Zimbabwe Tak Berdaya, China Sikat Semua Tambang Lithium

Selasa, 30 Mei 2023 - 12:15 WIB
loading...
Zimbabwe Tak Berdaya, China Sikat Semua Tambang Lithium
China melirik Afrika untuk mencari lithium yang dibutuhkan dalam memproduksi baterai kendaraan listrik (EV), salah satunya Zimbabwe. Dimana China selangkah lagi mendominasi tambang lithium di negara tersebut. Foto/Dok Oregon Group
A A A
BEIJING - China melirik Afrika untuk mencari lithium yang dibutuhkan dalam memproduksi baterai kendaraan listrik (EV) , seiring dengan meningkatnya permintaan kendaraan listrik global. Salah satu yang menjadi sasaran yakni Zimbabwe, dimana China selangkah lagi mendominasi tambang lithium di negara tersebut.



Ketika beberapa negara mengambil langkah melindungi aset mereka, Zimbabwe justru meloloskan Undang-undang kontrol ekspor mineral dasar tahun lalu yang mengatur ekspor lithium mentah. Aturan itu mengecualikan perusahaan China yang sudah berinvestasi di pertambangan atau pabrik pengolahan.

Perusahaan seperti Zhejiang Huayaou Cobalt, Sinomine Resource Group dan Chengxin Lithium Group telah menanamkan investasi mencapai USD678 juta atau setara Rp10,1 triliun (Kurs Rp14.912/USD) ke dalam proyek lithium di Zimbabwe selama beberapa bulan terakhir.



Kabar terbaru China Natural Resources telah mencapai kata sepakat untuk mengakuisisi Williams Minerals, selaku operator tambang lithium di Zimbabwe dari Feishang Group dan Top Pacific (China). Kesepakatan ini didapatkan di tengah melonjaknya permintaan global untuk lithium yang digunakan dalam pembuatan baterai untuk kendaraan listrik (EV).

Feishang Group memiliki 70% saham operator tambang Williams Minerals, sementara Top Pacific (China) memegang 30% saham. Feishang juga memegang saham pengendali di China Natural Resources.

Berdasarkan perjanjian tersebut, China Natural Resources secara tidak langsung akan mengakuisisi semua kepentingan di Williams Minerals pada kuartal kedua tahun 2023. Dari 2024 hingga 2026, kepemilikan China Natural Resources atas tambang lithium di Zimbabwe akan diberikan secara kumulatif, wilayah demi wilayah.

Sementara itu China Natural Resources berencana menerbitkan saham terbatas mencapai 50% sebagai salah satu pertimbangan dalam kesepakatan.

"Perusahaan akan membayar agregat USD35 juta melalui surat promes dan/atau uang tunai sebagai deposit jika memilih untuk melanjutkan akuisisi setelah selesainya uji tuntas, dan sebesar USD140 juta sebagai angsuran awal," ujar China Natural Resources dalam sebuah pernyataan resmi perusahaan.

Namun, China Natural Resources mengatakan, tidak ada kepastian bahwa transaksi akan ditutup berdasarkan ketentuan saat ini. Kesepakatan itu rencananya akan ditutup pada kuartal fiskal kedua tahun 2023.

Mulai Produksi Lithium

Sementara itu Yahua Group China akan memulai produksi lithium di Zimbabwe pada bulan September, Yahua Group China mengatakan, pada awal pekan kemarin, Senin (29/5/2023) bahwa fase pertama proyek tambang lithium di Zimbabwe akan mulai berproduksi pada bulan September.

Sedangkan untuk proyek tahap kedua akan mulai berproduksi Maret 2024. Dan seperti dilansir Reuters pada saat itu, penambang akan mengeksploitasi dan memproses sekitar 2,3 juta ton bijih lithium dan mencapai output konsentrat lithium lebih dari 350.000 ton.

Di tempat terpisah, Yuxiao Fund China mendapat penolakan dari Pemerintah Australia usai diblokir dari upaya meningkatkan investasinya di Northern Minerals dengan alasan kepentingan nasional.

Yuxiao Fund, yang merupakan kendaraan investasi warga negara China Yuxiao Wu, meminta persetujuan dari Dewan Peninjau Investasi Asing pada Agustus 2022 untuk meningkatkan kepemilikannya di Northern Minerals menjadi 19,9% dari 9,92%.

Ketua eksekutif Northern Minerals, Nick Curtis mengatakan kepada Reuters: "Ada kategori aset khusus bagi pemerintah mana pun untuk melindungi kepentingan nasionalnya."
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1893 seconds (0.1#10.140)