor-sektor usaha yang ambruk akibat pandemi Covid-19.

Memasuki tahun 2023 ini, seiring melandainya kasus Covid-19 dan melonggarnya pembatasan, bisnis-bisnis yang sempat terpuruk tersebut mulai menggeliat kembali.

Bahkan, industri penerbangan sejak liburan akhir tahun lalu mengalami lonjakan penumpang karena banyaknya masyarakat yang sudah rindu untuk bepergian dan berwisata.

(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2270 seconds (0.1#10.140)