APBN RI Defisit 1,8%, Lebih Unggul dari AS dan China

Selasa, 30 Mei 2023 - 15:19 WIB
loading...
APBN RI Defisit 1,8%, Lebih Unggul dari AS dan China
APBN terus menunjukkan kinerja yang baik dengan defisit APBN terus mengecil. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan APBN terus menunjukkan kinerja yang baik. Defisit APBN terus mengecil 1,8% dibandingkan saat pandemi Covid-19 yang melebar sampai 6,1%.

"Indonesia dihadapkan pada pelemahan ekonomi dunia pada 2019, yang selanjutnya terpukul pandemi. Kita melebarkan defisit hingga 6,1% dari PDB," ungkap Sri dalam Rapat Kerja dengan Banggar DPR, di Gedung DPR, Selasa (30/5/2023).

Dia mengatakan pemulihan APBN begitu cepat dari 6,1% sekarang tinggal 1,8% yang sebelumnya 2,4% dalam tiga tahun. "Ini adalah konsolidasi yang luar biasa cepat," kata Sri.



Sri Mulyani menyebutkan semua negara defisitnya melebar sangat besar. Di Malaysia 4,9% defisitnya dan Thailand di 4,7% sementara Indonesia 6,1%. "Tapi di negara yang kuat seperti China defisitnya mencapai 9,7%," tambahnya.

Selain itu, India yang tadinya pertumbuhannya lebih tinggi dari Indonesia, dan China tumbuh lebih tinggi dari Indonesia selama 10 tahun, juga menggunakan defisit fiskal yang jauh lebih agresif defisitnya mencapai 12,9%.

Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) tentunya dengan kemampuan mereka untuk mengisukan surat utang yang begitu besar dan pembelinya tersebar di seluruh dunia, mereka mampu untuk mencapai defisit 14%.

"AS sekarang menghadapi defisit di angka 5,5% dan mereka juga dalam kondisi politik untuk menjelaskan apakah cap atau batas dari jumlah utang bisa dinaikkan. Karena, kalau tidak, mereka harus konsolidasi yang makin agresif," kata dia.

Dalam konteks ini, dia mengatakan Indonesia tidak terkecuali, tetapi speed dan level konsolidasi Indonesia jauh lebih cepat. Bahkan jika melihat Malaysia dan Thailand, pasca pandemi 2020 justru defisitnya bukan menurun tapi meningkat.



Lebih lanjut, defisit Thailand dari 4,7% ke 5,5% dan Malaysia dari 4,9% ke 5,3%. Kemudian, China membaik tetapi juga masih di 7,5%. Untuk India yang tadi pertumbuhannya tinggi, dibayar dengan defisit yang masih sangat lebar di 9,6%.

"Ini untuk menggambarkan bahwa instrumen fiskal di seluruh dunia digunakan dan memang harus hadir dalam melindungi ekonomi negara masing-masing. Namun kita akan upayakan APBN secara aktif dan efektif dan tetap hati-hati," tutur Sri Mulyani
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1839 seconds (0.1#10.140)