Tantangan Menghindari Jebakan Negara Pendapatan Menengah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mencatat, status Indonesia sebagai negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle income country) memiliki tantangan tersendiri. Salah satu tantangan yang harus dijawab pemerintah adalah bagaimana memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.
"Kalau kita melihat Indonesia sebagai middle income sekarang, tapi perjalanan menjadi negara berpendapatan tinggi dan bisa memberikan kesejahteraan yang adil merata itu tantangannya luar biasa," ujar Sri Mulyani dalam Webinar, Jakarta, Sabtu (18/7).
(Baca Juga: RI Jadi Negara Berpendapatan Menengah Atas Munculkan Konsekuensi Negatif )
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menuturkan, Indonesia telah mengalami banyak tantangan fundamental sebelum Bank Dunia menaikkan status menjadi negara berpenghasilan menengah atas sejak 1 Juli 2020 lalu. Namun demikian, menurutnya tidak sedikit negara berpenghasilan menengah atas justru terjebak dalam perangkap dalam status middle income trap-nya.
Terang Menkeu, perangkap itu terkait dengan stagnannya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pembangunan infrastruktur, serta sisi produktivitas dan inovasi teknologi. Artinya, banyak negara yang status pendapatannya dikategorikan sebagai negara berpendapatan menengah atas, namun tidak mampu mengembangkan instrumen fundamental yang pada dasarnya merupakan faktor pendorong bagi Produk Domestik Bruto (PDB) negara bersangkutan.
Padahal lanjut dia, penguatan SDM, pembangunan Infrastruktur, dan penggunaan teknologi mutakhir adalah instrumen yang bukan saja membawa sebuah negara menjadi negara berpendapatan menengah atas tapi juga akan menjadikan negara tersebut sebagai negara maju.
"Ada juga yang disebut middle income trap, artinya negara tidak bisa naik dari middle ke high income (negara berpendapatan tinggi) karena dia terperangkap di tengah perangkapnya biasanya SDM-nya yang tidak naik kualitasnya, infrastruktur tertinggal dan juga dari sisi kemampuan produktivitas inovasi teknologinya," ungkapnya.
(Baca Juga: Titel Negara Berpendapatan Menengah Atas Jadi Tantangan RI )
Karena itu sambung Sri Mulyani, tantang Indonesia saat ini adalah selain mampu menjawab perihal kesejahteraan rakyat, Indonesia juga mampu mendesain sistem keuangan negara. Hal itu sekaligus terintegrasi dengan penguatan SDM melalui lembaga pendidikan. Bahkan, bagaimana sistem keuangan juga terintegrasi dengan penguatan teknologi, pembangunan infrastruktur, serta akses masyarakat untuk mendapatkan kesehatan dan kesejahteraan sosial.
"Gimana mendesain konten training pendidikan, kesehatan, bagaimana kita melindungi masyarakat bisa dapat akses kesehatan namun sustainable dengan keuangan negara, jadi tidak belanja doang tapi gambarnya tidak dipikirkan. Inovasi teknologi, bisa desain policy keuangan negara supaya tidak hanay negara tapi swasta bisa research seperti insentif tax deduction," ujarnya.
"Semua belanja itu semua investasi, namun tidak berarti kalau ada uang itu ada solusi. Karena ada yang negara belanjanya banyak tapi tidak menjadi apa-apa. Bah itu tantangan kita. Yang kita butuhkan itu bagaimana menjawab tantangan bukan masalah uangnya," ungkapnya.
"Kalau kita melihat Indonesia sebagai middle income sekarang, tapi perjalanan menjadi negara berpendapatan tinggi dan bisa memberikan kesejahteraan yang adil merata itu tantangannya luar biasa," ujar Sri Mulyani dalam Webinar, Jakarta, Sabtu (18/7).
(Baca Juga: RI Jadi Negara Berpendapatan Menengah Atas Munculkan Konsekuensi Negatif )
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menuturkan, Indonesia telah mengalami banyak tantangan fundamental sebelum Bank Dunia menaikkan status menjadi negara berpenghasilan menengah atas sejak 1 Juli 2020 lalu. Namun demikian, menurutnya tidak sedikit negara berpenghasilan menengah atas justru terjebak dalam perangkap dalam status middle income trap-nya.
Terang Menkeu, perangkap itu terkait dengan stagnannya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pembangunan infrastruktur, serta sisi produktivitas dan inovasi teknologi. Artinya, banyak negara yang status pendapatannya dikategorikan sebagai negara berpendapatan menengah atas, namun tidak mampu mengembangkan instrumen fundamental yang pada dasarnya merupakan faktor pendorong bagi Produk Domestik Bruto (PDB) negara bersangkutan.
Padahal lanjut dia, penguatan SDM, pembangunan Infrastruktur, dan penggunaan teknologi mutakhir adalah instrumen yang bukan saja membawa sebuah negara menjadi negara berpendapatan menengah atas tapi juga akan menjadikan negara tersebut sebagai negara maju.
"Ada juga yang disebut middle income trap, artinya negara tidak bisa naik dari middle ke high income (negara berpendapatan tinggi) karena dia terperangkap di tengah perangkapnya biasanya SDM-nya yang tidak naik kualitasnya, infrastruktur tertinggal dan juga dari sisi kemampuan produktivitas inovasi teknologinya," ungkapnya.
(Baca Juga: Titel Negara Berpendapatan Menengah Atas Jadi Tantangan RI )
Karena itu sambung Sri Mulyani, tantang Indonesia saat ini adalah selain mampu menjawab perihal kesejahteraan rakyat, Indonesia juga mampu mendesain sistem keuangan negara. Hal itu sekaligus terintegrasi dengan penguatan SDM melalui lembaga pendidikan. Bahkan, bagaimana sistem keuangan juga terintegrasi dengan penguatan teknologi, pembangunan infrastruktur, serta akses masyarakat untuk mendapatkan kesehatan dan kesejahteraan sosial.
"Gimana mendesain konten training pendidikan, kesehatan, bagaimana kita melindungi masyarakat bisa dapat akses kesehatan namun sustainable dengan keuangan negara, jadi tidak belanja doang tapi gambarnya tidak dipikirkan. Inovasi teknologi, bisa desain policy keuangan negara supaya tidak hanay negara tapi swasta bisa research seperti insentif tax deduction," ujarnya.
"Semua belanja itu semua investasi, namun tidak berarti kalau ada uang itu ada solusi. Karena ada yang negara belanjanya banyak tapi tidak menjadi apa-apa. Bah itu tantangan kita. Yang kita butuhkan itu bagaimana menjawab tantangan bukan masalah uangnya," ungkapnya.
(akr)