Rusdi Kirana Sosok di Balik Maskapai Super Air Jet: Pernah Jualan Mesin Tik
loading...
A
A
A
Hadirnya Super Air Jet di tengah ketatnya persaingan bisnis penerbangan nasional, tak lepas dari kejelian Rusdi Kirana. Pendiri Lion Air ini memang mafhum benar perkara bisnis penerbangan di Tanah Air.
Rusdi Kirana menerbangi langit bisnis maskapai sudah hampir seperempat abad, tepatnya tahun 1999 dengan mendirikan Lion Air. Kini Lion Air menjelma menjadi salah satu pemain besar di bisnis penerbangan dengan 118 armada dan 36 rute penerbangan.
Itu baru Lion Air, belum termasuk Batik Air dan Wings Air. Jika ditotal dengan maskapai saudaranya, jumlah armada Lion Air Group mencapai 317 pesawat, termasuk pesawat yang berbasis di luar negeri.
Sebelum namanya meroket berkat bisnis penerbangan, Rusdi menapakinya dari level paling bawah. Rusdi pernah menjadi calo tiket pesawat di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Kemudian pada tahun 1990, ia bersama kakaknya, Kusnan Kirana, memulai bisnis biro penjualan tiket dengan nama biro Lion Tour.
Bisnis penjualan tiket Lion Tour berkembang pesat. Saat usianya memasuki ke 37 tahun, dengan modal USD10 juta, Rusdi Kirana membuka bisnis penerbangan dengan nama Lion Air sekaligus penggagas penerbangan berbiaya murah dengan tagline We Make People Fly.
Pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 17 Agustus 1963, ini memang punya "trah" sebagai pedagang. Rusdi dibesarkan dari keluarga pedagang, dan ia memulainya saat remaja dengan menjual mesin ketik.
Sukses dengan Lion Air, jebolan FE Universitas pancasila ini kemudian mendirikan Wings Air pada 2003. Maskapai ini fokus melayani penerbangan rute domestik yang masuk kategori daerah terpencil sehingga menggunakan pesawat ATR.
Rusdi kemudian juga memidik pangsa pasar premium di bisnis penerbangan dengan meluncurkan Batik Air pada 2013. Maskapai ini diposisikan bersaing dengan Garuda Indonesia.
Lion Air, Wings Air, dan Batik Air mampu menerbangkan kesuksesan Rusdi Kirana. Pada 2019, Rusdi Kirana masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan USD835 juta.
Rusdi Kirana menerbangi langit bisnis maskapai sudah hampir seperempat abad, tepatnya tahun 1999 dengan mendirikan Lion Air. Kini Lion Air menjelma menjadi salah satu pemain besar di bisnis penerbangan dengan 118 armada dan 36 rute penerbangan.
Itu baru Lion Air, belum termasuk Batik Air dan Wings Air. Jika ditotal dengan maskapai saudaranya, jumlah armada Lion Air Group mencapai 317 pesawat, termasuk pesawat yang berbasis di luar negeri.
Sebelum namanya meroket berkat bisnis penerbangan, Rusdi menapakinya dari level paling bawah. Rusdi pernah menjadi calo tiket pesawat di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Kemudian pada tahun 1990, ia bersama kakaknya, Kusnan Kirana, memulai bisnis biro penjualan tiket dengan nama biro Lion Tour.
Bisnis penjualan tiket Lion Tour berkembang pesat. Saat usianya memasuki ke 37 tahun, dengan modal USD10 juta, Rusdi Kirana membuka bisnis penerbangan dengan nama Lion Air sekaligus penggagas penerbangan berbiaya murah dengan tagline We Make People Fly.
Pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 17 Agustus 1963, ini memang punya "trah" sebagai pedagang. Rusdi dibesarkan dari keluarga pedagang, dan ia memulainya saat remaja dengan menjual mesin ketik.
Sukses dengan Lion Air, jebolan FE Universitas pancasila ini kemudian mendirikan Wings Air pada 2003. Maskapai ini fokus melayani penerbangan rute domestik yang masuk kategori daerah terpencil sehingga menggunakan pesawat ATR.
Rusdi kemudian juga memidik pangsa pasar premium di bisnis penerbangan dengan meluncurkan Batik Air pada 2013. Maskapai ini diposisikan bersaing dengan Garuda Indonesia.
Lion Air, Wings Air, dan Batik Air mampu menerbangkan kesuksesan Rusdi Kirana. Pada 2019, Rusdi Kirana masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan USD835 juta.