Pasang Jebakan Utang, Begini Cara China Sita Aset Pelabuhan Sri Lanka
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sri Lanka memasuki fase baru setelah dirundung krisis berkepanjangan. Negara itu kini bersiap dengan presiden baru setelah Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa panik mengundurkan diri.
Dua bersaudara itu mendominasi kekuasaan politik selama lebih satu dekade yang akhirnya runtuh dipicu protes massa akibat krisis ekonomi.
Pemimpin baru yang sedang digodok di parlemen diharapkan membuka jalan baru bagi Sri Lanka. Namun, siapapun pemimpinnya akan mengemban pekerjaan yang maha berat termasuk meloloskan pinjaman dari IMF atau Dana Moneter Internasional.
Pinjaman dibutuhkan untuk membangkitkan kembali sendi-sendi ekonomi dari kebangkrutan. Selama krisis, Sri Lanka tidak mampu membayar impor barang-barang penting, termasuk makanan, obat-obatan dan bahan bakar karena kas negara kosong.
Lonjakan inflasi membuat 22 juta orang membutuhkan bantuan pangan. Sementara, sekolah dan bisnis banyak yang tutup dan masyarakat menunggu berhari-hari mengantre panjang untuk mendapatkan bensin.
Keruntuhan ekonomi Sri Lanka telah menjadi peringatan akibat kecerobohan lingkungan pemerintahan. Pemborosan saudara-saudara Rajapaksa dan kebijakan yang salah arah telah membawa Sri Lanka bangkrut.
Di tambah dampak dari pandemi, yang menghancurkan sektor pariwisata vital, dan kemudian invasi Rusia ke Ukraina, yang mengganggu rantai pasokan global dan mempercepat spiral inflasi yang menyeret ekonomi Sri Lanka ke jurang yang sangat dalam.
Pakar internasional memperingatkan negara-negara lain yang dililit utang dari Laos di Asia Tenggara hingga Kenya di Afrika Timur sedang mengalami nasib serupa.
"Negara-negara dengan tingkat utang yang tinggi dan ruang kebijakan yang terbatas akan menghadapi tekanan tambahan. Tidak melihat lebih jauh dari Sri Lanka sebagai tanda peringatan,” ujar Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva dalam rangkaian pertemuan para menteri keuangan anggota G20.
Dua bersaudara itu mendominasi kekuasaan politik selama lebih satu dekade yang akhirnya runtuh dipicu protes massa akibat krisis ekonomi.
Pemimpin baru yang sedang digodok di parlemen diharapkan membuka jalan baru bagi Sri Lanka. Namun, siapapun pemimpinnya akan mengemban pekerjaan yang maha berat termasuk meloloskan pinjaman dari IMF atau Dana Moneter Internasional.
Pinjaman dibutuhkan untuk membangkitkan kembali sendi-sendi ekonomi dari kebangkrutan. Selama krisis, Sri Lanka tidak mampu membayar impor barang-barang penting, termasuk makanan, obat-obatan dan bahan bakar karena kas negara kosong.
Lonjakan inflasi membuat 22 juta orang membutuhkan bantuan pangan. Sementara, sekolah dan bisnis banyak yang tutup dan masyarakat menunggu berhari-hari mengantre panjang untuk mendapatkan bensin.
Keruntuhan ekonomi Sri Lanka telah menjadi peringatan akibat kecerobohan lingkungan pemerintahan. Pemborosan saudara-saudara Rajapaksa dan kebijakan yang salah arah telah membawa Sri Lanka bangkrut.
Di tambah dampak dari pandemi, yang menghancurkan sektor pariwisata vital, dan kemudian invasi Rusia ke Ukraina, yang mengganggu rantai pasokan global dan mempercepat spiral inflasi yang menyeret ekonomi Sri Lanka ke jurang yang sangat dalam.
Pakar internasional memperingatkan negara-negara lain yang dililit utang dari Laos di Asia Tenggara hingga Kenya di Afrika Timur sedang mengalami nasib serupa.
"Negara-negara dengan tingkat utang yang tinggi dan ruang kebijakan yang terbatas akan menghadapi tekanan tambahan. Tidak melihat lebih jauh dari Sri Lanka sebagai tanda peringatan,” ujar Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva dalam rangkaian pertemuan para menteri keuangan anggota G20.