Bocah Pecandu Game yang Sukses Berbisnis Rumput Laut Goreng, Kekayaannya Hampir Setengah Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Aitthipat Kulapongvanich alias Ittipat, adalah seorang pengusaha Thailand yang mashyur berkat produk Tao Kae Noi, makanan ringan rumput laut goreng. Berawal hanya di Thailand, Tao Kae Non kini sudah merambah ke negara-negara Asia-Pasifik.
Kisah sukses Ittipat di dunia bisnis tak lepas dari kecanduannya bermain game online . Ada dua yang dia peroleh dari bermain game: pertama semangatnya yang tak mudah terpatahkan, dan tentu saja uang yang didapat.
Pada usia 16 tahun, seperti kebanyakan anak sekolah lainnya, Ittipat kecanduan game online Everquest. Dia merupakan salah satu pemain piawai sehingga berhasil mendapatkan banyak barang langka dan harta karun yang diperlukan untuk peningkatan karakter yang sulit didapatkan orang lain. Namanya di dunia per-game-an pun mulai berkibar.
Pemain game dari seluruh dunia, terutama dari AS, mulai menghubunginya untuk membeli barang langka dan harta karunnya. Ia pun memperoleh sekitar USD10 ribu atau Rp150 juta (kurs Rp15.000) setiap bulan. Dengan pendapatannya itu, dia seolah berada di negeri fantasi.
Pada usia 17 tahun, Ittipat melanjutkan studi di University of Chamber of commerce of Thailand. Di tahun yang sama, bisnis orang tuanya menghadapi krisis keuangan dan akhirnya bangkrut dan sehinga terbelit utang hingga USD10 juta atau Rp150 miliar.
Dia pun memutuskan untuk berhenti sekolah dan membantu keluarganya. Ittipat menjual ID permainannya dan dengan sejumlah uang yang lumayan besar, mulai memikirkan langkah apa yang dapat dia lakukan dengan uang itu agar dapat membantu keluarga.
Dia mencoba menjual makanan dan kopi di depan kampusnya, berinvestasi dan menjual CD player murah. Sayangnya semua rencananya tidak berhasil. Dia kehilangan sejumlah besar modal dari uang yang dia dapatkan dari penjualan ID game.
Jalan kesuksesan mulai terlihat ketika suatu hari sedang menjelajahi China Town di Bangkok, dia memperhatikan bahwa banyak orang menyukai kastanye goreng gula. Selama itu gula kastanye goreng hanya bisa didapatkan di China Town.
Lahirlah ide bisnisnya yang pertama, dengan menjual kastanye goreng gula di pusat perbelanjaan besar. Dalam satu setengah tahun, dia membuka lebih dari 30 toko kastanye di hypermarket TESCO dan Carrefour terbesar di Thailand. Saat itu usianya baru 18 tahun.
Tantangan bisnisnya mulai menerpa. CEO baru yang ditunjuk oleh TESCO Lotus (di mana lebih dari 25 cabangnya berada) tidak mengizinkannya menjual kastanye di TESCO Lotus karena asapnya membawa bau ke seluruh mal dan mengotori langit-langit toko. Ittipat pun memutuskan untuk memasak kastanye di luar mal dan kemudian dikirim ke toko.
Tak pelak, penjualan kastanye turun drastis hingga 50%. Untuk menutupi penjualannya, ia kemudian mencoba menjual makanan lain seperti buah-buahan kering dan rumput laut goreng. Setelah beberapa bulan, dia melihat rumput laut goreng mengambil alih penjualan kastanye dan menjadi produk terlaris. Inilah awal dari kerajaan rumput lautnya saat ia berusia 19 tahun.
Ittipat lantas membentuk tim kecil yang terdiri dari orang-orang yang bekerja di dapur di rumahnya untuk menghasilkan lebih banyak rumput laut goreng. Untuk bisa mengembangkan rumput laut gorengnya, ia memutuskan untuk memindahkan produknya ke 7-Eleven.
Awalnya manajemen 7-Eleven menolak permintaan itu karena kemasan produk rumput lautnya terlalu jelek (kantong plastik dengan stiker).
Tak patah arang, ibarat membekali karakternya dalam permainan game, Ittipat menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk memodifikasi desain kemasan. Akhirnya manajemen 7-Eleven puas dengan itu dan meminta untuk mengunjungi pabriknya untuk memastikan kualitas makanan dan memastikan rumput lautnya dapat memasok di 3.000 outlet di seluruh Thailand.
Dengan hanya enam pekerja di dapurnya, tidak mungkin dia bisa mengarsipkannya. Dia kemudian memutuskan untuk melepas bisnis kastanye yang uangnya digunakan untuk mendanai peningkatan lini produksi dan mempekerjakan lebih banyak pekerja.
Tidak lama setelah kunjungan pabrik, pesanan pertama 7-Eleven adalah 72.000 bungkus rumput laut goreng dalam waktu 45 hari. Dari situ, bisnis rumput laut gorengnya melejit. 2 tahun kemudian rumput laut gorengnya diekspor ke Singapura dan Hong Kong.
Pada usia 26 tahun, produk ini tersedia di 19 negara termasuk AS, Inggris, Kanada, dan Australia. Ia menjadi miliarder swadaya termuda Thailand dengan kekayaan bersih 1 miliar baht atau USD33 juta, setara Rp490 miliar, mendekati setengah triliun rupiah.
