Produksi Gula di Sejumlah Negara Terganggu, Ini Dampaknya ke Pengusaha Mamin RI

Senin, 22 Mei 2023 - 13:39 WIB
loading...
Produksi Gula di Sejumlah Negara Terganggu, Ini Dampaknya ke Pengusaha Mamin RI
Buruh panggul melakukan bongkar muat gula di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta. Arsip Foto/SINDOnews/Yorri Farli
A A A
JAKARTA - Industri makanan dan minuman (mamin) di Indonesia masih ketergantungan terhadap pasokan gula impor. Gangguan produksi gula di negara asal impor bisa memicu kenaikan harga.

Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, kenaikan harga gula rafinasi hingga 36,84% menjadi USD26 sen per pon dari harga sebelumnya yakni USD19 sen per pon terjadi karena gangguan produksi di negara produsen gula, di antaranya Thailand, India, Brasil dan Australia.

Menurut dia, selama ini pelaku industri mamin Indonesia masih bergantung pada impor gula rafinasi. Hal ini sesuai Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No 3 Tahun 2021 tentang Jaminan Ketersediaan Bahan Baku Industri Gula Dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Gula Nasional.

“Sesuai Permenperin, gula rafinasi digunakan untuk gula industri. Pasokan nasional masih belum bisa memenuhi kebutuhan industri. Jadi, masih bergantung pada impor,” ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Senin (22/5/2023).



Dia menerangkan, gangguan yang terjadi di masing-masing negara bisa berbeda antara satu dengan yang lainnya. Contohnya pengurangan area tanam di Thailand yang berimbas pada pengurangan hasil produksi gula rafinasi. Selain itu, gelombang panas di India juga menjadi penyebab pengurangan produksi.

Sementara, gangguan yang terjadi di Brasil cukup berbeda dibandingkan dengan dua negara sebelumnya. Adhi menyebut, terdapat pengalihan fungsi gula tebu di Brasil, di mana pabrik pengolahan tebu di Negeri Samba mengalihkan ekspor gula untuk memproduksi etanol.

Hal ini dilakukan karena harga energi yang semakin mahal dan adanya pengurangan insentif untuk bahan bakar minyak (BBM) di Brasil.

“Sehingga mereka lebih memproduksi etanol. Ini patut diwaspadai karena otomatis pasokan gula dunia juga akan berkurang dengan adanya pengurangan ini,” tandasnya.

Meski begitu, Adhi mengatakan pihaknya masih menunggu tambahan pasokan dari Australia yang dijadwalkan akan panen pada bulan Juni dan Juli mendatang. Tambahan pasokan tersebut pun diharapkan akan membantu untuk kembali menstabilkan harga.



Lebih lanjut, Gapmmi berharap pemerintah bisa mengantisipasi hal ini dengan tidak mengeluarkan aturan atau kebijakan baru yang membebani industri makanan dan minuman. Dengan begitu, pelaku industri bisa terus produktif dan berkontribusi terhadap pendapatan negara.

“Selain itu, kami sedang mempertimbangkan apakah pemerintah perlu melakukan intervensi dengan menghapuskan bea masuk gula rafinasi secara sementara. Tentu ini perlu dilihat secara keseluruhan. Bila produktivitas industri meningkat, pada akhirnya negara diuntungkan melalui pajak yang diberikan,” tutup Adhi.

(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2220 seconds (0.1#10.140)