Dongkrak Ekspor Minyak Sawit, Jadikan Perdagangan Panglima
loading...
A
A
A
Sepanjang Januari hingga Mei 2020, ekspor CPO dan turunannya tercatat USD7,6 miliar. Berkontribusi terhadap ekspor non migas sebesar 12,5%. Secara nilai, ekspornya meningkat ketimbang dari tahun sebelumnya. Namun demikian, lanjutnya, terdapat penurunan pangsa ekspor pada periode 2017-2019. “Kita perlu mewaspadai tren penurunan pangsa ekspor sawit Indonesia yang terjadi dalam 3 tahun belakangan ini,” tutur Kasan.
Sementara, total ekspor bulanan CPO dan produk turunannya, tercatat anjlok semenjak merebaknya Pandemi Covid-19. Apalagi bila dibandingkan Desember 2019, nilai ekspor minyak sawit dan turunannya mencapai USD15,98 miliar, atau 53,5% pangsa pasar dunia. “Nilai ini turun 12,32% dibanding pada periode yang sama tahun lalu. Sementara, tren ekspor sepanjang periode 2015-2019 tercatat melorot 0,04%,” tuturnya.
Sementara itu Guru Besar UGM Prof Sri Adiningsih mengatakan pada 2018, tercatat 65% dari total produksi CPO Indonesia diekspor, dan sisanya dikonsumsi di dalam negeri. “Nilai eskpor sawit dan kontribusinya jauh lebih tinggi dari komoditas strategis lainnya, yang dapat diartikan sebagai nilai plus dari kinerja industri sawit nasional,” tutur Sri Adiningsih.
Selama masa pandemi ini, kata Sri Adiningsih, perlu ada transformasi industri kelapa sawit, lantaran pada masa pandemi, terdapat penerapan new normal, paska pandemi, yang pada akhirnya mendorong gaya hidup dan ekonomi di dunia mulai berubah.
Sebab itu dibutuhkan perubahan mindset kelapa sawit, dari bisnis perkebunan ke industri pengolahan kelapa sawit. Termasuk sektor bioenergi adalah masa depan bisnis kelapa sawit. “Indonesia berpotensi menjadi produsen bioenergi terbesar di dunia,” tegasnya.
Sementara, total ekspor bulanan CPO dan produk turunannya, tercatat anjlok semenjak merebaknya Pandemi Covid-19. Apalagi bila dibandingkan Desember 2019, nilai ekspor minyak sawit dan turunannya mencapai USD15,98 miliar, atau 53,5% pangsa pasar dunia. “Nilai ini turun 12,32% dibanding pada periode yang sama tahun lalu. Sementara, tren ekspor sepanjang periode 2015-2019 tercatat melorot 0,04%,” tuturnya.
Sementara itu Guru Besar UGM Prof Sri Adiningsih mengatakan pada 2018, tercatat 65% dari total produksi CPO Indonesia diekspor, dan sisanya dikonsumsi di dalam negeri. “Nilai eskpor sawit dan kontribusinya jauh lebih tinggi dari komoditas strategis lainnya, yang dapat diartikan sebagai nilai plus dari kinerja industri sawit nasional,” tutur Sri Adiningsih.
Selama masa pandemi ini, kata Sri Adiningsih, perlu ada transformasi industri kelapa sawit, lantaran pada masa pandemi, terdapat penerapan new normal, paska pandemi, yang pada akhirnya mendorong gaya hidup dan ekonomi di dunia mulai berubah.
Sebab itu dibutuhkan perubahan mindset kelapa sawit, dari bisnis perkebunan ke industri pengolahan kelapa sawit. Termasuk sektor bioenergi adalah masa depan bisnis kelapa sawit. “Indonesia berpotensi menjadi produsen bioenergi terbesar di dunia,” tegasnya.
(fai)