Jalan menuju kesuksesannya tidak mudah. Sikapnya yang pantang menyerah adalah untuk kita pelajari. Dia melewati rintangan selangkah demi selangkah. Yang paling penting adalah memiliki pola pikir yang benar. Anda harus percaya pada diri sendiri pada apa yang ingin Anda lakukan, Anda akan sukses suatu hari nanti.
Kisah sukses Ittipat di dunia bisnis tak lepas dari kecanduannya bermain game online . Ada dua yang dia peroleh dari bermain game: pertama semangatnya yang tak mudah terpatahkan, dan tentu saja uang yang didapat.
Pada usia 16 tahun, seperti kebanyakan anak sekolah lainnya, Ittipat kecanduan game online Everquest. Dia merupakan salah satu pemain piawai sehingga berhasil mendapatkan banyak barang langka dan harta karun yang diperlukan untuk peningkatan karakter yang sulit didapatkan orang lain. Namanya di dunia per-game-an pun mulai berkibar.
Pemain game dari seluruh dunia, terutama dari AS, mulai menghubunginya untuk membeli barang langka dan harta karunnya. Ia pun memperoleh sekitar USD10 ribu atau Rp150 juta (kurs Rp15.000) setiap bulan. Dengan pendapatannya itu, dia seolah berada di negeri fantasi.
Pada usia 17 tahun, Ittipat melanjutkan studi di University of Chamber of commerce of Thailand. Di tahun yang sama, bisnis orang tuanya menghadapi krisis keuangan dan akhirnya bangkrut dan sehinga terbelit utang hingga USD10 juta atau Rp150 miliar.
Dia pun memutuskan untuk berhenti sekolah dan membantu keluarganya. Ittipat menjual ID permainannya dan dengan sejumlah uang yang lumayan besar, mulai memikirkan langkah apa yang dapat dia lakukan dengan uang itu agar dapat membantu keluarga.
Dia mencoba menjual makanan dan kopi di depan kampusnya, berinvestasi dan menjual CD player murah. Sayangnya semua rencananya tidak berhasil. Dia kehilangan sejumlah besar modal dari uang yang dia dapatkan dari penjualan ID game.
Jalan kesuksesan mulai terlihat ketika suatu hari sedang menjelajahi China Town di Bangkok, dia memperhatikan bahwa banyak orang menyukai kastanye goreng gula. Selama itu gula kastanye goreng hanya bisa didapatkan di China Town.
Lahirlah ide bisnisnya yang pertama, dengan menjual kastanye goreng gula di pusat perbelanjaan besar. Dalam satu setengah tahun, dia membuka lebih dari 30 toko kastanye di hypermarket TESCO dan Carrefour terbesar di Thailand. Saat itu usianya baru 18 tahun.
Tantangan bisnisnya mulai menerpa. CEO baru yang ditunjuk oleh TESCO Lotus (di mana lebih dari 25 cabangnya berada) tidak mengizinkannya menjual kastanye di TESCO Lotus karena asapnya membawa bau ke seluruh mal dan mengotori langit-langit toko. Ittipat pun memutuskan untuk memasak kastanye di luar mal dan kemudian dikirim ke toko.
Tak pelak, penjualan kastanye turun drastis hingga 50%. Untuk menutupi penjualannya, ia kemudian mencoba menjual makanan lain seperti buah-buahan kering dan rumput laut goreng. Setelah beberapa bulan, dia melihat rumput laut goreng mengambil alih penjualan kastanye dan menjadi produk terlaris. Inilah awal dari kerajaan rumput lautnya saat ia berusia 19 tahun.
Ittipat lantas membentuk tim kecil yang terdiri dari orang-orang yang bekerja di dapur di rumahnya untuk menghasilkan lebih banyak rumput laut goreng. Untuk bisa mengembangkan rumput laut gorengnya, ia memutuskan untuk memindahkan produknya ke 7-Eleven.
Awalnya manajemen 7-Eleven menolak permintaan itu karena kemasan produk rumput lautnya terlalu jelek (kantong plastik dengan stiker).
Tak patah arang, ibarat membekali karakternya dalam permainan game, Ittipat menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk memodifikasi desain kemasan. Akhirnya manajemen 7-Eleven puas dengan itu dan meminta untuk mengunjungi pabriknya untuk memastikan kualitas makanan dan memastikan rumput lautnya dapat memasok di 3.000 outlet di seluruh Thailand.
Dengan hanya enam pekerja di dapurnya, tidak mungkin dia bisa mengarsipkannya. Dia kemudian memutuskan untuk melepas bisnis kastanye yang uangnya digunakan untuk mendanai peningkatan lini produksi dan mempekerjakan lebih banyak pekerja.
Tidak lama setelah kunjungan pabrik, pesanan pertama 7-Eleven adalah 72.000 bungkus rumput laut goreng dalam waktu 45 hari. Dari situ, bisnis rumput laut gorengnya melejit. 2 tahun kemudian rumput laut gorengnya diekspor ke Singapura dan Hong Kong.
Pada usia 26 tahun, produk ini tersedia di 19 negara termasuk AS, Inggris, Kanada, dan Australia. Ia menjadi miliarder swadaya termuda Thailand dengan kekayaan bersih 1 miliar baht atau USD33 juta, setara Rp490 miliar, mendekati setengah triliun rupiah.
Jalan menuju kesuksesannya tidak mudah. Sikapnya yang pantang menyerah adalah untuk kita pelajari. Dia melewati rintangan selangkah demi selangkah. Yang paling penting adalah memiliki pola pikir yang benar. Anda harus percaya pada diri sendiri pada apa yang ingin Anda lakukan, Anda akan sukses suatu hari nanti.
(uka)