Soal Jaga Inflasi atau Stabilitas Keuangan, Sri Mulyani: Seperti Memilih Ayah atau Ibu

Kamis, 06 April 2023 - 14:28 WIB
loading...
Soal Jaga Inflasi atau Stabilitas Keuangan, Sri Mulyani: Seperti Memilih Ayah atau Ibu
Sri Mulyani mengaku pilihan sulit antara menjaga inflasi atau stabilitas sektor keuangan. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai situasi yang baru terjadi pada bulan lalu, ketika sektor keuangan terutama perbankan di AS dan Eropa mengalami masalah. Jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank besar lain telah menimbulkan perhatian mengenai seberapa resilien lembaga-lembaga keuangan, terutama perbankan di AS dan Eropa.



"Kalau di Eropa, kita lihat Credit Suisse Bank adalah bank terbesar kedua di Swiss yang selama ini terkenal sebagai surganya stabilitas perbankan di dunia, tidak cuma di Eropa. Pada 15 Maret lalu, bank ini mengumumkan harga saham yang turun hingga lebih dari 20%," ujar Sri dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023 secara virtual di Jakarta, Kamis (6/4/2023).

Biasanya, lanjut Sri Mulyani, kalau seluruh negara mengalami kegoyahan di nilai tukarnya, mereka semua akan lari ke Suisse Bank. Masalah yang mendera Credit Suisse Bank telah mengusik soal stabilitas.

"Sama seperti dengan AS. Persepsi stabilitas itu sekarang hancur dengan munculnya permasalahan di SVB dan Credit Suisse Bank. Ini merupakan sesuatu yang harus kita waspadai, karena AS dan Eropa di dalam menaikkan suku bunga secara ekstrim untuk mengendalikan inflasi memberikan dampak yang tidak kecil terhadap stabilitas sektor keuangannya," jelas Sri.

Pilihan-pilihan kebijakan, sebut dia, menjadi sangat-sangat dilematis, antara memilih stabilitas dari sisi pengendalian inflasi, atau stabilitas dari sisi lembaga keuangannya.

"Dua-duanya sebenarnya tidak bisa dipilih. Banyak situasi sebagai policy maker, sering kita dihadapkan pada pilihan yang dua-duanya tidak ingin kita pilih. Karena dua-duanya dianggap penting, sama seperti memilih antara ayah atau ibu," ucap Sri.



Sri mengatakan bahwa hal ini adalah kondisi policy maker yang paling sulit, yaitu ketika dihadapkan situasi dilema. "Atau sering dalam bahasa ekonominya adalah trade-off pilihan yang tidak mengenakkan antara yang satu ada konsekuensi politik, sosial, atau ekonomi, dan yang satu lagi juga sama menyakitkannya secara sosial, politik, atau ekonomi," pungkas Sri.

(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1025 seconds (0.1#10.140)